Connecting the Dots

Showing posts with label cerita. Show all posts
Showing posts with label cerita. Show all posts

Menulis Bebas: Refleksi Tahun 2021

Image Source: https://images4.alphacoders.com/150/thumb-1920-150168.jpg


Lama sekali tidak menulis. Mari kita coba.

September akan segera berakhir. Terhitung dalam 3 bulan kedepan, kita akan mengakhiri tahun 2021 dengan kondisi yang hampir sama dengan tahun sebelumnya: Pandemi Covid-19. Perbedaanya tahun ini sudah ada vaccine. Ada optimisme. Dalam 9 bulan terakhir ini, meskipun dalam situasi pandemi, terasa sekali waktu berjalan bukannya melambat malah justru semakin cepat. Lewat begitu saja oleh aktivitas day-to-day.

Karya yang dibikin masih biasa saja. Pun juga dengan amal yang diperbuat. Padahal batasan waktu yang ditakdirkan untuk singgah di bumi ini kian mendekati ujung.

Kadang saya merasa aneh jika merefleksikan kejadian-kejadian yang berlalu. Entah itu terkait langsung dengan saya, ataupun yang sebatas hasil pengamatan dan observasi. Disisi lainnya, kadang juga merasa lucu. Misalnya: kenapa hal mudah justru jadi sulit ketika dikerjakan orang lain? Tapi ini bisa saya sadari, sekaligus maklumi, memang kemampuan antar orang itu berbeda. Pun jika sudah ada standard-nya, tetap saja tidak ada yang sama persis antara satu orang dengan orang lainnya. Persis seperti DNA.

Ya sudah.

Ada juga hal yang menarik perhatian saya sejak lama: simplifikasi.

Dalam alam bebas, kita sering menjumpai jenis orang yang memiliki sudut pandang untuk melakukan simplifikasi terhadap kejadian, proses, ataupun pengetahuan.

Memang kalau kita mengacu ke Leonardo Da Vinci yang menyatakan "Simplicity is the ultimate sophistication" atau jika diartikan kurang lebih "kesederhanaan adalah kecanggihan tertinggi".

Leonardo Da Vinci (Image Source: National Geographic)

Simplisiti atau simplifikasi yang dimaksud Da Vinci tentu saja melalui proses berpikir yang sangat panjang dan juga sangat mendalam. Peran filsafatnya sangat terasa. Saya yakin akan berbeda sekali dengan konsep penyederhanaan yang dilakukan oleh manusia-manusia modern. Termasuk saya pribadi sebagai part of manusia modern.

Kita adalah produk simplisiti. Produk teknologi yang paling mutakhir saat ini, internet, terlihat begitu sederhana. Yang dengannya menjadi banyak manusia-manusia yang memposisikan dirinya sebagai seorang ahli. Jika dahulu seseorang tidak berani untuk berbicara sebuah topik "A" misalnya, itu lebih karena bukan kemampuannya pun juga bukan wilayahnya untuk berbicara sebuah topik "A". Namun dengan internet ini menjadi semuanya menjadi ahli. Mungkin itulah kenapa perkembangan ilmu menjadi linier. Yang cukup mengalami kultivasi hanya pada bidang teknologi, dengan proses improvement yang dilakukan. Meskipun jika diselidik, ternyata basisnya masih berupa ilmu yang sudah diprediksi, sudah dirancang, sudah diformulasikan sejak dahulu kala.


Dulu, sebelum mengenal internet, kemampuan membaca saya kalau boleh dibilang sangat baik. Saya bisa menamatkan sebuah buku, lalu memahaminya atau bahkan menghafalnya. Itu lebih karena saya menghargai buku itu sebagai sebuah visualisasi ilmu, penghargaan kepada para orang yang terlibat didalamnya, dan juga karena faktor ekonomi. Memiliki buku adalah sebuah kemewahan. Bahkan jika ia hanyalah hasil fotokopi.

Namun dengan adanya gawai dan internet, semakin banyak buku yang bisa saya dapatkan bahkan secara gratis. Sangat bebas. Namun yang dirasakan justru makin tidak bisa memahaminya. Mungkin karena ilegal dan tidak menghargai copyright, misalken ambil dari libgen dan lain sejenisnya. 

Makin banyak makin tidak fokus. Barangkali ini salah satu penyebabnya. 

Saya tidak tahu apakah dalam dunia akademik, anak-anak sekarang terlihat begitu bersemangat belajar seperti zaman-zaman saya kuliah dahulu ataukah memang sudah sangat berubah metode-nya. Seingat saya, di zaman saya karena dosen-dosen masih produk-produk konservatif yang menjunjung tinggi buku kertas menjadikan mahasiswanya mau tidak mau harus belajar dari buku kertas itu juga.

Tapi yasudahlah, ini hanya tulisan yang coba saya tulis barangkali suatu saat akan saya re-visit dan baca kembali.

Terlepas ini sulit menghubungkan topik yang ada, namun saya selalu penasaran dengan seperti apa masa depan itu. Misalnya: sudah sejak lama diprediksi bahwa di masa depan (maksimal 2050) sudah tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil, atau terjadi pulau-pulau tenggelam, dan lain sejenisnya. Tapi kok rasanya problem manusia akan tetap sama: keserakahan itu abadi. (bersambung)




Selamat Tahun Baru 2021

 

Untuk para pembaca,

Kalimat pertama yang ingin saya sampaikan adalah: "Makin cepat saja waktu berlalu."

Tentu kita tidak ingin menyesali apa yang sudah terjadi sepanjang 2020. Tahun yang kata banyak orang, "it's getting worst enough". Merujuk kepada pandemi Covid-19 yang hampir setahun kita jalani dengan serba terbatas. Meski ada harapan dan kabar baik bahwa vaksin telah ditemukan dan akan segera dilakukan vaksinasi mulai 2021. Vaksin memang diharapkan sebagai game changer terhadap pandemi yang berdampak ke banyak sektor, terutama sektor ekonomi. Di semua negara.

Optimisme, sebagai bagian dari sikap berprasangka baik, memang sebaiknya dan seharusnya kita sertakan dalam menjalani kehidupan. Namun, realistis juga perlu kita ikutkan sebagai bagian dari proses kita untuk memahami hidup. Karena memahami hidup bukan sekadar menjalaninya saja, namun juga mempertimbangkan dampaknya ke masa berikutnya. Atau bahkan kehidupan selanjutnya.

Ribut-ribut itu juga bagian dari cerita kehidupan. Dimana suka dan duka hanyalah wajah yang harus Anda terima secara legowo. 

Bersyukur harus terus kita utamakan. Ini pesan sederhana namun universal. Entah kenapa, syukur seperti menjadi sebuah kebaikan yang diajarkan oleh semua.

Orang beragama mengajarkan untuk bersyukur.
Orang berpendidikan memberikan contoh untuk selalu bersyukur.
Orang sukses selalu berpesan agar selalu bersyukur.

Pun juga orang tidak beragama, tidak berpendidikan, ataupun orang-orang yang gagal.

Maka, pesan syukur menjadi bagian yang perlu saya tulis disini untuk menjadi pengingat bagi saya pribadi dan siapa saja yang membaca ini dan mau menerimanya sebagai sebuah sikap baik.

Tulisan ini sepenuhnya hanyalah basa-basi.
Basa-basi untuk sekadar menyampaikan sedikit sudut pandang saya bahwa syukur adalah hal yang bisa membuat kita tetap menjadi diri kita sendiri.

Maka saya rasa perlu untuk menyampaikan rasa syukur untuk semuanya. Baik yang pernah kenal dengan saya, yang masih kenal saya, yang sudah tidak kenal saya, maupun yang belum dan tidak kenal saya. Baik yang pernah membantu saya secara langsung, membantu saya secara tidak langsung, membantu saya dalam doa dan/atau ingatan, juga kepada mereka yang tidak merasa telah membantu saya. Semoga di 2021 nanti, atau kapan pun, cita-cita dan niat baik saudara/i sekalin terwujud dan mendapat Ridho dari Tuhan YME. Aamin YRA.

