Oleh:
Abdul Ghofur
Kepala Badan Eksternal DPM ITS 2013-2014
Kepala Badan Eksternal DPM ITS 2013-2014
I.
PENDAHULUAN
“Tata
nilai dan budaya tidak terbantahkan lagi merupakan sebuah elemen penting dalam
perusahaan. Tantangannya adalah bagaimana agar tata nilai ataupun budaya
perusahaan itu bisa terimplementasikan dengan baik, dan meresap ke dalam jiwa
seluruh insan di dalam perusahaan. Itulah yang akan menjadi salah satu kunci
keberhasilan perusahaan sehingga bisa berusia panjang.”
– Dwi Soetjipto (Alumnus Tekkim ITS 1980) dalam bukunya Road to Semen Indonesia
Sengaja saya memakai penggalan isi buku Road to
Semen Indonesia: Transformasi Korporasi – Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan
karya Pak Dwi untuk mengawali tulisan singkat saya tentang Membangun Budaya
Organisasi DPM ITS 2013-2014. Sebagai sesama mahasiswa yang belajar di
almamater yang sama, semoga kita adalah generasi penerusnya yang bisa mengikuti
prestasinya atau bahkan kelak bisa melebihi apa yang telah dicapainya selama
menjadi pimpinan eksekutif beberapa BUMN di Indonesia.
Selama menjadi anggota DPM ITS, saya banyak belajar
tentang bagaimana memanajemen organisasi ini. Disana saya banyak berdiskusi
antar Anggota DPM ITS, terutama dengan Ketua DPM ITS saat itu – Dita Ahmeta
Ferdiansyah. Mulai dari membahas kembali materi yang pernah saya dapatkan di
LKMM Tingkat Menengah XI FTI – ITS 2013, diskusi langsung dengan para pimpinan ormawa dari berbagai kampus
besar di Indonesia saat menjadi peserta PPSDMS Surabaya, berbagai
pengalaman dan pembelajaran yang saya
dapatkan saat masa kaderisasi; saat ‘menghidupkan’ kembali IMAJAYA (Ikatan
Mahasiswa Lumajang di Surabaya) setelah 4 tahun berhenti; saat beraktivitas di
UKM; saat menjadi staff dan calon pimpinan LDJ Ash-Habul Kahfi; saat menjadi
staff di Ristek HMMT FTI ITS dan sejarahnya masuk 3 besar keilmiahan terbaik
ITS; saat menjadi staff di Ristek BEM ITS dan sejarahnya menjadi Juara Umum
PIMNAS untuk pertama kalinya; saat mengikuti forum-forum pemuda tingkat
nasional, dan tentunya yang paling menarik adalah dari buku-buku bacaan yang
pernah saya baca. Satu hal lagi yang mendasari penulisan ini adalah apa yang
saya dapatkan saat menjalani Kerja Praktek di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Perusahaan dan organisasi pada dasarnya memiliki
kesamaan. Dan itu yang menjadi poin menarik untuk saya jadikan bahan diskusi
dan eksperimen kami selama menjalankan kinerja DPM ITS masa kepengurusan
2013-2014. Saya akan sedikit berbagi cerita tentang sebuah kasus perusahaan
besar di dunia yang bernama Johnson & Johnson. Kasus dari perusahaan ini
mungkin bisa menjadi sebuah renungan bagaimana tata nilai memberikan pengaruh
besar dalam kelangsungan perusahaan. Penyusunan tata nilai yang tepat dan
implementasinya, terbukti membuat perusahaan mampu melewati sebuah badai besar
yang bisa saja menenggelamkan perusahaan.
Mari
kita cermati pernyataan tata nilai Johnson & Johnson berikut ini:
“We believe our first
responsibility is to our doctor, nurses, and patients, to mothers and fathers
and all others who use product and services. In meeting their needs, everything
we do must be of high quality.”
