MENGGAPAI ASA DENGAN KEBAIKAN HATI

MENGGAPAI ASA DENGAN KEBAIKAN HATI
Oleh : Abdul Ghofur*

Bercerita mengenai kisah masa SMA adalah sebuah hal yang cukup mengharukan. Aku menuliskan kisah ini dengan goresan perasaan yang mengharu biru. Serasa berat rasanya 10 jari ini mengeluarkan kisah-kisah yang terpendam dalam hati. Membuka kisah yang hingga akhirnya membentuk diriku seperti sekarang. Semoga apa yang aku tuliskan ini dapat dijadikan bahan refleksi diri dan motivasi tersendiri untuk melakukan sebuah transformasi kehidupan menjadi yang lebih baik.
...
            Aku rasa semua setuju bilamana  masa SMA adalah masa terindah. Merasakan dinamika persahabatan yang sangat kental. SMA Negeri 2 Lumajang, itulah tempat astana widya ku selama tiga tahun berbakti. Aku mendapatkan banyak hal mengenai hakikat sebuah mimpi dan kehidupan semasa SMA. Sebagai SMA terbaik di Kabupaten Lumajang dan juga sebagai Sekolah Unggulan Terpadu, aku bersyukur pernah menjadi siswa di sana. Menjadi Satria Pinandhita (sebutan untuk siswa SMAN 2 Lumajang) yang tidak hanya pandai dalam akademik, tetapi juga berjiwa kesatria.
Ukiran momen keindahan SMA aku jalani dengan penuh semangat. Membangun kebersamaan, persahabatan dan kekeluargaan itulah yang ku lakukan selama kurang lebih tiga tahun. Aku masih teringat dengan upaya ku bersama kedua temanku, yakni mencoba membangun sebuah kekompakkan dan kebersamaan dikelas baru kami. Di depan rumah, lebih tepatnya teras rumah dengan ditemani secangkir kopi tubruk kami berdua mengkonsep beberapa poin penting yang nantinya diorientasikan pada poin kebersamaan. Dan ternyata hasilnya, kelas baru yang kami rasakan begitu adem, tentram dan kompak. Dari dulu memang aku paling tidak suka terkondisikan dengan hal yang pasif, aku selalu mencoba hal yang baru. Begitu juga dengan upaya ku ini, merupakan visualisasi kepribadianku.
Saat kelas XII merupakan saat-saat yang penuh dengan rasa kekeluargaan, meskipun masa belajar yang tidak lama, namun hasrat untuk membangun persahabatan bukan berarti juga tidak lama. WAKAJISO adalah singkatan dari WArga KesAtuan ipa siJI Selalu Oke, nama kelas XII ku bernaung. Dan berawal dari sinilah aku tuliskan mimpiku dan ku realisasikan mimpi-mimpi besarku.
...
Memang tidak mudah mencapai prestasi untuk sosok seperti aku yang tidak mengikuti bimbingan belajar persiapan Unas dan SNMPTN. Berbeda dengan teman-temanku yang lainnya, mayoritas dari mereka rela mengeluarkan berlembar-lembar uang untuk mengikuti bimbingan belajar. Tapi sayangnya, itu semua bukan menjadi sebuah alasan bagiku untuk patah arang. Dan ku tekadkan, “Aku tak pernah menghentikan mimpiku hanya karena penghalang yang menghalangi ku itu adalah manusia, dan aku akan berhenti hanya karena Allah SWT”. Ku tarik nafas ini perlahan dan mencoba membiarkan hembusan karbondioksida ini menari lembut di udara. Akhirnya sebagai jalan keluar untuk mengatasi permasalahan ini aku berupaya untuk meminjam buku yang memuat pelatihan UNAS dan SNMPTN dari beberapa temanku. Selain upaya untuk membantu diriku mengupgrade kemampuan mengerjakan latihan soal unas, trik ini semata-mata juga mewujudkan cita-cita saya yaitu membangun keakraban secara internal dengan teman-temanku.