Salam.


Salah Kaprah Passion


Kata passion memang sudah menjadi mantra. Mau tidak mau, mainstream anak mudah kita saat ini akan terpengaruh dan mungkin juga terinspirasi oleh banyaknya tokoh inspiratif yang mempromosikan kata tersebut. Secara harfiah bisa jadi betul bahwa passion bisa menjadi kunci meraih kesuksesan. 

Saya nyatakan sebagai bisa jadi betul karena banyak hal di dunia ini yang terjadi secara kebetulan.

Namun, jika kita bertanya dan coba selidik ke orang-orang generasi terdahulu dimana mereka tidak mendapatkan promosi perihal kata "passion" maka sudah tentu mereka akan menjawab bahwa bukan passion lah kunci mereka meraih kesuksesan.

Misalnya jika bertanya ke Dahlan Iskan yang punya bisnis Jawa Pos Group. Jelas bukan passion jawaban yang akan disampaikannya. Atau ke Ciputra. Apalagi ke keluarga Sampoerna atau Hartono.

Teman-teman saya yang Tionghoa juga kurang begitu menerima jika promosi "passion" dijadikan semacam mantra dan jalan menuju kesuksesan. Di keluarga, mereka diajarkan bahwa untuk meraih kesuksesan adalah harus memiliki mental mandiri, mental yang kuat dan mental pemenang. Yang jika dipecah dapat kita bagi-bagi menjadi beberapa sifat seperti visioner, disiplin, gesit, fokus, dan totalitas. Maka kata "passion" tidak dimasukkan kedalam kamus untuk meraih sukses.

Saya nyatakan bisa jadi betul juga karena definisi terkait sukses itu berbeda-beda untuk setiap kepala. Maka sebenarnya juga tidak masalah jika ada banyak orang yang menjadikan "passion" sebagai landasan untuk meraih sukses yang dibayangkannya. 

Namun sebagai pemikiran, maka saya rasa perlu untuk menuliskannya dan mempermasalahkannya.

Hipotesisnya adalah tidak benar bahwa passion adalah kunci meraih sukses. Namun sayang sekali metoda penelitiannya tidak ilmiah dan hanya berbasis subjektifitas. Oleh karenanya, jika Anda tidak setuju dengan hipotesis saya diatas, sebaiknya jangan meneruskan untuk membacanya. 

Menurut saya, banyak yang salah kaprah terhadap "passion". Karena dimensi "passion" itu akan membuat Anda sulit untuk naik kelas. Passion membuat Anda terbatas. Ia mengekang Anda. Ia membuat Anda tak sadar telah membangun pagar untuk diri Anda. Sementara ada banyak sekali tanah tak berpenghuni di luar sana yang siap untuk Anda takhlukkan, kalau tak boleh disebut siap untuk Anda jajah.

Maka saya kurang tertarik sejak dulu terhadap siapa saja yang mempromosikan kata "passion" sebagai jalan ninja-nya.

Disiplin dalam Kerja dan Keabadian


Sejak saya di college sampai dengan saat ini, saya belum pernah bertemu dengan orang yang begitu disiplin. Sudah coba saya ingat-ingat namun masih belum ketemu siapa yang paling berkesan tingkat disiplinnya. Pun ketika saya lepas college dan berada di lingkungan yang baru, disiplin memang barang langka di negeri ini. 

Dengan subjektifitas tersebut diatas, saya tidak mengklaim jika saya adalah orang yang disiplin. Teman-teman yang pernah kenal saya pun sepertinya juga tidak akan memasukkan nama saya dalam daftar orang yang disiplin. 

Dulu sekali, saat saya masih menjadi sesuatu di college, saya paling menghindari orang yang tidak disiplin. Kebanyakan pimpinan ormawa saat itu menurut saya adalah kumpulan orang-orang yang tidak disiplin. Pun kalau mereka tersinggung dan tak menerimanya, saya masih bisa mengkategorikan mereka sebagai conditionally-discipline-leader. Terlihat disiplin saat berada di kerumunan. Dengan stigma ini, mereka tak bisa mengelak. Tapi biarlah, itu masa lalu. Bukankah manusia selalu berubah?

Jim Collins, peneliti Amerika, dalam bukunya yang berjudul "Good to Great" mendeskripsikan bahwa orang-orang yang disiplin memiliki kemampuan untuk mendapatkan capaian yang hebat (great achievements). Thesis ini yang saya pakai dulu saat di college dan dimanapun organisasi tempat saya akan berada. Salah satu achievements yang bisa saya ingat dan bagikan adalah bagaimana kampus kami saat itu, ITS menjadi juara umum PIMNAS 26 Mataram pada tahun 2013 untuk pertama kalinya. Momen ini tak akan saya lupakan karena ini adalah momen yang sangat bersejarah bagi ITS dalam bidang keilmiahan di tingkat Nasional. PIMNAS sendiri adalah ajang keilmiahan paling populer di Indonesia. Levelnya sangat berbeda karena multi-dimensi dan multi-akademisi yang terlibat.

Saya sangat ingat bagaimana tempat saya berkontribusi saat itu di BEM ITS. Saya akui, Menteri Riset dan Teknologi BEM ITS saat itu orangnya sangat disiplin. Saya bisa jamin orang yang seperti dia sangat langka karena saya jarang memuji orang. Dimanapun tempat ia bekerja, beruntunglah organisasi itu. Capaian-capaian hebat akan dicapai lewat idea-idea dan execution  dia. Tentu dalam pencapaian PIMNAS 26 itu ada banyak tangan dan macam kontribusi, namun tidak salah juga jika saya mengklaim bahwa pengawal dan bagian yang membuat bara itu tetap menyala adalah dibawah leadership sang Menteri itu. Maka sudah tentu, setelah peristiwa 2013 itu pun sampai 2020 ini ITS tak pernah lagi mencapai capaian ini. Itu karena culture of discipline yang berbeda. Ada banyak kerja dalam diam (unpublished works) yang dilakukan setiap hari. Level orang ini sangat berbeda untuk ukuran mahasiswa. Ia mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh tingkatan mahasiswa, menjalin interaksi yang baik dengan seluruh tingkatan dosen dan tenaga kampus. Mungkin jauh dimasa depan akan ada lagi orang seperti dia.

Disiplin memang barang berat untuk dikonsistensikan. Kebanyakan kita hanya akan disiplin dalam waktu 1-2 bulan di lingkungan baru yang kita tempati. Setelah itu, kita akan mendahulukan hak daripada kewajiban. Dan banyak sekali orang yang mewajarkan. 

Tapi manusia memang makhluk pemikir, maka pemikiran yang mengutamakan hak daripada kewajiban juga tidak bisa kita salahkan. Hari-hari akan terus lewat dan dunia akan terus berputar.

Lagi Luang


Sudah kemana saja?