Pada tahun 1982, Johnson & Johnson diterpa badai
besar ketika salah satu produk unggulannya, yakni Tylenol terkontaminasi
sianida sehingga menyebabkan kematian sejumlah orang. Apa yang dilakukan
Johnson & Johnson? Mereka langsung menarik seluruh produk Tylenol,
sekaligus memberikan bantuan kepada para korban. Tindakan itu memang sangat
menekan perusahaan mengingat Tylenol menguasai 35 persen lebih dari laba
Johnson & Johnson. Namun Johnson & Johnson memilih untuk bertindak
sigap menarik produk dan memberikan kompensasi kepada para korbannya, dengan
berlandaskan tata nilai bahwa mereka memprioritaskan tanggungjawab mereka
kepada para pengguna produknya.
Jika pernyataan dalam tata nilai adalah “our first responsibility is to our
shareholders”, maka mungkin Johnson & Johnson tidak akan bertindak
sesigap itu karena mereka harus mengutamakan para pemangku kepentingannya. Bisa
jadi mereka tak mau menarik produk karena akan merugikan. Namun mereka
berpegang teguh pada tata nilai yang sudah disusun. Dan terbukti berkat
kesigapan mereka bertindak, dengan berlandaskan tata nilai, Johnson &
Johnson tidak terpuruk akibat kasus besar itu. Bahkan Johnson & Johnson
yang sudah berdiri sejak tahun 1886, hingga kini terus tumbuh menjadi salah
satu perusahaan terbesar di dunia.
Keberhasilan Semen Indonesia Group (SMIG) menjadi
perusahaan terbesar di Asia Tenggara dan berhasil menjadi BUMN pertama yang
bergelar multinational corporation, tak
terlepas dari tata nilai dan budaya perusahaan yang telah dibangun. Visi SMIG
pun di ubah dari sekadar sebagai perusahaan semen yang bisa bermain di kancah
regional menjadi World Class Engineering
Company yang akan tercapai pada tahun 2030. Berikut merupakan tata nilai
yang telah ditetapkan oleh SMIG, terdiri Transparancy,
Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness.
Sedangkan di tempat saya menjalani Kerja Praktek
(KP), yakni di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, memiliki tata nilai yang
terdiri dari Competence, Integrity, Reliable
dan Innovative atau biasa disingkat
dengan CIRI. Perusahaan baja nasional yang berdiri pada 31 Agustus 1970 ini
memiliki visi yakni “Perusahaan baja
terpadu dengan keunggulan kompetitif unutk tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.”
Selama saya menjalani Kerja Praktek hampir satu
bulan disana, saya merasakan betul atmosfer CIRI benar-benar ingin diimplementasikan
dan diresapi secara baik oleh setiap komponen perusahaan. Dan momen Kerja
Praktek tersebut, selain saya manfaatkan untuk memperdalam keilmuan Material
dan Metalurgi juga tak mau saya sia-siakan hanya dengan fokus pada pengerjaan
laporan. Saya coba pelajari apa yang ingin di bangun oleh Perusahaan Baja
Terpadu yang termasuk salah satu dari industri strategis nasional ini. Dan
banyak hal yang saya dapatkan.
Penjelasan di atas merupakan sedikit contoh tentang
pembangunan budaya perusahaan di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk. Dari sana, saya ingin mengajak Anda untuk membaca
dan memperhatikan tentang pembangunan budaya organisasi DPM ITS masa
kepengurusan 2013-2014 yang pernah saya geluti. Pada akhirnya, semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan tentunya menginspirasi
para pimpinan organisasi mahasiswa pada khususnya untuk memperhatikan,
mengkaji, meningkatkan dan mengevaluasi setiap potensi-potensi yang ada di
dalam ormawa mereka untuk kebaikan bersama di masa kini dan masa mendatang.
Selamat membaca.
II.
PENGERTIAN
BUDAYA, ORGANISASI DAN BUDAYA ORGANISASI
Sebelum lebih jauh membahas tentang budaya
organisasi dan bagaimana cara membangun budaya organisasi, lebih baik jika kita
kembali memahami pengertian dari kata “budaya” dan “organisasi” itu sendiri.