Pilihan untuk mendekati dan berbicara dengan semua teman aku lakukan, berdiskusi bersama, dan bertukar pikiran mengenai cara-cara jitu mengerjakan soal UNAS maupun SNMPTN. Sebab logikanya mereka yang memenuhi jam belajarnya dengan tambahan belajar dengan instansi luar, mereka mendapatkan tambahan ekstra dan salah satunya adalah rumus-rumus jitu. Kalau ada yang tidak mengertipun aku juga mendekatinya, mengajaknya mengobrol, dan belajar bersama. Ya aku berfikir selagi aku mampu melakukannya, apapun aku lakukan untuk melakukannya.
Ketika ku tulis cerita bagian  ini dan mengingat beberapa upaya yang ku lakukan seperti diatas, aku jadi teringat pesan sekaligus memotivasi yang begitu berharga bagi hidupku. Pesan itu berasal dari orang hebat, hebat dalam membimbing diriku hingga nanti menjadi permata yang hebat pula. “Banyaklah untuk berbuat baik dan jangan lupa untuk bersedekah, apapun itu. Bagiku, mengamalkan apa yang aku mengerti adalah sebuah sedekah. Belajar dan mengajari teman itulah yang mengantarkan aku dari kelas X sampai XII selalu berada dalam lingkaran 5 siswa terbaik dikelas meskipun pergantian kelas terjadi. Itulah bukti janji Allah SWT mengenai esensi dan manfaat bersedekah.
...
Intensifikasi pengetahuan tentang perguruan tinggi memang menjadi fokus ketika aku berada dikelas XII. Hal itu disebabkan misi yang dibawa oleh SMAN 2 Lumajang adalah melahirkan siswa-siswanya yang dapat melanjutkan pendidikan ke bangku perkuliahan. Sehingga sangat wajar bilamana saat itu pihak guru BK ku, beberapa guru pelajaran dan akademik sekolahku menggencar-gencarkan sosialisasi mengenai berbagai universitas. Yang menarik adalah sifat dan sikap optimis yang selalu ditanamkan, dan informasi beasiswa memang selalu di update oleh mereka. Ditambah dengan kehadiran berbagai alumni yang sedang belajar di berbagai PTN berdatangan secara bergantian untuk memberikan gambaran tentang PTN mereka masing-masing.
Jujur saja, saat kelas X dan XI tak ada sama sekali bayangan untuk melanjutkan kuliah, lhawong tahu sendiri biaya kuliah itu mahal dan sulit untuk tes masuknya. Namun sekali lagi aku taklukan kembali ketakutan itu semua. Melihat keistiqomahan para guruku dan beberapa pihak yang telah maksimal memberikan informasi beasiswa, semangat ku untuk kuliahpun tercipta. Dan yang tak kalah penting adalah optimisme yang selalu diajarkan akhirnya membuka mataku bahwa sesungguhnya aku “Berkapasitas” dan “Bisa!”. Tak ku sia-siakan kesempatan untuk mencari info sebanyaknya, mulai dari seringnya aku pergi ke Ruang BK saat jam istirahat, atau ke beberapa guru mata pelajaran yang cukup dekat memang, juga ke Wali Kelas yang menjadi orangtua kami disekolah. Ya, aku manfaatkan semua kesempatan itu. Apalagi dengan kehadiran alumni yang membawa berbagai tawaran menarik tentang PTN mereka.
Secara logika memang tak akan pernah ku temukan jawaban yang “pas” untuk menjawab kenyataan ini semua. Anak seorang petani, yang sawahnya disewakan selama 5 tahun untuk keperluan penting 2 tahun sebelumnya, ditambah dengan Ibuku yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pembantu serabutan tetangga bisa meng-kuliahkan anaknya ini. Memang, kedua kakakku tak ada yang merasakan nikmatnya bangku kuliah. Baru akulah awal yang membuka jalan baru dengan status mahasiswa. Namun, ibu dan aba selalu menasehati bahwa hasil itu adalah kehendak Allah, yang penting kita sekeluarga berusaha sebaik mungkin, belajar sebaik mungkin, dan berbuat kebaikan sebanyak mungkin.