Ternyata masih banyak tempat yang belum disinggahi. Here we go beberapa daerah yang pernah kusinggahi. Ini hanya sebagai penyemangat diri sendiri saja ya karena dunia ini sangat luas :)

DALAM NEGERI:

Provinsi Jawa Timur:
  1. Kabupaten Bangkalan
  2. Kabupaten Banyuwangi
  3. Kabupaten Blitar
  4. Kabupaten Bondowoso
  5. Kabupaten Gresik
  6. Kabupaten Jember
  7. Kabupaten Jombang
  8. Kabupaten Kediri
  9. Kabupaten Lamongan
  10. Kabupaten Lumajang
  11. Kabupaten Madiun
  12. Kabupaten Magetan
  13. Kabupaten Malang
  14. Kabupaten Nganjuk
  15. Kabupaten Ngawi
  16. Kabupaten Situbondo
  17. Kabupaten Probolinggo
  18. Kabupaten Pasuruan
  19. Kabupaten Sidoarjo
  20. Kabupaten Mojokerto
  21. Kabupaten Tuban
  22. Kabupaten Ponorogo
  23. Kabupaten Sampang
  24. Kota Blitar
  25. Kota Malang
  26. Kota Mojokerto
  27. Kota Pasuruan
  28. Kota Probolinggo
  29. Kota Surabaya

Provinsi Jawa Tengah:
  1. Kabupaten Semarang
  2. Kabupaten Magelang
  3. Kabupaten Wonogiri
  4. Kabupaten Rembang
  5. Kota Magelang
  6. Kota Semarang
  7. Kota Surakarta

Provinsi DKI Jakarta

Provinsi Jawa Barat:
  1. Kabupaten Bandung
  2. Kabupaten Bandung Barat
  3. Kabupaten Bekasi
  4. Kota Bandung
  5. Kota Bekasi
  6. Kabupaten Bogor
  7. Kota Bogor
  8. Kota Depok

Provinsi Banten
  1. Kabupaten Serang
  2. Kabupateng Tangerang
  3. Kota Cilegon
  4. Kota Serang
  5. Kota Tangerang

Provinsi Lampung:
  1. Kabupaten Lampung Selatan
  2. Kota Bandar Lampung

Provinsi Kepulauan Riau:
  1. Kota Batam

Provinsi Sumatera Utara:
  1. Kabupaten Deli Serdang
  2. Kota Medan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
  1. Kota Banda Aceh
  2. Kabupaten Aceh Besar

Provinsi Nusa Tenggara Barat:
  1. Kabupaten Lombok Utara
  2. Kabupaten Lombok Barat
  3. Kota Mataram


LUAR NEGERI:


  1. Bangkok, Thailand (AIT, KU, CHULA)


List Universitas yang Pernah di Kunjungi:

  1. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya - Kampus Sukolilo & Kampus Manyar
  2. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)
  3. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)
  4. Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya - Kampus A, B, dan C
  5. Universitas Negeri Surabaya (UNESA) - Kampus Lidah Wetan
  6. Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur
  7. Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya
  8. Univertas Jember (UNEJ)
  9. Universitas Negeri Malang (UM)
  10. Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman
  11. Universitas Indonesia (UI), Depok
  12. Institut Teknologi Bandung (ITB)
  13. Universitas Mataram (UNRAM)
  14. Asian Institute of Technology (AIT), Khlong Luang
  15. Kasetsart University (KU), Bangkok
  16. Chulalongkorn University (CHULA), Bangkok

Generasi Langit Biru

Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri), didampingi Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (tengah) dan Direktur Pengolahan Pertamina Rahmat Hardadi (kanan), meninjau proyek 'Skydeck' RFCC RU IV Lomanis, Cilacap, Jateng, Sabtu (14/11/2016). Beroperasinya RFCC (Residual Fluidized Catalityc Cracking), di kilang Cilacap dan kilang TPPI Tuban, berdampak pada pengurangan impor premium hingga 30 persen.
Sumber: ANTARA FOTO/HO/HumasPertamina/ama/15.




Generasi Langit Biru
Oleh: Abdul Ghofur


.... Satu tahun kiranya akun email ini tak pernah dibuka. Maklum jika banyak surel masuk disana. Aku pun melihat dan membacanya. Beberapa menarik perhatianku.

Dari Manto, kawanku SMA:

Untuk sahabatku, G.

Aku ucapkan salam, semoga sehat selalu dimanapun berada.

Aku terpaksa menghubungi kau lewat surel begini. Nomor handphone-mu yang aku simpan sudah tak aktif. Bukankah kau mengerti, tak ada sahabat baik selain kau seorang? Beberapa teman sudah coba aku tanya, dan mereka pun juga tak tahu. Aih, susah benar menghubungi kau.

Untung aku ingat jika di buku perpisahan SMA, ada e-mail yang tertulis. Percayalah, aku menyimpan buku tebal itu dengan baik. Maka, aku coba kontak kau lewat email. Semoga masih kau gunakan, meski alamat e-mail-mu ini terkesan alay. Ternyata kita sudah dewasa saat ini. Hahaha.

Sahabatku, G., kau perlu tahu saat ini aku bekerja dalam sebuah kapal. Kapal laut. Ini adalah tahun ke-lima. Aku pun sudah menikmati berbagai pelayaran di nusantara. Mulai dari Pulau Weh, Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Lombok, Wakatobi, Raja Ampat, Maluku, Halmahera, dan mungkin masih banyak lagi.

Kau tahu, apa yang membuatku menyukai pekerjaan ini? Bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang luar biasa indahnya. Lautnya yang biru-kehijauan, dibawah langit biru nampak seolah zamrud khatulistiwa dunia yang tiada duanya. Pantaslah sebutan itu.

Aku pun pernah ke Maldives, tapi tak seindah disini. Kenapa? Karena disini bocah-bocah dan penduduk sekitar dapat hidup bahagia dengan bersahabat bersama alamnya. Aku bertekad akan menjaga dan mengenalkannya pada sesiapa saja, sebisaku.

Aku tentu senang jika suatu waktu bisa mengajak kau untuk menikmati apa yang pernah aku rasakan: mengenal bangsamu dari sisi yang lain.

Semoga kau sehat selalu.

Kontaklah aku di waktu senggangmu.
Panji Darmanto, 082232928xxx


Lalu, aku melihat nama wanita. Aku lupa jika punya teman seperti dia. Surelnya berbunyi:

            Untuk Mas G.,

Masih ingat kamu mas, dengan namaku? Aku Rianti Surati. Mungkin kamu lupa, dan itu wajar. Sudah lama sekali tak mendengar kabarmu, Mas. Syukur Rianti punya buku catatan, dan pernah menulis tentangmu pada suatu waktu saat itu.  

Mas, Rianti sekarang sudah menjadi seorang pengusaha disamping sebagai penulis. Pengusaha tanaman hias. Tahu kamu Mas, apa yang paling disukai dari tanaman yang kujual? Anggrek, mawar, kamboja, atau bougenville? Tidak, Mas. Bukan.

Yang paling banyak dicari adalah Lidah Mertua. Tahu mengapa, Mas? Ternyata tanaman ini memiliki manfaat yang luar biasa. Salah satunya adalah mampu menyerap polutan di udara. Dan aku bertekad untuk terus mengkampanyekan manfaat tanaman-tanaman seperti ini ditengah industrialisasi yang makin menganga ditempatku sini.

Terimakasih untuk bantuanmu saat itu. Jika saja Mas tak membantu, mungkin akan lain ceritanya Rianti sekarang.

Rianti Surati, 085731182xxx
timetaman.com Bojonegoro


Beda lagi dengan yang ini:

Bro, mainlah kerumah kapan-kapan. Sudah lama kali kita tak jumpa. Kangen sekali aku dengan masa-masa kita SMP. Bukankah dulu kita pernah berjanji bahwa suatu saat kita akan berkolaborasi dan menakhlukkan dunia?

Saat ini aku jadi pengusaha. Lepas SMA aku tak melanjutkan kuliah. Aku harus bertahan hidup, orangtuaku meninggal 2 minggu setelah aku lulus SMA. Sementara aku masih ada adik yang sekolah. Mau tak mau, aku harus bekerja.

Aku bingung saat itu mau kerja apa, tak punya aku keahlian teknis. Kau tahu, keahlianku hanyalah bicara. Maka aku pun nekad berdagang. Aku berdagang BBM saat itu. Aku jual premium di depan rumah. Maklum, modal kecil. Aku harus belajar berhemat: untuk makan, sekolah adik, dan melanjutkan usaha.

Kini usahaku terbilang cukup sukses. Tetap jualan BBM. Tapi sama sekali berbeda. Aku sekarang memiliki 1 SPBU dan  21 cabang outlet mini SPBU: semuanya aku alihkan menjadi Pertamax. Entah kenapa, aku tergerak hanya menjual BBM jenis Pertamax saja. Awalnya pendapatanku menurun, tapi untunglah tak lama. Aku berhasil meyakinkan konsumen bahwa pakai Pertamax lebih untung.

Bagaimana denganmu?

