Future world is on my hand
(Image source: google.com)
Manusia memang makhluk yang diciptakan khusus oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Bagaimana tidak, ia mampu berpikir dalam merespon kehidupannya. Ia dapat membuat berbagai macam pilihan yang menentukan akan kemana ia melangkah dan melanjutkan kehidupannya.
Namun, ternyata tak sedikit dari manusia yang cemas terhadap masa depannya. Masa depan memang hal yang sulit diprediksi, dibayangkan dan bahkan banyak dibiarkan berlalu begitu saja oleh banyak manusia yang lain. Tentulah sebuah hal khusus yang dibutuhkan untuk memprediksi dan memperkirakan masa depan.
Masa depan memang sulit untuk diprediksi, namun masa depan bukan berarti tidak bisa sama sekali untuk diperkirakan. Tentu melalui berbagai analisa dan pemahaman yang serius dan sungguh-sungguh.
Hanya orang-orang tertentu saja yang berhasil mendekati apa yang ia prediksikan tentang masa depannya. Namun, perlu kesadaran hati bahwa opsi masa depan yang telah ia buat juga tak sedikit. Banyak perencanaan yang telah ia rancang dan siapkan.
Dan jika ia menghadapi sesuatu hal yang tak sesuai dengan prediksi awalnya, ia tak menyerah. Ia masih mempunyai cukup pilihan untuk tetap melanjutkan hidupnya.
Ia tak hanya mengikuti perkembangan dunia, tapi ia juga turut mengisi dan mewarnai perkembangan dunia. Ia hanya percaya satu hal: hidup harus berlanjut, dan kerja keras adalah satu-satunya pilihan!.
Percayalah, mereka adalah orang-orang yang bekerja keras. Tak sebatas bekerja saja, mereka juga adalah orang-orang yang memiliki visi dan impian.
Merekalah orang-orang yang mewarnai perkembangan dunia.
Maka, jika kita ingin perkembangan dunia ini mengarah kepada kebaikan, yang perlu kita lalukan adalah bekerja keras dengan visi dan impian yang baik.
Sebagaimana sebuah sistem pendidikan, maka karakter dan budaya untuk bekerja keras disamping memiliki visi besar dan impian mulia adalah goal daripada pendidikan itu sendiri.
Inspirasi itu ada dan bisa kita temukan setiap harinya.
Kecemasan terhadap masa depan, hanya akan membuat kita ragu-ragu dan akhirnya berhenti bergerak.
Bukankah kehidupan itu sendiri adalah ketidakpastian?
Kita, sebagai manusia telah meyakini bahwa dunia ini fana dan hanya sementara. Masih ada hari akhir dan dunia baru nan abadi yang kelak akan kita masuki. Maka, daripada cemas terhadap masa depan kita selama di dunia fana ini, pilihan satu-satunya adalah terus bergerak dan berbuat semampunya. Harus percaya bahwa Tuhan akan membantu umatnya yang bersungguh-sungguh. Apalagi mereka yang berbuat baik dan bermanfaat bagi sesamanya. Tuhan mencintai umat yang seperti itu. Itulah kebaikan yang diajarkan Tuhan lewat berbagai cerita pada setiap zaman.
Mereka yang sibuk dengan dirinya sendiri, hanya akan membuat kehidupannya sesempit batasan yang ia ciptakan. Padahal, dunia ini luas dan berwarna-warni. Ada banyak orang yang jauh lebih susah dari kita, dan ada pula yang sebaliknya.
Moral sebagai manusia, harus terus kita pupuk agar berbenih kebaikan dan menciptakan kebaikan lain pada sesama manusia. Siklus kebaikan itu harus kita rawat dengan ikut andil didalamnya. Batasan-batasan yang kita ciptakan, sesungguhnya bukanlah batasan sebenarnya dari potensi yang telah Tuhan takdirkan pada kita.
Melalui kerja keras, maka kita sendiri akan menemukan dimana batas kita sesungguhnya. Tentu ini tak melulu tentang jenis pekerjaan yang kita tekuni, tapi lebih kepada kerja-kehidupan seperti apa yang kita lakukan setiap harinya.
Sebagaimana bijih mineral, ia akan bernilai setelah melalui proses panjang pengolahan dan peleburan sampai tahap pemurnian menjadi logam yang menyenangkan hati. Maka, untuk mencapai kemurnian itu tak akan bisa kita raih secara instan. Ada proses panjang yang harus kita lalui, dan tentu bermacam-macam bentuknya.
[20:17 - Warung Giras Gondanglegi, Beji - Pasuruan]
0 comments:
Post a Comment