Man jadda wa jadda” sekilas terdengar singkat , namun betapa besar makna dari pepatah tersebut. Kalimat yang aku dapatkan pertama kali di Madrasah Ibtidaiyah, dari mulut seorang Ibu Guru Fiqih yang sudah tua saat kelas 3, yang akhirnya mengantarkanku menjadi juara kelas berturut-turut, padahal awalnya aku bukanlah anak yang mempunyai latar belakang TK dan sempat ditolak untuk diterima di MI tersebut. Namun aku membuktikan janji Abaku yang berjuang saat mendaftarkan aku disana, menjadi juara kelas, menjadi perwakilan lomba IPA MI/SD, dan melanjutkan ke SMP favorit saat lulus dari sana. Itulah salah satu kalimat yang tetap menjadi semangat untuk mencapai apa yang ingin aku capai. Lebih dulu malah ketimbang motivasi yang ada di buku karyanya A. Fuadi.
...
Kerja kerasku dan semangat berbagi aku mulai dengan mengikuti seleksi Beastudi Etos yang cukup menarik perhatian dan aku pikir aku akan bisa kuliah lewat jalan ini. Ya, aku segera mengambil alih dan bersedia untuk mengoordinir siapa saja teman satu SMA  yang berminat untuk ikut. Memang usahaku mengajak teman-temanku kelas XII tak mendapatkan hasil yang banyak, hanya 4 orang saja yang akhirnya ikut. Tapi tak apa, aku tetap yakin bahwa yang aku lakuakan adalah baik. Mendekati deadline pemgiriman berkas, aku kumpulkan jadi satu berkas ketiga temanku yang mendaftar dan mengantarkannya ke Kantor Pos.
Selang beberapa minggu, pengumuman seleksi administratif diumumkan. Alhamdulillah, aku bersama 2 temanku termasuk dalam tiga ratus lebih pendaftar yang lolos karena satu temanku tidak lolos. Ya, Aku, Ahmad Muhaimin dan Frengki Mohammad Felayati. Mereka adalah teman-teman akrabku yang berlatar belakang hampir sama. Segera kami bersyukur bersama dan mengatur rencana dan persiapan untuk menuju ke Surabaya yang belum pernah sekalipun aku kesana, tepatnya ke ITS sebagai tempat tes tulis dan wawancara di Gedung Teknik Sipil.
Naik bis yang cukup lama, sekitar 6 jam lebih membuat Frengki yang tak terbiasa perjalanan jauh mabuk perjalanan. Sampai ke Bungurasih di Terminal Purabaya kami turun dan melanjutkan naik bis kota. Tempat yang membuat kami takjub awalnya adalah Kompleks Gedung di Bundaran Waru, City of Tomorrow. Maklum, anak desa ke kota, jadi cukup lama memandangnya. Setelah sampai di Terminal Bratang kami turun dan bergegas menuju seorang sopir angkot yang berteriak ITS, ITS, ITS. Kami naik kesana dan angkot berangkat. Panas. Itulah kesan pertama saat ke Kota Pahlawan ini, ditambah dengan keberadaan sungai di daerah Manyar yang hijau. Maklum sekali lagi, keadaan kota kami memang tak semaju Surabaya yang besar dengan industrinya.
Kami beruntung, saat tiba disana kami di jemput oleh kakak Frengki yang sedang Kuliah S2 di Marine Engineering ITS. Ya, kami bertiga dibonceng secara bergantian dengan sebuah motor menuju ketempat penginapan kami. Luar biasa memang, kami menginap di Laboratorium Mesin dan Fluida di Jurusan Marine Engineering itu. Tak disangka, kami bisa menginap di ITS, tidak perlu menyewa kosan atau tempat penginapan yang lain. Kami bersyukur lagi, ternyata kakak temanku itu adalah mahasiswa terbaik dan berprestasi di jurusannya, maka dari itu ia diamanahkan untuk tinggal dan menjaga laboratorium tersebut.
Banyak hal yang kami dapatkan selama menginap disana, dimana mahasiswa yang tinggal di lab tersebut merupakan sosok-sosok mahasiswa terbaik disana. Banyak hal yang kami pelajari, terkait dengan motivasi. Disitulah kami tahu ITS, kami tahu Surabaya, kami tahu sedikit tentang kehidupan mahasiswa.
...
