(sumber foto: garki.deviantart.com on google.com)
Pagi ini, Sabtu (15 Agustus 2015), saya merasakan apa itu kegagalan. Saya berniat menuliskannya dalam blog ini sebagai bagian dari proses perjalanan hidup. Dan semoga bisa menjadi pengingat bahwa saya pernah gagal, dan harus bangkit kembali untuk meraih sukses.
Pagi ini, sekitar pukul 3:15 saya coba buka
website dari salah satu konsultan yang digunakan oleh perusahaan untuk merekrut calon karyawan baru. Ya, saya telah melalui beberapa tahapan tes seleksi calon karyawan baru di
PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Program
Management Trainee atau MT. Alamat website jasa rekruter yang digunakan saat itu ada di
http://www.bandungoc.com/
Pertama-tama, saya akan membagikan beberapa info awal dari proses seleksi yang saya ikuti yakni seleksi online. Pada seleksi pendaftaran online, bersyukur ternyata saya bisa lolos. Padahal apa yang saya apply via online tersebut masih belum memenuhi standar kelengkapan berkas yang diminta. Salah satunya adalah tentang adanya Ijazah atau Surat Keterangan Lulus (SKL). Saat itu, SKL belum bisa dikeluarkan oleh jurusan. Apa boleh buat, namanya juga baru saja selesai sidang Tugas Akhir, ya coba daftar saja. Toh gratis, kan.
Namun akhirnya saya juga diundang untuk melakukan tes tulis, artinya lolos seleksi berkas online, saya bersyukur.
Pada tanggal 8 dan 9 Agustus (Sabtu dan Minggu), di adakan tes tulis di Kampus ITS Surabaya. Hari pertama, yakni pada Sabtu-nya, di lakukan psikotes yang di awali dengan tes koran. Lebih jauh tentang tes koran ini, Anda bisa browsing di internet. Sebenarnya, serangkaian tes ini adalah sesuatu yang sama sekali baru bagi saya. Ya, maklum saja. Saya baru mau di wisuda akhir bulan September yang akan datang. Bagi saya yang masih awal begini, tes ini cukup menarik. Dan melelahkan.
Dimana menariknya?
Ya, tes koran ini disediakan dalam ukuran kertas yang cukup besar. Kira-kira ukuran A2 atau sekitar itu. Perintahnya hanyalah menjumlah dua angka yang saling berdekatan, dari atas ke bawah. Dan apabila ada perintah dari instruktur, maka lakukanlah perintah tersebut. Seperti perintah "garis", maka garislah pada posisi dimana Anda sedang mencoba menjumlahkan angka tersebut.
Dan tes koran pun dimulai. Karena ini sesuatu yang perdana bagi saya, maka saya coba amati apa yang dilakukan oleh para peserta yang lainnya. Saya melihat, beberapa dari mereka (yang saya tebak sudah berpengalaman ikut tes semacam ini) melakukan tindakan semacam melipat kertas itu menjadi dua bagian.
Akhirnya, saya pun mengikuti cara tersebut. Saya lipat kertas itu menjadi dua bagian. Dan benar saja. Terlihat lebih memudahkan, karena ukurannya yang tak terlalu besar. Dan lagi, hanya memakai kursi kuliah dengan meja lipat.
Dalam proses pengerjaan, saya dengan seenaknya dan asik saja menjumlahkan. Tetapi, sampai di pertengahan jalan, saya merasa ada yang salah. Apa yang salah? Saya tidak memperhatikan instruksi yang menyatakan harus mengerjakan dari atas ke bawah. Apabila satu lajur selesai (atas ke bawah), maka pengerjaan lajur selanjutnya adalah dimulai dari atas kembali. Dan seterusnya.
Sebaliknya, yang saya lakukan adalah mengerjakannya secara mengular. Dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, terus ke lajur selanjutnya secara mengular. Sampai setengah bagian kertas, saya merasa bahwa telah membuat kesalahan fatal. Tetapi, sudah terlanjur. Maka saya biarkan saja. Ya Sudahlah, terngiang nyanyian Bondan Prakoso saat itu juga.
Selesai tes koran, di lanjutkan dengan jenis soal psikotes lainnya.
Yang cukup menarik juga disini adalah tes menggambar. Ada beberapa kotak, tepatnya 8 kotak yang berisi bagian kecil gambar dan Anda diminta untuk menyelesaikan gambarnya sesuai dengan kreativitas Anda. Saya kebetulan, malam hari sebelum tes, mencoba untuk browsing di internet. Otomatis, gambar yang saya bikin beberapa gak jauh beda dengan yang dicontohkan di internet. Ini bagi saya juga bagian dari kegagalan saya. Saya yakin, pihak penyelenggara tes juga sudah mengetahui. Apalagi dengan banyaknya peserta yang apabila mereka juga belajar dari internet, dan memakai gambar yang sama, tentunya dari penyelenggara tes sudah dapat menebaknya dengan mudah. "Dafuq", mungkin begitu pikir para rekruter. Maka, saran saya kepada yang mau tes ini untuk mempersiapkan gambarnya sekreatif mungkin, menurut persepsi dan karya sendiri. Itu jauh lebih baik.
