Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri), didampingi Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (tengah) dan Direktur Pengolahan Pertamina Rahmat Hardadi (kanan), meninjau proyek 'Skydeck' RFCC RU IV Lomanis, Cilacap, Jateng, Sabtu (14/11/2016). Beroperasinya RFCC (Residual Fluidized Catalityc Cracking), di kilang Cilacap dan kilang TPPI Tuban, berdampak pada pengurangan impor premium hingga 30 persen.
Sumber: ANTARA FOTO/HO/HumasPertamina/ama/15.
Sumber: ANTARA FOTO/HO/HumasPertamina/ama/15.
Generasi Langit Biru
Oleh: Abdul Ghofur
....
Satu tahun kiranya akun email ini tak pernah dibuka. Maklum jika banyak surel masuk
disana. Aku pun melihat dan membacanya. Beberapa menarik perhatianku.
Dari
Manto, kawanku SMA:
Untuk sahabatku, G.
Aku ucapkan salam, semoga sehat selalu
dimanapun berada.
Aku terpaksa menghubungi kau lewat surel
begini. Nomor handphone-mu yang aku simpan
sudah tak aktif. Bukankah kau mengerti, tak ada sahabat baik selain kau
seorang? Beberapa teman sudah coba aku tanya, dan mereka pun juga tak tahu. Aih, susah benar menghubungi kau.
Untung aku ingat jika di buku perpisahan
SMA, ada e-mail yang tertulis. Percayalah, aku menyimpan buku tebal itu dengan
baik. Maka, aku coba kontak kau lewat email. Semoga masih kau gunakan, meski
alamat e-mail-mu ini terkesan alay. Ternyata
kita sudah dewasa saat ini. Hahaha.
Sahabatku, G., kau perlu tahu saat ini
aku bekerja dalam sebuah kapal. Kapal laut. Ini adalah tahun ke-lima. Aku pun sudah
menikmati berbagai pelayaran di nusantara. Mulai dari Pulau Weh, Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Lombok, Wakatobi, Raja Ampat, Maluku, Halmahera, dan mungkin
masih banyak lagi.
Kau tahu, apa yang membuatku menyukai
pekerjaan ini? Bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang luar biasa
indahnya. Lautnya yang biru-kehijauan, dibawah langit biru nampak seolah zamrud
khatulistiwa dunia yang tiada duanya. Pantaslah sebutan itu.
Aku pun pernah ke Maldives, tapi tak
seindah disini. Kenapa? Karena disini bocah-bocah
dan penduduk sekitar dapat hidup bahagia dengan bersahabat bersama alamnya.
Aku bertekad akan menjaga dan mengenalkannya pada sesiapa saja, sebisaku.
Aku tentu senang jika suatu waktu bisa
mengajak kau untuk menikmati apa yang pernah aku rasakan: mengenal bangsamu
dari sisi yang lain.
Semoga kau sehat selalu.
Kontaklah
aku di waktu senggangmu.
Panji Darmanto, 082232928xxx
Panji Darmanto, 082232928xxx
Lalu,
aku melihat nama wanita. Aku lupa jika punya teman seperti dia. Surelnya
berbunyi:
Untuk Mas G.,
Masih ingat kamu mas, dengan namaku? Aku
Rianti Surati. Mungkin kamu lupa, dan itu wajar. Sudah lama sekali tak
mendengar kabarmu, Mas. Syukur Rianti punya buku catatan, dan pernah menulis
tentangmu pada suatu waktu saat itu.
Mas, Rianti sekarang sudah menjadi
seorang pengusaha disamping sebagai penulis. Pengusaha tanaman hias. Tahu kamu
Mas, apa yang paling disukai dari tanaman yang kujual? Anggrek, mawar, kamboja,
atau bougenville? Tidak, Mas. Bukan.
Yang paling banyak dicari adalah Lidah Mertua.
Tahu mengapa, Mas? Ternyata tanaman ini memiliki manfaat yang luar biasa. Salah
satunya adalah mampu menyerap polutan di udara. Dan aku bertekad untuk terus mengkampanyekan manfaat tanaman-tanaman
seperti ini ditengah industrialisasi yang makin menganga ditempatku sini.
Terimakasih untuk bantuanmu saat itu.
Jika saja Mas tak membantu, mungkin akan lain ceritanya Rianti sekarang.
Rianti
Surati, 085731182xxx
timetaman.com Bojonegoro
timetaman.com Bojonegoro
Beda
lagi dengan yang ini:
Bro, mainlah kerumah kapan-kapan. Sudah
lama kali kita tak jumpa. Kangen sekali aku dengan masa-masa kita SMP. Bukankah
dulu kita pernah berjanji bahwa suatu saat kita akan berkolaborasi dan
menakhlukkan dunia?
Saat ini aku jadi pengusaha. Lepas SMA
aku tak melanjutkan kuliah. Aku harus bertahan hidup, orangtuaku meninggal 2
minggu setelah aku lulus SMA. Sementara aku masih ada adik yang sekolah. Mau
tak mau, aku harus bekerja.