Hal ini menjadi penting karena kita senantiasa mengesampingkan pentingnya
sebuah definisi dari sebuah kata. Dari sini diharapkan pemahaman kita semakin
luas dan mantap mengenai budaya, organisasi dan budaya organisasi yang akan
dibahas selanjutnya.
Bagi orang awam, kata “budaya” biasanya di
asosiasikan dengan sebuah tarian, musik, makanan, hasil kerajinan tangan,
pakaian, perhiasan, peralatan, bentuk bangunan, dan sejenisnya. Namun, sebagai
seorang organisatoris dan juga aktivis mahasiswa kita harus memiliki pemahaman
yang lebih baik dan komprehensif mengenai budaya berdasarkan pengertian dari
para ahli yang dapat diterima secara umum. Budaya organisasi yang dimaksud disini
tentu berbeda dengan apa yang disebutkan sebelumnya. Berikut ini beberapa
pengertian tentang budaya organisasi yang bisa kita jadikan acuan dan konsep kedepan
dalam membangun budaya di organisasi kita masing-masing.
Pemahaman dari perspektif bahasa, kata budaya atau
kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) sehingga budaya diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, kata
budaya atau kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata latin yakni colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan.
Pendalaman lebih lanjut untuk memperluas wawasan dan
pemahaman kita mengenai budaya, berikut ini beberapa pendapat para ahli yang
dapat dijadikan sumber pemahaman yaitu: Koentjaraningrat
(1998:5) mengatakan bahwa budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang di miliki diri
manusia dengan cara belajar. Budaya atau kebudayaan seperti sebuah piramida
berlapis tiga. Lapisan di atas adalah hal-hal yang dapat dilihat secara kasat
mata seperti bentuk bangunan, pakaian, tarian, musik, teknologi, dan
barang-barang lain. Lapisan tengah adalah perilaku, gerak-gerik dan adat
istiadat yang sering kali dapat juga dilihat. Lapisan bawah adalah
kepercayaan-kepercayaan, asumsi, dan nilai-nilai yang mendasari lapisan di
atasnya.
Edgar
H. Schein (1992:16) dalam karyanya “Organizational Culture and Leadership” yang banyak menjadi
referensi penulisan mengenai budaya organisasi, mendefinisikan dengan lebih
luas bahwa budaya adalah: “A pattern of
share basic assumption that the group learner as it solved its problems of
external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be
considered valid and therefore, to be taught to new members as the correct way
to perceive, think and feel in relation to these problems”. Pendapat
tersebut diartikan bahwa kebudayaan adalah “suatu pola asumsi dasar yang
diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai
pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal
yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan kepada
angota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan
merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut”.
Setelah memahami apa itu pengertian budaya,
selanjutnya akan diberikan beberapa pengertian mengenai organisasi. Organisasi
didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang),
yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstruktur dengan cara
tertentu, sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing,
dan sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu, dan juga mempunyai
batas-batas yang jelas, sehingga organisasi dapat dipisahkan secara tegas dari
lingkungannya (Lubis, S.B. Hari, Martani Huseini. 2009. Pengantar Teori
Organisasi – Suatu Pendekatan Makro).
Sedangkan pengertian organisasi menurut Gibson (1989:23) dalam Dewi (2006:12) menyatakan bahwa organisasi
merupakan kesatuan yang memungkinkan orang untuk bekerja sama mencapai tujuan.
Sedangkan Robbins (1994:5)
menyatakan organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relatif terus menerus berpartisipasi secara
teratur untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang budaya dan
organisasi diatas, akhirnya dapat kita tarik kesimpulan bahwa budaya organisasi adalah apa yang
dirasakan, apa yang diyakini dan apa yang dijalani oleh sebuah organisasi.