Maafken kawanmu ini baru memberi kabar.
Trunodongso, 085655972xxx


Yang ini dari akun email terbaru. Baru saja masuk. Rupanya surel dari kawan kuliah:

Halo, bro G.

Jika kau baca email ini, aku sudah berada di Norway. Jika kau mengenal Norway, kau pasti terheran-heran. Sebagai negara penghasil minyak dan gas bumi terbesar di Europe, udara disini sangatlah bersih, biarpun jumlah tanaman dan pepohonan disini tak bisa dibandingkan dengan pepohonan dan hamparan sawah-ladang di desaku.

Bagaimana dengan pekerjaanmu di Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC)? Aku senang, Pertamina berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produk gasoline RON 88 ke RON 92.

Kau pun tahu, produksi dan pemakaian RON 88 hanya akan merugikan negara dan juga konsumen. Seharusnya tidak diproduksi lagi, atau minimal dibatasi. Ini harus menjadi keinsyafan kita semua: akademisi, pengusaha, pemerintah, dan juga rakyat.

Nah, kau kan terpelajar juga seperti aku? Buatlah inovasi sedemikian rupa jika kau sudah mendapati posisi dan tanggungjawab yang baik ditempat kerjamu. Janganlah kau sengsarakan alammu hanya karena angka-angka.

Stay in touch.
Hanung Pranotowardoyo
Mahasiswa S2 Ekonomi, Oslo University



Aku heran dan terkejut, mengapa surel ini saling bertalian satu sama lain. Belum lagi berita di koran pagi tadi bahwa kualitas udara di beberapa kota besar Indonesia sudah mulai mengkhawatirkan.

“Kau terlihat banyak pikiran, G. Ada apa?”
“Tidak kenapa, Pak Slamet,” sahutku.

Pak Slamet adalah satpam proyek sekaligus pemilik warung kopi dekat kost-ku berada.

Ceritalah, karena dengan bercerita ringanlah permasalahan,” sambungnya sambil memilin-milin kumis tebalnya.

Aku pun menceritakannya. Dan ia menyimpulkan:

“Kalian memang Generasi Langit Biru.”
“Apa itu, Pak?”
“Generasi yang diharapkan mampu memberikan perubahan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Generasi yang cerah dan optimis laiknya langit biru tanpa awan mendung keputusasaan.”


***

___________________
Tulisan ini diikutkan dalam Pertamina Challenge Blog & Vlog Competition 2017, dengan panjang tulisan 4000-6000 karakter. S&K lainnya sudah dibaca, dipahami dan dipatuhi sebagaimana adanya.


Ardi & Rianti

Detak jam dinding terdengar cukup jelas di ruangan yang hanya berukuran 12 meter persegi dengan cat tembok warna orange cerah itu. Sekarang jam 01:15 malam. Ardi masih sibuk dengan laptopnya. Secangkir kopi hitam dan terdengar sayup lagu-lagu Peterpan menemaninya malam ini. Ia bukan sedang sibuk bermain game, apalagi bermain media sosial. Tidak. Ardi adalah seorang sarjana teknik dari salah satu kampus terbaik di negeri ini - ITS Surabaya. Sudah dua tahun ia lulus dari kampusnya. Predikatnya: cumlaude. Bahkan sempat mendapatkan penghargaan sebagai lulusan terbaik di jurusannya.

Ia masih sibuk dengan laptopnya. Meski wajahnya tampak kelelahan.

***

"Halo, bro. Sekarang kerja dimana?", tanya Nazriel pada Ardi. Mereka bertemu di suatu acara kondangan teman SMA. Nazriel adalah kawan dekat Ardi semasa SMA. Berbeda dengan Ardi, Nazriel adalah mahasiswa yang rajin dan pintar. Ia lulusan UGM. Seorang sarjana ekonomi.

Ardi berhasil cumlaude dari jurusannya hanya karena ia menjadi penurut sistem pendidikan dan tak lebih. Sementara penghargaan sebagai lulusan terbaik di jurusannya hanya karena ia kebetulan cumlaude dan sering mengikuti kegiatan bertaraf nasional dan internasional, meski nyatanya hanyalah kegiatan jalan-jalan dan main-main saja dari penatnya kampus yang mulai membangun sistem-sistem laiknya korporasi.

"Disini aja, bro", jawab Ardi singkat. Mereka berdua adalah putra asli Lumajang.

"Kenalin nih, calon saya. Masih ingat, nggak?", sambung Nazriel.

Namanya Rianti. Ardi tentu saja masih mengingatnya. Rianti adalah sosok perempuan yang pernah ia sukai secara diam-diam saat masih SMA. Ia cantik, manis, ceria, dan hangat. Tingginya sekitar 163 cm. Pribadinya pun baik. Rianti sering mewakili SMA saat ada ajang lomba tingkat kabupaten sampai nasional. Tentu tak akan kalah dengan Maudy Ayunda.

Perasaan itu masih ada. Perasaan itu masih kuat. Perasaan suka.

Ardi tampak kaget dan terlihat salah tingkah. Ia tak menyangka kalau perempuan yang ia sukai, sekarang sudah menjadi calon istri teman dekatnya. Perasaan Ardi saat ini ibarat kemarau yang mengharapkan hujan, yang didapatkan malah kebakaran. Sudah lama hati Ardi kering oleh cinta dan kasih dari teman sebayanya. Ardi adalah tipe siswa dan mahasiswa yang patuh pada orang tuanya. Ia tak boleh pacaran selama masih sekolah, maka ia tak melakukannya. Ia menjaga jarak terhadap setiap lawan jenisnya.

"Halo, Mas Ardi. Apa kabar sekarang?", tanya Rianti lembut sambil tersenyum manis dan menjabat tangan Ardi. Umur mereka memang berbeda 1.5 tahun. Rianti mulai sekolah lebih cepat atau mungkin Ardi memulai sekolahnya yang terlalu lambat.

Entah kenapa, Ardi tampak canggung dan tanpa sadar ia terpesona dengan sosok Rianti yang makin cantik.

***

Ini hari pertama Ardi kuliah. Sebagai mahasiswa baru, ia tak tampak seperti kebanyakan mahasiswa baru lainnya. Baju yang dipakai, tas, sepatu dan sejenisnya masihlah sama seperti saat ia bersekolah di SMA. Ardi memang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia tak ada waktu dan memang tak mampu untuk bergaya lebih. Lagi pula, itu bukan sifatnya. Ardi adalah orang yang memegang teguh prinsipnya bahwa hidup itu harus diperjuangkan. Meski ia sadar, terkadang keberuntungan juga berpengaruh.

Ardi kuliah di kampus teknik. Ia sangat menyukai kimia. Oleh karenanya, ia memilih Teknik Kimia sebagai opsi pendidikan tinggi yang bakal ditempuh. Ia sudah menargetkan akan lulus dalam 4 tahun. Tidak lebih. Juga tidak kurang. Dan masih banyak lagi target yang ia catat di buku saku miliknya. Ardi sudah terbiasa untuk membuat catatan dan rencana harian semenjak SMP.

***

Dalam mata kuliah Pengantar Teknik Kimia, Ardi mendapati dosen pengampu menyatakan bahwa kita semakin mengalami kemajuan peradaban, dan Teknik Kimia merupakan salah satu disiplin keilmuan yang sangat berperan penting. Ia memberi contoh bahwa setiap industri yang ada, pasti membutuhkan engineer lulusan Teknik Kimia. Apalagi di bidang Minyak dan Gas Bumi.

Ardi tak setuju dengan pernyataan itu. Ardi menyela dan menyampaikan gagasannya di kelas yang berisi kurang lebih 60-an mahasiswa.

"Izin menyela, Pak. Saya Ardi, NRP 2310100033 ijin menyanggah pernyataan Bapak. Menurut saya, kita sedang tidak mengalami kemajuan peradaban. Minyak dan Gas Bumi hanyalah penyela dan energi alternatif dalam beberapa masa ke depan. Sebetulnya, air, angin dan cahaya matahari itulah energi primer kita."