Setelah itu diminta untuk menggambar pohon dikotil. Saya coba gambar pohon rambutan saat itu, yang pernah saya miliki di depan rumah. Namun, gambar saya tak selesai. Saya terlalu idealis dalam menggambarkannya. Sehingga, waktu saya tak cukup. Ya, catatan di sini adalah waktu yang terbatas. Sebenarnya untuk waktu ini, relatif untuk semua jenis tes sangatlah terbatas. Karena memang tujuannya untuk mencari calon karyawan yang terbaik, yang bekerja cepat dan tahan dalam menghadapi tekanan. Jadi, pada bagian jenis tes ini saya sarankan agar sering-sering berlatih. Gambar semirip mungkin, sebaik mungkin, namun selesai. Itu intinya. Meski ada yang bilang: nggak harus mirip dan detail.
Dalam psikotes tersebut, sebenarnya tak hanya tentang gambar saja.
Ada juga tes tentang logika, nalar, dan bentuk lainnya. Yang hampir mirip dengan TPA (Tes Potensi Akademik). Dan setelah psikotes selesai, tes selanjutnya beralih ke TPA. Umum saja, seperti: sinonim, antonim, silogisme,
deret angka dan geometri, hitungan cepat, penarikan kesimpulan dari paragraf, dan terakhir adalah hafalan. Saya paling mahir di hafalan saat itu.
Saya cukup kaget juga, jeda waktunya (antara psikotes dan TPA) sangat pendek. Beberapa menit saja. Padahal leher juga lelah dan agak pusing karena mata saya minus (efek melihat angka berderet-deret pada tes koran).
Pada bagian TPA ini juga memerlukan kemampuan otak yang cerdas.
Nggak harus pintar, tapi cerdas. Itu artinya, yang perlu Anda lakukan adalah sering-seringlah untuk berlatih. Sering-sering mengerjakan soal dan lain sejenisnya. Itu poinnya.
Dan satu lagi yang penting:
istirahat yang cukup malam atau sehari sebelumnya. Kalau bisa lebih.
Jeda sholat dhuhur, sembari makan siang dan menunggu siapa saja yang lolos ke tahap tes selanjutntya. Sistem seleksi yang dipakai dalam proses seleksi ini adalah sistem gugur. Bagi yang tidak lolos ke tahap selanjutnya, itu berarti Anda sudah dapat meninggalkan tempat tes.
Sampai sini, ternyata saya lolos psikotes.
Dan tahapan tes selanjutnya adalah tes TOEFL ITP, kemudian berlanjut dengan Job Test. Wah, ketemu TOEFL lagi. Saya akui, saya kurang cakap dalam berbahasa inggris. Ya, salah satunya karena kurang belajar dengan baik, dan tak ada persiapan sama sekali dalam menghadapi tes ini. Apalagi pas bagian listening, saya yakin yang lain juga agak kewalahan karena saat itu memang ruangan yang dipakai adalah ruangan untuk seminar. Jadi, bagi Anda yang ingin lolos tes rekrutmen seperti ini, yang kira-kira isi materi tes hampir sama, sering-seringlah berlatih soal. Tes keduanya berlangsung sampai jam 5-an sore.
Untuk Job Test sendiri, nanti posisi duduk akan dikelompokkan sesuai jurusan masing-masing. Bisa dimengerti karena bertujuan untuk memudahkan distribusi soal. Saat itu, soal ada 5 buah. Hanya seputar pengetahuan dasar dari jurusan masing-masing. Kebetulan saya dari Metalurgi, sudah bisa ditebak bahwa soal Diagram Fasa pasti keluar. Dan benar saja adanya, dia keluar.
Malam harinya, selesai Job Test dan sholat maghrib di umumkan siapa saja yang lolos ke tahap berikutnya. Yep, lagi-lagi sistem gugur diberlakukan. Sampai sini, ternyata nama saya masih ada. Alhamdulillah.
Untuk besoknya, adalah Focus Group Discussion (FGD) dan Wawancara Kerja.
Dalam FGD ini ternyata, yang saya rasakan adalah saya melakukan kesalahan fatal juga. Saya tak menyelesaikan pertanyaan dengan cukup baik. Saya hanya menjawabnya dengan poin-poin saja. Meskipun saya yakin poin-poin yang saya tawarkan itu bagus (ya, pengalaman organisasi mengajarkan saya untuk bikin tata kelola organisasi, visi, misi, renstra, tupoksi, dan sebagainya) tetapi saya tak melengkapinya dengan waktu, gambar, kendala, proses, dan lain-lain yang mungkin bisa saja melengkapinya. Pada bagian ini, sepertinya kita harus benar-benar mengeluarkan kemampuan terbaik dan kreatifitas kita. Tentunya saat diskusi itu sendiri. Saya cukup emosi, karena saat itu alur diskusi tidak jelas dan pembawa arah diskusi atau moderator kurang bisa untuk memimpin. Terlalu menerima suara, akhirnya suara yang masuk adalah hal-hal kecil, menjadi hal yang didiskusikan, dan menjadi solusi. Setidaknya itu yang saya rasakan. Subjektif memang. Apa boleh buat, ini pengalaman perdana meski dalam diskusi riil yang beginian bukan perdana.