Budaya organisasi memiliki fungsi utama bagi
organisasi itu sendiri. Yang pertama yakni sebagai proses integrasi internal
atau pemersatu dari setiap komponen internal dalam organisasi. Dan yang kedua
yakni sebagai proses adaptasi eksternal atau sebagai sarana untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan luar organisasi. Sedemikian pentingnya fungsi budaya
organisasi, sehingga menjadikan budaya organisasi adalah salah satu hal yang
harus dimiliki, dilaksanakan, dirawat dan di evaluasi oleh sebuah organisasi
yang ingin dikatakan sebagai organisasi yang berhasil.
Ilustrasi yang dapat digambarkan dengan adanya
budaya organisasi adalah sebagai berikut:
Gambar 1
– Manfaat Budaya Organisasi
Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa dengan
adanya budaya organisasi maka orang-orang yang ada di dalamnya, yang awalnya
memiliki cara pandang dan berbuat yang berbeda satu sama lain dapat di
transformasikan menjadi sekelompok orang dengan nilai-nilai dan keyakinan baru
sesuai dengan budaya dalam organisasi tersebut sehingga bisa bergerak lebih
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk bisa memahami bagaimana cara membangun budaya
organisasi, setidaknya ada 3 (tiga) subbab yang perlu untuk dipelajari terlebih
dahulu. Ketiga subbab tersebut adalah mengenal budaya organisasi, nilai budaya
organisasi dan mengelola transformasi budaya organisai.
III.
MEMBANGUN
BUDAYA ORGANISASI
Sampai
disini saya rasa Anda sudah cukup memahami apa itu pengertian dari budaya, pengertian
dari organisasi dan tentunya pengertian dari budaya organisasi. Selanjutnya
dalam bagian ini kita akan membahas mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam pembangunan
budaya organisasi di lembaga legislatif DPM ITS masa kepengurusan 2013-2014.
Ada tiga subbab yang akan menjadi
bahasan utama sebagaimana penjelasan di akhir bagian pendahuluan di atas.
1.
MENGENAL
BUDAYA ORGANISASI
Konsep Visi,
Misi, Falsafah dan Values
Dalam
sebuah organisasi yang bisa dikatakan baik/ berhasil, setidaknya memiliki
beberapa instrument budaya organisasi yang berupa Visi, Misi, Perilaku,
Falsafah, Values, dan Penataan
Artefak. Ke enam instrument budaya organisasi tersebut dapat di gambarkan dalam
diagram alur di bawah ini.
Keterangan:
-
Misi
Misi merupakan jalan pilihan untuk
menuju ke masa depan
-
Perilaku
Perwujudan sebuah visi dilaksanakan
dengan perilaku yang dilandasi oleh Keyakinan dan Nilai Dasar. Perilaku
tersebut diantaranya dibentuk melalui penataan artefak dan lain-lain.
-
Values
Values
adalah
nilai-nilai yang di junjung tinggi dalam usaha organisasi untuk mewujudkan visi
melalui misi
-
Falsafah
Falsafah adalah keyakinan yang
menjiwai pikiran dan tindakan pengurus organisasi atas kebenaran misi dan cara
yang ditempuh untuk mewujudkan visi yang telah di tetapkan
-
Penataan
Artefak
Penataan artefak seperti mars, yel-yel,
lagu akan dapat memotivasi seseorang untuk mengartikulasikan perilaku sesuai
dengan keyakinan dan nilai dasar dalam organisasi
-
Visi
Visi adalah gambaran kondisi masa depan
yang hendak diwujudkan
Setelah
kita cukup memahami penjelasan ringkas tentang ke enam instrument di atas, mari
kita buka dan baca kembali apa yang menjadi Visi dan Misi dari Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM) ITS masa kepengurusan 2013-2014.
A. Visi
DPM ITS:
“Terwujudnya
DPM ITS yang Profesional dan Berintegritas
dengan Semangat Proaktif dan Aspiratif.”
dengan Semangat Proaktif dan Aspiratif.”