"Mengapa kau bilang begitu, Ardi?", tanya dosen.

"Kita selalu saja mengatakan bahwa Minyak dan Gas Bumi adalah sumber energi primer manusia. Dan menganggap bahwa air, angin, dan cahaya matahari sebagai energi alternatif. Seolah-olah, bahwa jika tidak ada Minyak dan Gas Bumi maka kehidupan kita akan berhenti? Saya tidak sepakat dengan bentuk hegemoni seperti ini," jawab Ardi tegas.

Sang dosen mengernyitkan dahinya.

***

Hari-hari ini Ardi mulai sering sibuk di luar kampus. Ardi memimpin sebuah organisasi ekstra kampus. Ia aktivis sosial.

Sayangnya, Ardi kurang dekat dalam berteman dengan sesama teman angkatannya di kampus. Ardi memang bukan tipikal orang yang suka berdiam diri. Apalagi status quo. Di salah satu buku sakunya tercatat bahwa ia sangat ingin berkeliling dunia, mengenal banyak orang, dan belajar berbagai hal di lapangan. Ia tertarik menjadi masyarakat global dengan segala persoalannya.

***

"Apa aku masih boleh mencintanya, Tuhan?", keluh Ardi menjelang tidur di suatu malam. Ardi tampak gelisah beberapa hari ini. Ia merasa banyak mengalami kegagalan dan beban yang berat. Ia butuh dorongan dan motivasi dari orang lain. Dari sahabat dekatnya. Atau mungkin lebih dari sekadar sahabat.

***

Adakah yang lebih luas dari semesta?
Adakah yang lebih dalam dari palung samudra? 
Adakah yang lebih ikhlas dari kasih seorang guru? 
Cintaku kepada Rianti jauh lebih luas dari semesta 
Sayangku kepada Rianti jauh lebih dalam dari palung samudra sekalipun 
Kasihku kepada Rianti jauh lebih ikhlas dari pada kasih seorang guru 
Aku merindukanmu 
Rianti

***

"Ardi, bagaimana dengan persiapan aksi minggu depan? Kau yakin apa yang telah kita rapatkan akan berjalan dengan baik?", tanya Said yang merupakan wakil Ardi di organisasinya.

"Aku masih ragu. Tapi kita harus tetap bergerak dan mengeksekusinya sebaik mungkin", jawab Ardi.

Aksi minggu depan memang terasa berbeda dengan aksi-aksi yang pernah Ardi ikuti. Bagaimana tidak, puluhan rumah terancam digusur oleh Pemerintah Kota setempat. Ardi dan kawan-kawannya sudah melakukan berbagai cara mediasi untuk mencari solusi terbaik, tapi Pemkot keukeuh untuk tetap menggusurnya minggu depan.

(Seminggu kemudian)

"Kita disini bukan untuk menjadi pahlawan, kawan-kawan. Bagaimana mungkin, tanah yang sudah puluhan tahun dijadikan tempat tinggal dan istirahat saudara-saudara kita ini harus digusur hanya karena kesalahan orang tua mereka yang tidak mengurus sertifikat tanah? Bukankah negara ada karena rakyat ada?", seru Ardi didepan ratusan massa aksi.

Menurut informasi yang berkembang, tanah ini akan menjadi wilayah perluasan dari salah satu pengembang properti terkenal di Surabaya. Ya, disamping perumahan warga yang akan digusur ini berdiri megah dan mewah perumahan dan apartemen. Entah kenapa, pemerintah justru lebih berpihak kepada pengembang daripada rakyatnya sendiri yang sudah jauh lebih dulu menguasai tempat ini, bahkan sebelum negara ini bernama Indonesia.

***


[Draft]


Semalam Lailatul Qadr? - Ramadhan 1438 H/ 2017 M


Gambar: Milky Way from Earth
Sumber:  http://www.nmgncp.com


Hari itu tak seperti biasanya. Bermula dari aktifitasku ba'da shalat ashar pada hari ke-22 menjalani puasa Ramadhan. Aku memutuskan pergi ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk bersih-bersih beberapa makam saudara. Ritual rutin menjelang lebaran (meski Abahku sendiri setiap Jum'at Legi kesana). Sore itu, kulihat cuaca sangat cerah. Terlebih lagi, suasananya sejuk sekali. Sepanjang sore di makam, aku tak mendapati suara satu binatang pun yang bisa aku dengar. Padahal, posisi makam dikelilingi persawahan di ketiga sisinya (kecuali bagian barat makam yang sudah menjadi rumah-rumah). Sementara itu, aku melihat pepohonan sengon dimana daunnya bergerak-gerik lambat terkena angin yang juga bergerak lambat (daun sengon itu kecil ya). Sebenarnya bisa dibilang tidak ada angin.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam lima sore, aku harus pulang kerumah untuk mandi dan persiapan berbuka. Lagipula, keperluanku untuk bersih-bersih makam sudah selesai. Jam buka puasa atau maghrib di sini jatuh pukul 17.25 WIB.

Setelah shalat maghrib dan berbuka, aku melanjutkan untuk bersiap shalat isya' dan tarawih berjamaah. Kali ini aku pergi ke Masjid Agung Anas Mahfudz Lumajang yang berada tepat di jantung kota Lumajang. Sudah lama sekali aku tak pernah shalat Tarawih di mesjid ini. Seingatku, jika tak salah, terakhir kali aku pernah shalat tarawih disini sekitar SMP kelas 1. Artinya, itu sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Lama sekali.

Aku niatkan untuk sekalian i'tikaf. Shalat tarawih disini selesai sekitar pukul 19:40 WIB. Lalu, aku lanjutkan untuk tadarrus Al-Qur'an.

Singkatnya, setelah dapat 2 juz bacaan aku memutuskan untuk pulang. Tenggorokanku kering karena pas berbuka tadi minum segelas teh manis hangat dan setengah gelas air putih saja. Mengingat juga, jarak antara mesjid dengan rumah hanya sekira 250 meter sahaja, jadi aku ambil opsi pulang. Sebenarnya, sore tadi sudah berpikiran mau bawa air mineral tapi ternyata sesampai di mesjid baru ingat. Salah saya. I'tikaf memang perlu persiapan, tak hanya batin tapi juga badan/fisik.

Malam itu langit masih cerah, namun cahaya bintang tak terlalu tampak (seperti biasa) seolah tak ada tempat untuknya atau cahayanya tak diijinkan-Nya untuk bersinar terang. Selain itu, malam itu terasa tenang dan damai.

Sekadar informasi, yang aku suka dari Lumajang adalah tingkat polusi udara disini masih rendah. Jika kita coba menghadapkan wajah ke langit maka bisa kita dapati gemerlap bintang gemintang dengan apik di kala langit cerah. Apalagi di sepertiga malam hingga shubuh tiba. Sangat berbeda dengan pengalaman saya dan Anda ketika di Surabaya.

Malam itu langit masih cerah, udaranya masih sejuk. Cukup kontras jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya yang cenderung dingin. Saat itu aku tak mengecek berapa temperatur pastinya, yang jelas aku bisa merasakannya karena aku tipe orang yang tidak kuat kondisi dingin.

Sesampai dirumah, aku melanjutkan untuk tadarrus Al-Qur'an kembali. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam setengah dua belas malam, aku putuskan untuk mencukupkan bacaanku dan bersiap istirahat. Malam itu tenang sekali. Padahal di pekarangan rumah belakang ada beberapa ayam kampung dan Jago milik Abahku yang kadang ramai. Sampai tiba waktu sahur, shubuh dan ba'da shubuh mereka (para ayam) masih tenang sekali.

Sekira pukul 1 dini hari, aku mulai tertidur. Sialnya, aku terbangun pukul 3 pagi.

Singkat cerita, sehabis shubuh dan baca Al-Qur'an, sekira jam 6 pagi matahari mulai muncul sinarnya. Sepertinya agak terlambat beberapa menit dari sebelumnya. Aku coba melihatnya.

