Aku yang Kini Semakin Tua, Semakin Rentah, Semakin Putus Asa
(Gambar: http://fotografi.lfm-itb.com/)
Kita pernah hidup di sebuah masa tanpa asa.
Kita pernah hidup di sebuah masa tanpa cita.
Dan kita pernah hidup di sebuah masa tanpa makna.
Bukankah itu dulu yang pernah kau katakan, hai anak muda?
Bukankah itu dulu yang menjadi alasan dari setiap perjuanganmu, hai anak muda?
Bukankah itu juga yang menjadikanmu ingin terus bersama kami, hai anak muda?
Dan Aku bertanya:
Kemanakah jiwa-jiwa penegak keadilanmu itu kini?
Jiwa-jiwa pejuang yang merindukan kemenangan?
Jiwa-jiwa ksatria yang mencitakan kejayaan?
Aku yang kini semakin tua, semakin rentah, semakin putus asa
Kini bertanya kepadamu:
Kau yang dulu berjanji untuk terus membela rakyat, sekarang kemanakah aku bisa mempertanyakannya?
Sementara kau memilih untuk diam
Dan yang aku sesalkan kau malah memilih menelan ludahmu sendiri
Apa yang pernah kau kritik;
apa yang sering kau protes;
dan mereka yang menjadi sasaran caci makimu;
kini semuanya ada padamu.
Kini semuanya sah menjadi karaktermu.
Aku yang kini semakin tua, semakin rentah, semakin putus asa
Hanya bisa berpasrah
Sembari berdo'a dalam sujud malam panjangku yang tenang
Menanti keadilan dalam keabadian
CSS (4/12) - pukul 10:55 pm ditemani musik klasik Beethoven :)
0 comments:
Post a Comment