Penjelasan:
DPM ITS yang Profesional dan
Berintegritas
DPM
ITS masa kepengurusan 2013-2014 mempunyai harapan kedepannya mampu menjadi organisasi
mahasiswa yang profesional. Meski sangat sulit dalam pelaksanaannya – dalam
penyusunan visi ini di depan sudah terbayang bagaimana sulitnya menjadi
organisasi yang profesional – karena seringkali organisasi mahasiswa
dibenturkan antara profesionalisme dan rasa kekeluargaan. Beberapa ormawa di
ITS mayoritas memilih untuk mengedepankan kekeluargaan daripada profesionalitas.
Namun, dalam diskusi yang cukup menarik saat perumusan visi tersebut akhirnya
kami bersepakat untuk memilih kata profesional. Meskipun sempat muncul dan
terjadi perdebatan yang cukup lama apakah memakai kata kredibel (kata ini
sempat muncul) atau profesional. Pembangunan akan profesionalisme dan
integritas anggota DPM ITS akan terus dilakukan dan dijiwai dalam melakukan
tugasnya.
Semangat Proaktif dan Aspiratif
DPM ITS masa kepengurusan 2013-2014 dalam melaksanakan tugas-tugasnya harus selalu berupaya untuk bekerja berdasarkan semangat proaktif dan aspiratif. Proaktif disini adalah tanggap terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden BEM ITS dan juga terhadap pelaksanaan atau eksekusi Undang-Undang dan aturan lain yang dilakukan oleh BEM ITS secara keseluruhan (sebagai bagian dari fungsi kontrol). Sedangkan semangat aspiratif harus selalu menjiwai setiap anggota DPM ITS. Dalam melakukan jaring aspirasi mahasiswa misalnya, setiap Anggota DPM ITS harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang penjaring aspirasi yang baik, mau menjadi pendengar yang baik, memberikan feedback dan apresiasi terhadap setiap pertanyaan; saran; ataupun kritik yang diberikan oleh peserta jaring aspirasi. Sehingga dapat terjalin trust atau kepercayaan antara dua belah pihak, dan akhirnya tercapailah apa yang menjadi tujuan bersama.
B. Misi
DPM ITS
1.
Membangun
kebersamaan dan kekeluargaan di internal lembaga DPM ITS
Jika kita ibaratkan
misi sebagai guideline ketercapaian
dari visi yang dicanangkan, maka kami DPM ITS masa
kepengurusan 2013-2014 menekankan
bahwa membangun kebersamaan dan kekeluargaan di dalam internal lembaga adalah
poin penting yang harus dicapai terlebih dahulu. Mengapa kami menekankan bahwa
misi internal harus tuntas terlebih dahulu? Hal ini tak terlepas dari komposisi tim yang dimiliki oleh
DPM ITS yang beragam dan kebanyakan dalam
kondisi tak saling
mengenal. Apalagi di dalam DPM ITS semua anggota memiliki kedudukan yang egaliter. Padahal
dalam suatu organisasi, suatu program akan berhasil jika semua elemen yang
ada didalamnya memiliki pandangan
yang sama, dapat memahami
perannya masing-masing dan mampu
menjiwai apa yang menjadi tujuan (objective) dari suatu program yang telah dibuat dan
ditetapkan. Jika dan hanya
jika kebersamaan dan kekeluargaan itu terbangun di antara para anggota DPM ITS,
maka bukan tidak mungkin penjiwaan terhadap visi dan program yang dicanangkan
sejak awal akan tercapai dengan sempurna dan gilirannya akan memicu percepatan
pada kualitas kerja DPM ITS dan hasil kinerja yang optimal.
2.