Pagi itu masih cerah, dan udaranya masih sejuk. Padahal pagi-pagi sebelumnya dan sesudahnya, udara masih dingin khas Lumajang.

Sinar matahari kala itu tak seperti biasanya (setidaknya bagiku yang melihat dan merasakan). Matahari bersinar, tapi sinarnya tidak terlalu terang (teduh) seolah matahari kehilangan sinarnya. Sinarnya agak kemerahan. Mungkin karena sinarnya yang teduh, seolah saya merasakan kalau matahari agak terlambat datangnya.

Dari tanda-tanda itu, aku memiliki dugaan bahwa mungkin saja Lailatul Qadr jatuh pada malam 23 Ramadhan. Wallahu'alam.

Dari situ, sekira siang hari aku coba mencari jejak digitalnya. Barangkali ada yang merasakan sama denganku. Dari keseluruhan media di internet, aku hanya menemukan di jalur twitter beberapa kicauan yang setidaknya sama dengan apa yang kurasakan. Mereka dari beberapa daerah di Malaysia. Ada juga yang di Jakarta dan daerah Sumatra yang berkicau hampir sama. Aku juga membuka media facebook, aku coba tanyakan di sebuah grup daerah. Beberapa orang menjawabnya dengan jawaban 'mungkin saja iya', karena mereka juga merasakannya. Ada yang upload foto bulan yang separuh.

Wah, kalau begitu mungkin saja benar bahwa Lailatul Qadr jatuh semalam.

Dari keseluruhan tulisan diatas, aku mau memberi catatan sebagai pengingat diriku sendiri:

1. Mungkin saja benar, bahwa semalam Lailatul Qadr.

2. Meskipun benar semalam Lailatul Qadr, tetaplah beribadah sebagaimana biasanya. Kalau bisa tingkatkan.

3. Memahami tanda-tanda Lailatul Qadr berdasar Al-Hadist dan pendapat ulama' sangatlah perlu dan akan bermanfaat ketika kita merasakan/mendapati tandanya.

4. Lailatul Qadr itu memang misteri. Ada orang-orang yang bisa merasakan kehadirannya, namun jauh lebih banyak orang yang tidak bisa merasakannya.

5. Lailatul Qadr itu memang misteri. Ada orang-orang yang oleh Allah SWT diberikannya malam itu, namun jauh lebih banyak orang yang tidak diberikan malam itu..

6. Pesan Abahku sepertinya harus kumasukkan juga: ndak usah terlalu berpatokan pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Ambil semua kesepuluh hari terakhir dengan beribadah yang maksimal.

7. Lailatul Qadr memang rahasia Allah SWT. Dan orang yang mendapatkannya pun juga akan merahasiakannya. Ia tentu tak akan mengumbarnya karena ia telah menemukan cinta-Nya , hidupnya hanyalah untuk Tuhannya - Allah SWT semata. Allah SWT selalu hadir dan ada dalam kehidupannya. Ia akan menghargai dan mentaati-Nya di setiap malam tak terbatas pada saat Ramadhan sahaja.

8. Lailatul Qadr sepertinya akan sulit didapatkan oleh mereka yang masih ingat urusan dunia.

9. Lailatul Qadr juga sepertinya sulit didapatkan oleh mereka yang berburu Lailatul Qadr tapi lupa untuk melakukan kepasrahan total dan pengharapan ridha kepada Allah SWT.

10. Lailatul Qadr memang sebuah misteri yang hanya Allah SWT dan orang-orang yang dipilih-Nya yang mengetahui.

11. Semua orang bisa mendapatkan Lailatul Qadr. Ulama', Kiai, Ustadz, Guru, Dosen, Kepala Desa, Pengusaha, Buruh Pabrik, Tukang Gali Kubur, Tukang Parkir, Cleaning Service Bandara, apapun jenis profesi dan tingkat sosialnya. Tapi, tak semua orang dipilih Allah SWT untuk diberikan-Nya malam mulia itu.

Ke-sebelas catatan diatas semoga bisa menjadi pengingatku jika masih ada umur dan diijinkan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Aamin YRA.

Yaa Allah, Yaa Ghaffar, Yaa Ghofur, Yaa Afuww. Astaghfirullah. Ampunilah segala dosa-dosaku, dan dosa kedua orangtuaku. Aamin.. Aamin.. Aamin YRA.


Lumajang, 25 Juni 2017/ 1 Syawal 1438 H
Pukul 01:43























Pengalaman Seleksi Calon Karyawan PT Krakatau Steel

(sumber foto: garki.deviantart.com on google.com)

Pagi ini, Sabtu (15 Agustus 2015), saya merasakan apa itu kegagalan. Saya berniat menuliskannya dalam blog ini sebagai bagian dari proses perjalanan hidup. Dan semoga bisa menjadi pengingat bahwa saya pernah gagal, dan harus bangkit kembali untuk meraih sukses. 

Pagi ini, sekitar pukul 3:15 saya coba buka website dari salah satu konsultan yang digunakan oleh perusahaan untuk merekrut calon karyawan baru. Ya, saya telah melalui beberapa tahapan tes seleksi calon karyawan baru di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Program Management Trainee atau MT. Alamat website jasa rekruter yang digunakan saat itu ada di http://www.bandungoc.com/

Pertama-tama, saya akan membagikan beberapa info awal dari proses seleksi yang saya ikuti yakni seleksi online. Pada seleksi pendaftaran online, bersyukur ternyata saya bisa lolos. Padahal apa yang saya apply via online tersebut masih belum memenuhi standar kelengkapan berkas yang diminta. Salah satunya adalah tentang adanya Ijazah atau Surat Keterangan Lulus (SKL). Saat itu, SKL belum bisa dikeluarkan oleh jurusan. Apa boleh buat, namanya juga baru saja selesai sidang Tugas Akhir, ya coba daftar saja. Toh gratis, kan.

Namun akhirnya saya juga diundang untuk melakukan tes tulis, artinya lolos seleksi berkas online, saya bersyukur. 

Pada tanggal 8 dan 9 Agustus (Sabtu dan Minggu), di adakan tes tulis di Kampus ITS Surabaya. Hari pertama, yakni pada Sabtu-nya, di lakukan psikotes yang di awali dengan tes koran. Lebih jauh tentang tes koran ini, Anda bisa browsing di internet. Sebenarnya, serangkaian tes ini adalah sesuatu yang sama sekali baru bagi saya. Ya, maklum saja. Saya baru mau di wisuda akhir bulan September yang akan datang. Bagi saya yang masih awal begini, tes ini cukup menarik. Dan melelahkan.

Dimana menariknya?
Ya, tes koran ini disediakan dalam ukuran kertas yang cukup besar. Kira-kira ukuran A2 atau sekitar itu. Perintahnya hanyalah menjumlah dua angka yang saling berdekatan, dari atas ke bawah. Dan apabila ada perintah dari instruktur, maka lakukanlah perintah tersebut. Seperti perintah "garis", maka garislah pada posisi dimana Anda sedang mencoba menjumlahkan angka tersebut.

Dan tes koran pun dimulai. Karena ini sesuatu yang perdana bagi saya, maka saya coba amati apa yang dilakukan oleh para peserta yang lainnya. Saya melihat, beberapa dari mereka (yang saya tebak sudah berpengalaman ikut tes semacam ini) melakukan tindakan semacam melipat kertas itu menjadi dua bagian.

Akhirnya, saya pun mengikuti cara tersebut. Saya lipat kertas itu menjadi dua bagian. Dan benar saja. Terlihat lebih memudahkan, karena ukurannya yang tak terlalu besar. Dan lagi, hanya memakai kursi kuliah dengan meja lipat.

Dalam proses pengerjaan, saya dengan seenaknya dan asik saja menjumlahkan. Tetapi, sampai di pertengahan jalan, saya merasa ada yang salah. Apa yang salah? Saya tidak memperhatikan instruksi yang menyatakan harus mengerjakan dari atas ke bawah. Apabila satu lajur selesai (atas ke bawah), maka pengerjaan lajur selanjutnya adalah dimulai dari atas kembali. Dan seterusnya.