Keesokan harinya adalah tes tulis dan selanjutnya adalah tes wawancara. Singkatnya ketika beberapa minggu kemudian setelah kembali ke Lumajang, pengumunan diinfokan dan luar biasa. Kami bertiga termasuk dalam 15 siswa yang beruntung mendapatkan beasiswa studi ini jika diterima di ITS atau Unair. Wow, aku rasa inilah hasil dari sedekah kebaikanku. Barangsiapa yang bersedekah senyuman, maka ia akan mendapatkan senyuman. Barangsiapa yang bersedekah kebaikan, maka ia akan memperoleh kebaikan. Aku mempunyai pegangan bahwa barangsiapa yang bersedekah berupa membantu meraih cita-cita orang lain, maka kita juga akan mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Ya, banyak hal yang kulakukan dan sudah aku rasakan terkait kalimat itu. Memang benar, banyak hal yang tak disangka-sangka dan menjadi kenyataan.
...
Hari pengumuman SNMPTN undanganpun tiba. Harap-harap cemas itulah dinamika nada yang sedang menggeluti perasaan dan pikiranku. Namun aku tetap optimis sekaligus meminta do’a keluarga, terutama Aba dan Ibuku. Akupun juga selalu mengirimkan sms do’a kepada para teman-temanku agar kita bersama-sama bisa diterima di PTN yang kita inginkan. Ya, aku saat itu memilih 2 PTN terbaik negeri ini. ITB dan ITS. Faktor ekonomi sama sekali tidak menjadi hal yang dipikirkan, selain keinginan yang besar untuk kuliah.  Shalat malam dan perbanyak shalat Dhuha, serta bersedekah kebaikan kepada sesama. Malamnya, saat jam pengumuman online dibuka aku segera ke Warnet untuk melihat pengumunanku disana, ditengah beberapa sms sebagian temanku yang mengabarkan kesyukuran mereka karena diterima.
Bismillahirrahmanirrahim”, ku ucapkan dalam hati perlahan. Aku buka website pengumumannya dan segera aku memasukkan user name dan nomor pendaftaranku. Klik!” beberapa detik kemudian dan ku hentikan sejenak nafas ini, kurang lebih 10 detik dan Alhamdulillah tiada terkira. Di depan layar komputer ku muncul sebuah tulisan  “Selamat, Anda diterima di Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Dalam hati aku meyebut nama Allah sembari bersyukur kepada-Nya yang Maha Kasih Sayang dan Maha Mendengarkan do’a setiap hamba-Nya.
...
Saat perjalanan balik, aku di sms oleh beberapa teman akrabku yang sering belajar dan suka duka bareng. Ia mengajakku untuk ngumpul dirumahku. Sekitar ada sembilan anak saat itu, namun setelah tiba dirumah aku segera bersalaman dengan Aba dan Ibuku dan memberitahukan berita baik ini. Segera aku mengambil wudhu dan shalat 4 rakaat sebagai tanda syukurku kepada-Nya.
Aku menemui teman-temanku yang ngumpul diteras rumahku. Sembari aku suguhkan snack yang aku beli di toko sebelah rumah dan aku sediakan kopi untuk mereka. Kebiasaan kami memang ngopi bareng. Aku melihat sekilas tergambarkan raut wajah sebagian temanku yang menjelaskan bahwa mereka sedang mengalami pergulatan kekecewaan yang luar biasa. Kecewa yang disebabkan belum mendapatkan kesempatan untuk menikmati bangku perkuliahan melalui jalur SNMPTN undangan.
Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah kebersamaan kami yang saya rasa luar biasa. Mereka yang belum mendapatkan kesempatan layaknya aku dan beberapa teman lainnya, mereka masih bersedia berkumpul bersama kami, mereka tak mengurung diri normatifnya psikologis seseorang yang sedang tertekan. Aku bangga dengan mereka, nilai juang yang tinggi, dan rasa “Don’t Give Up” yang tertanam. Mungkin itulah hasil dari kebersamaan kami. Aku masih teringat pula bagaimana kami daftar dan mengisi online juga bersama-sama sampai malam di Ruang Wifi Akademi Keperawatan sebagai ruang publik ditengah mahalnya Warnet dan lamanya kami menyiapkan berbagai persyaratan untuk mengisi formulir online.