Membangun
sinergisitas antar lembaga organisasi kemahasiswaan di KM ITS
Poin kedua dari
misi DPM
ITS 2013-2014 adalah sinergi
eksternal. Sinergi eksternal perlu diciptakan sebagai manifestasi semangat
proaktif dan aspiratif yang telah kami canangkan sejak awal dalam visi DPM ITS
2013-2014. Membangun sinergi bukan berarti menjadikan kita
bersikap pasif, namun harus
aktif. Aktif dalam arti tidak menunggu, lebih cenderung terbuka terhadap poin
ketercapaian sehingga tidak adanya monopoli kepentingan salah satu lembaga di
dalamnya. KM ITS dibangun berdasarkan keberagaman yang ada di dalamnya,
sehingga tak dapat dipungkiri bahwa menemukan poin ketercapaian bersama,
menjalankan dan mencapainya secara bersama antar lembaga di KM ITS menjadi
esensi penting yang terkadang dilupakan oleh para pemangku jabatan di KM ITS. Dengan adanya komitmen
bersama inilah yang nantinya akan menguatkan posisi tawar DPM ITS sebagai
lembaga perumus kebijakan strategis di KM ITS.
3.
Membentuk public
good dengan
menyalurkan aspirasi mahasiswa ITS
Poin
selanjutnya yang menjadi misi dari DPM ITS 2013-2014 adalah membentuk public good (kebaikan bersama). Inilah
inti keberadaan DPM ITS. Sebagai wakil (representative)
dari anggota KM ITS dalam Pemerintahan KM ITS. Kebaikan bersama yang dimaksud
adalah setiap kebijakan yng nantinya dikeluarkan oleh DPM ITS haruslah didasari
pada aspirasi yang disuarakan dan disampaikan oleh KM ITS. Setiap langkah gerak dari DPM ITS haruslh
mendapat restu dari KM ITS dan yang paling penting DPM ITS haruslah bersikap open minded dan friendly terhadap setiap aspirasi yang ada. Karena jiwa seorang
wakil adalah sebagai penampung apa yang diwakilinya. Menampung segala saran
yang diberikan, menampung setiap kluh kesah rakyat yang diwakilinya. Namun
terkait tindak lanjut mengenai berbagai aspirasi yang ada haruslah disesuaikan
dengan tujuan yang dicanangkan di awal serta aspek kebermanfaatan yang akan
dihasilkan apabila dilakukan tindak lanjut aspirasi.
4.
Proaktif
terhadap kebijakan strategis dalam lingkup KM ITS
Poin terakhir yang menjadi misi dari DPM ITS 2013-2014
adalah proaktif terhadap kebijakan strategis dalam KM ITS. Yang dimaksud
proaktif ini adalah memilih secara aktif untuk merumuskan kebijakan strategis
yang dapat membawa KM ITS ke arah yang lebih baik. Merumuskan di sini bukanlah
sekedar merumuskan GBHK bagi BEM ITS saja, namun juga termasuk dalam melakukan
kontrol terhadap implementasi GBHK yang terwujud melalui berbagai tipe Program
Kerja yang dilakukan oleh BEM ITS, baik itu event
maupun kebijakan, seperti Keputusan Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden BEM
ITS.
2.
NILAI-NILAI
BUDAYA ORGANISASI
Nilai-nilai
merupakan turunan yang bersifat lebih operasional dari falsafah (keyakinan),
yang menunjukkan apa yang diyakini baik atau buruk, benar atau salah, penting
atau tidak penting, dalam kehidupan organisasi DPM ITS 203-2014. Dengan
demikian, nilai-nilai merupakan pedoman bagi para anggota organisasi dalam
perilaku sehari-hari. Dalam praktiknya, nilai-nilai tersebut merupakan sumber
bagi norma-norma perilaku. Ketika seperangkat nilai sudah diterima secara
kolektif oleh para anggota organisasi maka nilai-nilai tersebut menjadi shared-values. Sejumlah nilai yang
paling berpengaruh terhadap perilaku atau menjadi rujukan utama disebut sebagai
nilai-nilai dasar atau nilai-nilai utama (primary
values). Dalam budaya organisasi biasanya dibedakan antara nilai-nilai yang
diinginkan (das sollen), yaitu
nilai-nilai yang diturunkan dari visi dan keyakinan dengan nilai-nilai yang
berkembang saat ini (das sein). Proses
membangun budaya organisasi pada dasarnya adalah upaya mengatasi kesenjangan
antara das sein dengan das sollen, sehingga pada akhirnya das sein = das sollen.
