Andromeda Galaxy (sumber gambar: nasa.gov)
Sifat dan sikap sombong itu memang menjadi masalah yang harus dihadapi oleh manusia. Tak terkecuali diri kita sendiri. Permasalahan kesombongan ternyata tak hanya dimiliki oleh orang-orang yang terlanjur kaya dan lupa akan daratan. Bahkan mereka yang mengaku terdidik dan mengklaim paling islami pun tak luput dari apa yang disebut dengan sombong dan kesombongan.
Barangkali kita melupakan bahwa sejatinya Iblis itu awalnya adalah makhluk Gusti Alloh yang sholeh dan beribadah kepada-Nya selama ribuan tahun adanya.
Bahwa kelak kemudian Gusti Alloh berkehendak menciptakan Adam, maka sejak itulah Iblis memilih jalan kesombongannya. Iblis mengklaim bahwa ia lebih taat, dan lebih mulia dari Adam. Bahwa ia diciptakan dari Api, bukan dari tanah.
Maka begitulah cerita dan tafsir agama kita tentang sejarah Iblis dan diutusnya Nabi Adam as.
Agaknya, di zaman yang semakin terasa cepat waktu berlalu ini membuat manusia makin sibuk dengan pelbagai urusannya. Tentu urusan duniawi, atau yang berhubungan dengan dunia. Semisal pendidikan, pekerjaan, dan sejenisnya.
Justru karena itu lah, penulis mengakui bahwa kesombongan itu perlahan-lahan muncul tanpa disadari.
Mari kita coba membaca fenomena yang ada, tentu dengan merefleksikan diri kita pribadi sebagai bagian dari fenomena tersebut, semisal pendidikan tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Bukankah makin banyak kita jumpai para mahasiswa yang kuliah di Universitas Top dalam negeri enggan untuk turun ke lapangan, turun ke bawah, turun ke sawah-ladang, turun ke gang-gang sempit? Kalau pun ada, agaknya hanya berupa social project dari sebuah program kerja suatu organisasi dalam kumpulan mahasiswa tersebut. Bukan inisiatif dan gerakan personalnya.
Belum lagi para mahasiswa kita yang belajar di luar negeri. Jika timbul perasaan bahwa ketika belajar di luar negeri akan membuat kita lebih sukses atau lebih bisa memecahkan sebuah persolan, penulis menilai kasus seperti ini adalah contoh awal dari sebuah kesombongan berbenih dan mulai tumbuh.
Atau lihat lah fenomena politik akhir-akhir ini yang kian kemari, kian makin banyak para komentator politik dadakan yang mengklaim pilihan politiknya lebih baik dari yang lain?
Ah, kesombongan memang selalu terselip dalam setiap tindak-tanduk anak Adam. Tak terkecuali kita, bahkan penulis pun mengakuinya. Atau mungkin juga dalam tulisan ini terselip benih-benih kesombongan. Dan itu bisa saja.
0 comments:
Post a Comment