Sebaliknya, yang saya lakukan adalah mengerjakannya secara mengular. Dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, terus ke lajur selanjutnya secara mengular. Sampai setengah bagian kertas, saya merasa bahwa telah membuat kesalahan fatal. Tetapi, sudah terlanjur. Maka saya biarkan saja. Ya Sudahlah, terngiang nyanyian Bondan Prakoso saat itu juga.

Selesai tes koran, di lanjutkan dengan jenis soal psikotes lainnya.

Yang cukup menarik juga disini adalah tes menggambar. Ada beberapa kotak, tepatnya 8 kotak yang berisi bagian kecil gambar dan Anda diminta untuk menyelesaikan gambarnya sesuai dengan kreativitas Anda. Saya kebetulan, malam hari sebelum tes, mencoba untuk browsing di internet. Otomatis, gambar yang saya bikin beberapa gak jauh beda dengan yang dicontohkan di internet. Ini bagi saya juga bagian dari kegagalan saya. Saya yakin, pihak penyelenggara tes juga sudah mengetahui. Apalagi dengan banyaknya peserta yang apabila mereka juga belajar dari internet, dan memakai gambar yang sama, tentunya dari penyelenggara tes sudah dapat menebaknya dengan mudah. "Dafuq", mungkin begitu pikir para rekruter. Maka, saran saya kepada yang mau tes ini untuk mempersiapkan gambarnya sekreatif mungkin, menurut persepsi dan karya sendiri. Itu jauh lebih baik.

Setelah itu diminta untuk menggambar pohon dikotil. Saya coba gambar pohon rambutan saat itu, yang pernah saya miliki di depan rumah. Namun, gambar saya tak selesai. Saya terlalu idealis dalam menggambarkannya. Sehingga, waktu saya tak cukup. Ya, catatan di sini adalah waktu yang terbatas. Sebenarnya untuk waktu ini, relatif untuk semua jenis tes sangatlah terbatas. Karena memang tujuannya untuk mencari calon karyawan yang terbaik, yang bekerja cepat dan tahan dalam menghadapi tekanan. Jadi, pada bagian jenis tes ini saya sarankan agar sering-sering berlatih. Gambar semirip mungkin, sebaik mungkin, namun selesai. Itu intinya. Meski ada yang bilang: nggak harus mirip dan detail.

Dalam psikotes tersebut, sebenarnya tak hanya tentang gambar saja.

Ada juga tes tentang logika, nalar, dan bentuk lainnya. Yang hampir mirip dengan TPA (Tes Potensi Akademik). Dan setelah psikotes selesai, tes selanjutnya beralih ke TPA. Umum saja, seperti: sinonim, antonim, silogisme, deret angka dan geometri, hitungan cepat, penarikan kesimpulan dari paragraf, dan terakhir adalah hafalan. Saya paling mahir di hafalan saat itu.

Saya cukup kaget juga, jeda waktunya (antara psikotes dan TPA) sangat pendek. Beberapa menit saja. Padahal leher juga lelah dan agak pusing karena mata saya minus (efek melihat angka berderet-deret pada tes koran).

Pada bagian TPA ini juga memerlukan kemampuan otak yang cerdas. Nggak harus pintar, tapi cerdas. Itu artinya, yang perlu Anda lakukan adalah sering-seringlah untuk berlatih. Sering-sering mengerjakan soal dan lain sejenisnya. Itu poinnya.

Dan satu lagi yang penting: istirahat yang cukup malam atau sehari sebelumnya. Kalau bisa lebih.

Jeda sholat dhuhur, sembari makan siang dan menunggu siapa saja yang lolos ke tahap tes selanjutntya. Sistem seleksi yang dipakai dalam proses seleksi ini adalah sistem gugur. Bagi yang tidak lolos ke tahap selanjutnya, itu berarti Anda sudah dapat meninggalkan tempat tes.

Sampai sini, ternyata saya lolos psikotes.

Dan tahapan tes selanjutnya adalah tes TOEFL ITP, kemudian berlanjut dengan Job Test. Wah, ketemu TOEFL lagi. Saya akui, saya kurang cakap dalam berbahasa inggris. Ya, salah satunya karena kurang belajar dengan baik, dan tak ada persiapan sama sekali dalam menghadapi tes ini. Apalagi pas bagian listening, saya yakin yang lain juga agak kewalahan karena saat itu memang ruangan yang dipakai adalah ruangan untuk seminar. Jadi, bagi Anda yang ingin lolos tes rekrutmen seperti ini, yang kira-kira isi materi tes hampir sama, sering-seringlah berlatih soal. Tes keduanya berlangsung sampai jam 5-an sore.

Untuk Job Test sendiri, nanti posisi duduk akan dikelompokkan sesuai jurusan masing-masing. Bisa dimengerti karena bertujuan untuk memudahkan distribusi soal. Saat itu, soal ada 5 buah. Hanya seputar pengetahuan dasar dari jurusan masing-masing. Kebetulan saya dari Metalurgi, sudah bisa ditebak bahwa soal Diagram Fasa pasti keluar. Dan benar saja adanya, dia keluar.

Malam harinya, selesai Job Test dan sholat maghrib di umumkan siapa saja yang lolos ke tahap berikutnya. Yep, lagi-lagi sistem gugur diberlakukan. Sampai sini, ternyata nama saya masih ada. Alhamdulillah.

Untuk besoknya, adalah Focus Group Discussion (FGD) dan Wawancara Kerja.

Dalam FGD ini ternyata, yang saya rasakan adalah saya melakukan kesalahan fatal juga. Saya tak menyelesaikan pertanyaan dengan cukup baik. Saya hanya menjawabnya dengan poin-poin saja. Meskipun saya yakin poin-poin yang saya tawarkan itu bagus (ya, pengalaman organisasi mengajarkan saya untuk bikin tata kelola organisasi, visi, misi, renstra, tupoksi, dan sebagainya) tetapi saya tak melengkapinya dengan waktu, gambar, kendala, proses, dan lain-lain yang mungkin bisa saja melengkapinya. Pada bagian ini, sepertinya kita harus benar-benar mengeluarkan kemampuan terbaik dan kreatifitas kita. Tentunya saat diskusi itu sendiri. Saya cukup emosi, karena saat itu alur diskusi tidak jelas dan pembawa arah diskusi atau moderator kurang bisa untuk memimpin. Terlalu menerima suara, akhirnya suara yang masuk adalah hal-hal kecil, menjadi hal yang didiskusikan, dan menjadi solusi. Setidaknya itu yang saya rasakan. Subjektif memang. Apa boleh buat, ini pengalaman perdana meski dalam diskusi riil yang beginian bukan perdana.

Saya agak kesal mungkin juga karena waktu yg terlalu pendek, sekiranya hanya sebagai formalitas saja kesannya. Atau memang begitu desainnya. Oh ya, saat FGD juga diberi kertas. Jangan lupa juga untuk tulis pendapatnya disana.

Kemudian, singkat saja, lanjut ke tahap wawancara kerja. Kurang lebih waktu wawancara ini selama 30 menit. Biasanya, di sini ini merupakan yang penting. Dan karena pengalaman ini sesuatu yang awal dan pertama kalinya bagi saya dalam wawancara kerja, saya dalam menjawabnya biasa-biasa saja. Dalam artian, saya menjawab secukupnya saja. Sayangnya, ketika di tanya soal keilmuan, saya lupa. Karena bidang fokus yang ditanyakan sedikit berbeda. Saya kurang belajar. Tepatnya, saya harus belajar lagi ilmu-ilmu yang sudah lama saya tinggalkan pada semester-semester muda lalu.