Berikut ini merupakan tata nilai DPM ITS:
1. Kebersamaan dan Kekeluargaan
Suasana berorganisasi di DPM ITS yang terdiri dari
berbagai macam latar belakang dan karakterisitik yang berbeda, tidak
menghalangi para anggota DPM ITS ini untuk saling mengenal, memahami, membantu
dan menanggung “kerasnya” perjuangan dalam berorganisasi. Bagi mereka seribu
kawan terlalu sedikit tapi satu musuh terlalu banyak, karena itu persahabatan
dan persaudaraan selama satu tahun kepengurusan akan membentuk tim perubahan
yang solid selama menjalankan tugas-tugas DPM ITS dan bahkan sebagai investasi
di masa depan.
Meliputi
nilai-nilai operasional: [1] Empati; [2] Open minded; [3]
Rendah Hati
2.
Proaktif
Bersikap proaktif lebih dari sekedar mengambil
inisiatif. Bersikap proaktif berarti bertanggungjawab atas perilaku kita sendiri,
baik di masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang. Bersikap proaktif juga
berarti mampu membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta
nilai-nilai yang berlaku. Pemimpin yang proaktif akan mampu membuat keputusan
secara bijak dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut, tanpa terpengaruh
suasana hati atau keadaan. Bila dihadapkan dengan kondisi yang kurang kondusif
ataupun keadaan dimana semua orang melakukannya, pemimpin yang proaktif tidak
reaktif, tidak ikut-ikutan, dan tidak menyalahkan orang lain atas kondisi
tersebut.
Meliputi
nilai-nilai operasional: [1] Keaktifan; [2] Inisiatif; [3] Bijaksana;
dan [4] Obyektif
3. Terobosan
Dalam bahasa inggrisnya adalah breakthrough. DPM ITS lebih memilih untuk memakai kata Terobosan
daripada Inovatif atau Kreatif. Terobosan adalah suatu gebrakan baru yang lahir berdasarkan sikap kreatif dan inovatif.
Permasalahan yang ada seringkali adalah dalam bentuk permasalahan yang
berulang-ulang, juga tak sedikit permasalahan-permasalahan baru yang harus
membutuhkan cara baru untuk menyelesaikannya. Dengan selalu berorientasi kepada
terobosan, menjadikan DPM ITS menjadi organisasi yang memiliki kemampuan
mendayagunakan budi (akal, pikiran) dan pekerti (fisik, tenaga) secara baik dan
maksimal. Selain itu, terobosan juga membuat DPM ITS menjadi fleksibel. Artinya
mampu bekerja secara multitasking dan
lentur sehingga bisa secara simultan menangkap ide-ide yang out of the box dan mengolahnya menjadi
sebuah inovasi. Kedinamisan dalam melaksanakan tugas-tugasnya pun menjadi
semakin berwarna, mendapatkan hal-hal baru dan tentunya menghasilkan sesuatu
yang baru pula.
Meliputi
nilai-nilai operasional: [1] Inovatif; [2] Kreatif; [3]
Kecerdasan
4. Integritas
Memiliki kepribadian yang matang dan dewasa,
dilandasi oleh kemampuan untuk menyelaraskan pikiran, perkataan dan perbuatan,
berkata dan bertindak jujur, serta memikul tanggungjawab, sehingga mampu
menjadi agen-agen perubahan yang layak dipercaya. Integritas juga mencerminkan
komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan serta
undang-undang yang berlaku melalui loyalitas profesi dalam memperjuangkan kepentingan
organisasi.
Meliputi
nilai-nilai operasional: [1] Kejujuran; [2] Tanggungjawab;
[3] Amanah; dan [4] Kematangan Pribadi/ Kedewasaan
3. MENGELOLA TRANSFORMASI BUDAYA
ORGANISASI
1. Proses
Perubahan Budaya
a.
Tetapkan nilai-nilai budaya baru
b.
Bentuk tim tansformasi yang kuat
c.
Merumuskan strategi dan rencana aksi
implementasi
d.