Saya agak kesal mungkin juga karena waktu yg terlalu pendek, sekiranya hanya sebagai formalitas saja kesannya. Atau memang begitu desainnya. Oh ya, saat FGD juga diberi kertas. Jangan lupa juga untuk tulis pendapatnya disana.
Kemudian, singkat saja, lanjut ke tahap
wawancara kerja. Kurang lebih waktu wawancara ini selama 30 menit. Biasanya, di sini ini merupakan yang penting. Dan karena pengalaman ini sesuatu yang awal dan pertama kalinya bagi saya dalam wawancara kerja, saya dalam menjawabnya biasa-biasa saja. Dalam artian, saya menjawab secukupnya saja. Sayangnya, ketika di tanya soal keilmuan, saya lupa. Karena bidang fokus yang ditanyakan sedikit berbeda. Saya kurang belajar. Tepatnya, saya harus belajar lagi ilmu-ilmu yang sudah lama saya tinggalkan pada semester-semester muda lalu.
Meskipun saya pernah melakukan Kerja Praktek di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, tak lantas menjadikan saya akan lulus tes dengan mudah. Usaha dan kerja keras dari masing-masing calon itulah yang utama. Bahkan, karena saya bilang saya pernah KP di sana, mereka (pewawancara) malah bertanya banyak hal tentang KS dan proses produksi di bagian pabrik yang lain, dimana saya tidak di tempatkan disana. Yang profil PTKS tentu saya bisa jawab dengan mudah. Sebenarnya saya cukup banyak tahu tentang perusahaan ini, di bandingkan dengan yang lainnya - sesama peserta dari satu jurusan. Saya yakin, karena saya sudah mempelajarinya dengan cukup baik. Saat kerja praktek dan juga saat menulis tentang "
Membangun Budaya Organisasi".
Tetapi, dalam proses seleksi ini saya banyak belajar dan mendapatkan sesuatu. Saya juga cukup kaget, betapa penampilan para pesertanya sangat necis-necis saat itu, banyak yang pakai dasi, kemeja baru, sepatu mengkilap, rambut rapi, dan lain-lain. Ya, itu bisa diartikan bahwa mereka menghargai diri mereka sendiri. Ajining rogo soko busono.
Dari segi peserta, di Surabaya yang satu bidang dengan saya (Teknik Metalurgi) ada 12 peserta termasuk saya. Sementara yang akan di ambil hingga MT ada 7 saja secara nasional. Dari 12 peserta di Surabaya, 4 dari angkatan 2011, 4 dari 2010, 3 dari 2009 dan 1 dari 2008. Ya, apalagi dari angkatan 2011, yang baru mengambil TA semester 8 hanya saya saja. Ketiga yang lain sudah mengambil TA di semester 7. Maka, dalam berkas verifikasi pada pagi harinya, saya masih kekurangan berkas berupa SKL yang tidak ada (karena memang belum bisa dikeluarkan oleh jurusan), transkrip nilai yang juga belum keluar nilai dari Tugas Akhir (tanggal segitu baru selesai masa sidang TA) dan legalisir pun juga tidak ada, di tambah dengan surat kuning yang juga tidak ada. Lengkaplah sudah. Jadi, bagi teman-teman yang mau tes beginian, persiapkan dengan baik berkas-berkas yang di butuhkan. Meski, kemampuan Anda jauh lebih penting. Tapi, berkas juga penting.
Ada hal lain juga yang ingin saya bagikan, kebetulan dari teman saya yang lolos ke tahap berikutnya, berupa Medical Check Up, dan wawancara manajemen, pernah cerita ke saya bahwa ia menderita buta warna parsial. Nah, hal seperti ini juga menjadi bagian dari proses seleksi. Kebetulan ia lolos seleksi sampai tahap ini, tetapi sepertinya ia bakal sulit untuk lolos dari tes kesehatan. Tetapi, itu semua tergantung kehendak Tuhan Yang MahaKuasa. Nah, karena itu mendekat dan meminta kepada Tuhan YME adalah yang paling utama. Saya akui juga, saya kurang mendekat kepada-Nya.
Jadi, buat Anda yang akan mengikuti tes seleksi calon karyawan sebuah perusahaan, persiapkanlah dengan baik semua hal yang bisa dipersiapkan. Semoga sukses untuk Anda sekalian. Semangat. :)
***
Tambahan: teman saya yang kami kira akan sulit lolos MCU karena berdasarkan pengakuannya yang buta warna, ternyata lolos kok dan sudah resmi jadi MT PTKS. Rezeki emang kagak kemana, gan.