Meskipun saya pernah melakukan Kerja Praktek di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, tak lantas menjadikan saya akan lulus tes dengan mudah. Usaha dan kerja keras dari masing-masing calon itulah yang utama. Bahkan, karena saya bilang saya pernah KP di sana, mereka (pewawancara) malah bertanya banyak hal tentang KS dan proses produksi di bagian pabrik yang lain, dimana saya tidak di tempatkan disana. Yang profil PTKS tentu saya bisa jawab dengan mudah. Sebenarnya saya cukup banyak tahu tentang perusahaan ini, di bandingkan dengan yang lainnya - sesama peserta dari satu jurusan. Saya yakin, karena saya sudah mempelajarinya dengan cukup baik. Saat kerja praktek dan juga saat menulis tentang "Membangun Budaya Organisasi".

Tetapi, dalam proses seleksi ini saya banyak belajar dan mendapatkan sesuatu. Saya juga cukup kaget, betapa penampilan para pesertanya sangat necis-necis saat itu, banyak yang pakai dasi, kemeja baru, sepatu mengkilap, rambut rapi, dan lain-lain. Ya, itu bisa diartikan bahwa mereka menghargai diri mereka sendiri. Ajining rogo soko busono.

Dari segi peserta, di Surabaya yang satu bidang dengan saya (Teknik Metalurgi) ada 12 peserta termasuk saya. Sementara yang akan di ambil hingga MT ada 7 saja secara nasional. Dari 12 peserta di Surabaya, 4 dari angkatan 2011, 4 dari 2010, 3 dari 2009 dan 1 dari 2008. Ya, apalagi dari angkatan 2011, yang baru mengambil TA semester 8 hanya saya saja. Ketiga yang lain sudah mengambil TA di semester 7. Maka, dalam berkas verifikasi pada pagi harinya, saya masih kekurangan berkas berupa SKL yang tidak ada (karena memang belum bisa dikeluarkan oleh jurusan), transkrip nilai yang juga belum keluar nilai dari Tugas Akhir (tanggal segitu baru selesai masa sidang TA) dan legalisir pun  juga tidak ada, di tambah dengan surat kuning yang juga tidak ada. Lengkaplah sudah. Jadi, bagi teman-teman yang mau tes beginian, persiapkan dengan baik berkas-berkas yang di butuhkan. Meski, kemampuan Anda jauh lebih penting. Tapi, berkas juga penting.

Ada hal lain juga yang ingin saya bagikan, kebetulan dari teman saya yang lolos ke tahap berikutnya, berupa Medical Check Up, dan wawancara manajemen, pernah cerita ke saya bahwa ia menderita buta warna parsial. Nah, hal seperti ini juga menjadi bagian dari proses seleksi. Kebetulan ia lolos seleksi sampai tahap ini, tetapi sepertinya ia bakal sulit untuk lolos dari tes kesehatan. Tetapi, itu semua tergantung kehendak Tuhan Yang MahaKuasa. Nah, karena itu mendekat dan meminta kepada Tuhan YME adalah yang paling utama. Saya akui juga, saya kurang mendekat kepada-Nya.

Jadi, buat Anda yang akan mengikuti tes seleksi calon karyawan sebuah perusahaan, persiapkanlah dengan baik semua hal yang bisa dipersiapkan. Semoga sukses untuk Anda sekalian. Semangat. :)

***
Tambahan: teman saya yang kami kira akan sulit lolos MCU karena berdasarkan pengakuannya yang buta warna, ternyata lolos kok dan sudah resmi jadi MT PTKS. Rezeki emang kagak kemana, gan. 

MARI MELANGKAH KEDEPAN




(sumber gambar: thecalmspace.com)

Pepatah kuno yang sangat terkenal, menyatakan bahwa perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah kecil saja. Pepatah kuno ini terbukti ampuh untuk beberapa orang, dan mereka juga terbukti dapat mencapai tujuan akhirnya dengan sangat baik. Menjadi orang sukses sebagaimana definisi sukses menurut mereka masing-masing. Namun, yang menjadi permasalahan disini adalah mengapa juga banyak orang gagal dalam memulai langkah kecilnya?

Mari coba kita cek dan koreksi bersama, "Sebenarnya apa yang menjadikan kita terhambat untuk melangkah kedepan?"

Pertama-tama, mari kita cek tentang NIAT kita. Bab niat ini memang luar biasa. Sebagai starting point. Sebagai pemicu tindakan selanjutnya. Dan perlu diingat kembali, bahwa niat masih dalam bentuk idea, gagasan, hasil dari buah pikiran, pertimbangan, perencanaan. Semurninya belum dilakukan dalam tindakan. Tetapi, niat adalah hal mendasar. Maka, mari kita cek dan koreksi ulang mengenai niat kita untuk mencapai sukses kita. Sudah benar-benar niatnya totalitas, ataukah masih setengah-setengah, apalagi masih ragu. Dan juga apakah niat itu murni keinginan dari diri sendiri, ataukah karena paksaan. Lebih-lebih karena sikap iri kita terhadap keberhasilan orang lain. Mari kita cek ulang.

Yang kedua, coba kita perhatikan tentang AKTIVITAS KESEHARIAN kita. Aktivitas yang baik, akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Ini juga bagian dari hukum sebab-akibat. Sunnah Allah, sebagai bentuk kesempurnaan dalam pengaturan alam semesta dan isinya. Maka, apabila kita mengisi hari-hari kita dengan aktivitas yang baik, hasilnya pasti juga baik. Dan mari kita cek ulang aktivitas keseharian kita.

Yang ketiga adalah tentang PIKIRAN kita. Tepatnya cara berpikir kita, atau cara kita dalam memanfaatkan pikiran kita. Saya ingin memberikan sedikit kata-kata yang barangkali juga mendapatkan persetujuan dari Anda, karena saya rasa ini adalah pesan yang universal untuk manusia.
Aku adalah pemilik sah dari pikiranku sendiri. Maka, yang paling berhak menguasainya adalah Aku. Pikiranku tak berhak dan tidak boleh menguasaiku!
Seringkali, hal yang menghambat kita untuk melangkah kedepan adalah pikiran kita sendiri. Seringkali pula kita mendapati bahwa pikiran-pikiran tertentu muncul sebagai penghambat dengan bentuk perintah untuk membatalkan niat kita untuk sukses. Pikiran-pikiran negatif tentang kegagalan, pikiran-pikiran negatif tentang kesia-siaan, pikiran-pikiran negatif tentang kerugian yang akan ditanggung kemudian jika dilakukan, dan lain-lain. Maka, solusi terbaik untuk hal ketiga ini adalah dengan menjaga agar pikiran kita tetap positif. Tentu sulit untuk melakukannya, tetapi bukannya tidak bisa. Jadi, inilah yang nanti juga membedakan mengapa ada orang sukses dan ada yang tidak, atau suksesnya tanggung. Mari perhatikan contoh sederhana berikut ini.
Pernyataan 1:
Tidak ada gunanya melakukan ini, kita sudah kalah.
 Pernyataan 2:
Kita belum kalah. Mari kita terus berusaha. Tampaknya ada segi lain yang baru.
Dari kedua pernyataan tersebut, terlihat adanya perbedaan pikiran yang menyertainya. Pernyataan pertama menunjukkan bahwa orang tersebut dalam keadaan dan citra yang negatif. Sedangkan pernyataan yang kedua menunjukkan seseorang yang bersikap optimis. Inilah yang nanti akan membedakan mengapa orang yang sukses, rata-rata sebagai pijakan awalnya adalah berbagai kegagalan luar biasa yang ia dapatkan. Yang membedakannya adalah ia tidak menyerah. Ia berpikiran positif, sehingga ia tak berhenti ketika menemui kegagalan. 

Nah, itu dia ketiga hal mendasar yang dapat membuat kita insya Allah tetap berada di dalam track cita-cita sukses. Banyak hal positif lain yang dapat Anda tambahkan, namun saya rasa ketiga hal ini sudah cukup efektif untuk membuat kita tetap berada dalam kondisi yang baik untuk mencapai kebaikan. Namun jangan lupa juga, masih ada Allah SWT - Tuhan Yang Maha Kuasa - yang menjadi pengawas dan penjaga kita. Jadi, mendekatlah juga kepada-Nya. :)

Selamat berbenah diri.
Rock it, guys.. ;-)



+