Internalisasi untuk setiap anggota DPM
ITS
e.
Peninjauan semua kebijakan dan sistem
apakah sesuai dengan nilai-nilai baru
f.
Indoktrinasi nilai-nilai budaya baru
anggota DPM ITS
g.
Evaluasi hasil yang dicapai
2. 3
Elemen Kunci yang Harus Digarap untuk Merubah Budaya Organisasi
Gambar 3
– Elemen pengubah budaya organisasi
a. Individual
1)
Nilai dan Keyakinan
2)
Sikap dan Perilaku
3)
Motivasi Berprestasi
4)
Kompetensi
b.
Kepemimpinan
1)
Visi, Misi dan Nilai yang Jelas
2)
Keahlian Komunikasi antar Pribadi
3)
Keahlian Pembinaan
4)
Manajemen Diri
5)
Keahlian Mengembangkan Kerjasama
6)
Keahlian Terkait Manusia
c.
Struktur dan Sistem
1)
Alokasi Tugas dan Delegasi Wewenang
2)
Penetapan Sasaran Kerja Organisasi dan
Tim Individu
3)
Penilaian Kinerja
4)
Sistem Manajemen SDM lain
3. Program Rinci Perubahan Budaya
Misalnya berisi tentang ragam program yang ingin ditetapkan, metode internalisasi untuk perubahan mindset, evaluasi dan monitoring.
4. Proses Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Organisasi
a. Misalnya adalah pada tahun 2013-2014
adalah masa awareness (membangun
kesadaran) atau ke empat nilai-nilai DPM ITS diketahui arti pentingnya.
b.
Tahun 2014-2015 adalah masa understanding (menanamkan pemahaman)
atau ke empat nilai-nilai DPM ITS dipahami dan tumbuh motivasi untuk di
terapkan.
c. Tahun 2015-2016 adalah masa buy in (menumbuhkan penerimaan) atau ke
empat nilai-nilai DPM ITS mulai menjadi acuan perilaku
d.
Tahun 2016-2017 adalah masa ownership (memupuk komitmen) atau budaya
organisasi DPM ITS tertanam dengan baik/ tegak.
5. Evaluasi
IV.
PENUTUP
Sebagai mahasiswa ITS dan bagian dari KM ITS, saya
mempunyai harapan besar kepada setiap orang yang sedang menjalani ujian-Nya
berupa amanah jabatan publik ormawa. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa
menguatkan pundak kawan-kawan untuk senantiasa melakukan perubahan-perubahan ke
arah yang lebih baik dan mampu mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak
secara terhormat. Sebagai penutup saya ingin mengutip pernyataan salah satu
idola saya, “Never give up on what you
really want to do. The person with big dreams is more powerful than the one
with all the fact”– Albert Einstein.
V. DAFTAR PUSTAKA
Collins, Jim. 2001. Good to Great: Why Some Companies Make the
Leap… and Others Don’t. HarperBusiness
Covey,
Stephen R. 2010. 7 Habits of Highly Effective
People. Jakarta: Bina Rupa Aksara
_____________.
2012. The Third Alternative. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Kasali,
Rhenald. 2007. Re-Code Your Change DNA. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
_____________.
2014. Self Driving – Menjadi Driver atau
Passenger?. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Soetjipto, Dwi. 2014. Road to Semen Indonesia: Transformasi
Korporasi – Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas
Buku
Pedoman Sistem & Manajemen Pembinaan PPSDMS Nurul Fikri 2012-2014
Konstitusi
Dasar Keluarga Mahasiswa (KDKM) ITS hasil MUBES IV
Slide materi Latihan Keterampilan
Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM TM) XI FTI – ITS tahun 2013
Slide
materi Membangun Budaya Perusahaan PT Krakatau Steel (Persero)
Download versi pdf di Membangun Budaya Organisasi - DPM ITS Change 2013/2014
Alternatif Link 1: Klik 1 kali
Alternatif Link 2: Klik 2 kali
Mantap gan, terimakasih tulisannya...
ReplyDelete