Aku bingung saat itu mau kerja apa, tak
punya aku keahlian teknis. Kau tahu, keahlianku hanyalah bicara. Maka aku pun
nekad berdagang. Aku berdagang BBM saat itu. Aku jual premium di depan rumah.
Maklum, modal kecil. Aku harus belajar berhemat: untuk makan, sekolah adik, dan
melanjutkan usaha.
Kini usahaku terbilang cukup sukses. Tetap
jualan BBM. Tapi sama sekali berbeda. Aku sekarang memiliki 1 SPBU dan 21 cabang outlet mini SPBU: semuanya aku
alihkan menjadi Pertamax. Entah kenapa, aku tergerak hanya menjual BBM jenis
Pertamax saja. Awalnya pendapatanku menurun, tapi untunglah tak lama. Aku
berhasil meyakinkan konsumen bahwa pakai Pertamax lebih untung.
Bagaimana denganmu?
Maafken kawanmu ini baru memberi kabar.
Trunodongso, 085655972xxx
Yang
ini dari akun email terbaru. Baru saja masuk. Rupanya surel dari kawan kuliah:
Halo, bro G.
Jika kau baca email ini, aku sudah
berada di Norway. Jika kau mengenal Norway, kau pasti terheran-heran. Sebagai
negara penghasil minyak dan gas bumi terbesar di Europe, udara disini sangatlah bersih, biarpun jumlah tanaman dan
pepohonan disini tak bisa dibandingkan dengan pepohonan dan hamparan
sawah-ladang di desaku.
Bagaimana dengan pekerjaanmu di Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC)? Aku senang, Pertamina berkomitmen untuk
meningkatkan kualitas dan kapasitas produk gasoline RON 88 ke RON 92.
Kau pun tahu, produksi dan pemakaian RON
88 hanya akan merugikan negara dan juga konsumen. Seharusnya tidak diproduksi
lagi, atau minimal dibatasi. Ini harus menjadi keinsyafan kita semua: akademisi,
pengusaha, pemerintah, dan juga rakyat.
Nah, kau kan terpelajar juga seperti
aku? Buatlah inovasi sedemikian rupa jika kau sudah mendapati posisi dan
tanggungjawab yang baik ditempat kerjamu. Janganlah
kau sengsarakan alammu hanya karena angka-angka.
Stay
in touch.
Hanung
Pranotowardoyo
Mahasiswa S2 Ekonomi, Oslo University
Mahasiswa S2 Ekonomi, Oslo University
Aku
heran dan terkejut, mengapa surel ini saling bertalian satu sama lain. Belum
lagi berita di koran pagi tadi bahwa kualitas udara di beberapa kota besar Indonesia
sudah mulai mengkhawatirkan.
“Kau
terlihat banyak pikiran, G. Ada apa?”
“Tidak
kenapa, Pak Slamet,” sahutku.
Pak
Slamet adalah satpam proyek sekaligus pemilik warung kopi dekat kost-ku berada.
“Ceritalah, karena dengan bercerita
ringanlah permasalahan,” sambungnya sambil memilin-milin kumis tebalnya.
Aku
pun menceritakannya. Dan ia menyimpulkan:
“Kalian memang Generasi Langit Biru.”
“Apa
itu, Pak?”
“Generasi yang diharapkan mampu memberikan perubahan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Generasi yang cerah dan optimis laiknya langit
biru tanpa awan mendung keputusasaan.”***
___________________
Tulisan ini diikutkan dalam Pertamina Challenge Blog & Vlog Competition 2017, dengan panjang tulisan 4000-6000 karakter. S&K lainnya sudah dibaca, dipahami dan dipatuhi sebagaimana adanya.
Cerita yg menarik, Om..
ReplyDeleteTerimakasih untuk apresiasi.
DeleteItu kalo lbh panjang dikit makin menarik kayaknya...
ReplyDeleteMau pigimana lagi, S&K mengharuskan panjang tulisan antara 4000-6000 karakter. Dan tulisan diatas itu hampir 6000 karakter, bro. Terimakasih atas masukannya.
DeleteOh I see.. Sejauh bacanya sih, menarik &ngalir. Sukses dah utk abang...
DeleteAamin YRA. Sukses juga untuk yang mendo'akan.
DeleteBagus dik, tulisannya. Semoga beruntung ya? Salam kenal.
ReplyDeleteTerimakasih apresiasinya, Bu. Aamin YRA. Salam.
DeleteAminn.
DeleteSaya suka sama kutipan yang ini: "Janganlah kau sengsarakan alammu hanya karena angka-angka."
Semoga kita bisa lebih baik dalam mencintai dan menghargai alam.
Aih...surelnya saling berhubungan yah. Kisah yg unik, mas
ReplyDeleteHehehe. Terimakasih apresiasinya. Salam kenal.
Delete