Syukurlah, semangat kawan-kawanku tak putus begitu saja. Kami memang sering bersama dan berkumpul bersama, menyusun mimpi masing-masing dan menceitakannya bersama-sama. Kami selalu yakin akan hal yang kami lakukan. Kepercayaan dan kepeduliaan serta rasa saling membantu mencapai tujuan sangat dirasakan. Aku bilang kepada teman-temanku, “Kawan, yakinlah dengan setiap impianmu. Tetaplah konsisten dengan apa yang kamu inginkan. Jangan lupa untuk berdo’a dan cobalah untuk memvisualisasikannya dalam gambaran. Aturlah strategi, InsyaAllah jika perlu bantuan dan belajar bareng aku sanggup untuk membantu dengan maksimal.” Saat itu sambil aku minta minum kopi dan makan snack, sedikit tampak mulai cair semuanya. Kita kembali sharing dan mengatur beberapa rencana dan memperbaiki apa yang ada.
Perjuangan teman-temanku serasa menjadi perjuanganku juga. Meskipun sudah diterima, tetapi aku tidak bisa diam saja tanpa membantu teman-temanku untuk melanjutkan mimpi mereka. Aku coba cari info tentang beasiswa dan pendaftaran beberapa kampus kedinasan dan menyampaikannya kepada teman-teman. Syukurlah, usahaku dan dengan bantuan kawan-kawanku yang sudah diterima SNMPTN Undangan terlebih dahulu dapat disusul oleh teman-temanku satu kelas. Hasil yang indah menurutku, bagaimana Wakajiso menjadi satu-satunya kelas yang siswanya melanjutkan pendidikan ke perkuliahan. 36 orang saat itu.
Perjuangan tak akan pernah berakhir selama kami hidup di dunia. Dunia Kampus mulai kami rasakan. Tridharma Perguruan Tinggi dan juga semangatku untuk terus lebih baik, ditambah dengan peran dan fungsi mahasiswa, mau tidak mau harus bisa aku lakukan. Itulah keinginanku yang pernah aku tuliskan dalam catatan harianku semenjak beberapa minggu mengikuti kegiatan di Kampus.
Masih teringat pesan seorang dosen yang aku lupa namanya ketika wawancara mengenai berkas administrasi Beasiswa Bidik Misi saat daftar ulang mahasiswa baru ITS di Grha ITS, “Bidik Misi itu untuk anak yang pintar. Buktikan!”
Asa mendapatkan Indeks Prestasi semester pertama Cum Laude pun tercapai, meskipun ditengah pesimisme yang lain. Asaku untuk menjadi seorang juara essay pun terwujud. Juara 2 lomba essay tingkat mahasiswa se-Surabaya. PKM meskipun hanya mendapatkan dana hibah, setidaknya untuk tingkat mahasiswa baru yang lolos dana hibah sangat kecil untuk PKM 5 bidang yang memang belum dijadikan keharusan sebagaimana PKM-GT yang memang dibuatkan pelatihannya.
Dan sekarang kawan, Impianku untuk diterima menjadi salah satu dari 35 mahasiswa berprestasi ITS dan Unair yang berhak mendapatkan Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis pun tercapai. Mengikuti National Leadership Camp di Jakarta selama seminggu. Bertemu dengan para pemimpin muda yang bersemangat dari IPB, Unpad, ITB, UI, dan UGM. Sungguh, ini adalah momen yang sangat membuatku bersyukur. Inilah dampak dari kebiasaanku untuk membantu yang lain, membantu dalam kebaikan, dan ini semoga bukanlah riya’. Aku sangat bersyukur, dan aku juga senantiasa berdo’a kepada Yang Maha Rahman dan Rahim untuk bisa memberikan wawasan dan pengalamanku kepada teman-teman dan adik-adikku nanti, sehingga mereka dapat lebih berani untuk bermimpi dan menggapai asa dengan kebaikan.


*Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS Angkatan 2011
  Peserta PPSDMS Nurul Fikri Angkatan VI Regional IV Surabaya

1 comment: Leave Your Comments

+