(sumber gambar: google.com)
Indonesia
yang sangat kita banggakan namun sering kita lemahkan, adalah negara yang gosipnya kata para pemimpin negeri ini
adalah negara yang sangat kaya raya. Kaya raya karena melimpah ruahnya sumber daya
alam di seluruh penjuru Indonesia. Dimana saja. Darat maupun laut, terkandung
berjuta-juta harapan yang dapat mengubah bangsa ini ke arah yang lebih baik
melalui kelimpahan SDA nya. Namun, apa yang terjadi sudara-saudara? Aha, itu
hanyalah ucapan manis dari lidah-lidah tak bertulang yang hanya ingin menarik
perhatian masyarakat Indonesia yang semakin sesak karena memikirkan masalah yang
menyelubungi kehidupannya di tanah ibu pertiwi ini. Mereka semakin geram,
semakin sesak, semakin terambil hak-haknya, apa yang mereka rasakan, apa yang
mereka harapkan, hanyalah sebuah ucapan dan janji manis dari para pemimpin di
negara dengan peringkat ke-5 negara terkorup di dunia. Apa kita bangga
saudara-saudara? Oh, tidak bisa kita bilang begitu. Kita harus bersatu.
Menyelaraskan pikiran dan hati kita untuk bersama-sama melawan dan
memberantas koruptor dan praktik KKN di bumi Indonesia ini yang sudah
menyebabkan negara inin semakin tidak karuan. Seandainya kita bersatu, hati dan
semangat kita memberantas koruptur kita satu, tentulah praktik korupsi di
indonesia ini semakin berkurang dan semakin berkurang asalkan tercipta
kesinergisan antara para pemimpin di negeri ini, para penegak hukum, dan juga
seluruh masyarakat sebagai ujung tombak dan sebagai pengawas pemberantasan
praktik korupsi di negeri ini. Indonesia harus bangkit
1.Indonesia harus selaras dalam keinginan memberantas korupsi
Tingkat kesenjangan sosial yang semakin curam, semakin jelas, begitu kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat kita. Yang miskin, makin miskin. Yang kaya, makin kaya. Pengaruh budaya barat yang individualism tinggi sudah mulai menggerogoti kebudayaan kita yang berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat kita sudah mulai terbawa arus permainan dunia barat, sehingga yang muncul dalam otak mereka hanyalah rasa acuh dan tak peduli, tak mau ikut campur, khususnya dalam hal memberantas mafia korupsi dan para pionir-pionirnya yang semakin menggerogoti bangsa ini. Hukum bagai harimau tak bertaring. Tak ada lagi yang ditakuti oleh para koruptor-koruptor yang tanpa tanggung jawab dan merasa tak berdosa, membeli hukum dan menjatuhkan martabat institusi penegak hukum di bangsa ini.
Tingkat kesenjangan sosial yang semakin curam, semakin jelas, begitu kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat kita. Yang miskin, makin miskin. Yang kaya, makin kaya. Pengaruh budaya barat yang individualism tinggi sudah mulai menggerogoti kebudayaan kita yang berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat kita sudah mulai terbawa arus permainan dunia barat, sehingga yang muncul dalam otak mereka hanyalah rasa acuh dan tak peduli, tak mau ikut campur, khususnya dalam hal memberantas mafia korupsi dan para pionir-pionirnya yang semakin menggerogoti bangsa ini. Hukum bagai harimau tak bertaring. Tak ada lagi yang ditakuti oleh para koruptor-koruptor yang tanpa tanggung jawab dan merasa tak berdosa, membeli hukum dan menjatuhkan martabat institusi penegak hukum di bangsa ini.
Indonesia
harus bangkit. Indonesia harus sejalan dengan para pejuang anti mafia koruptor.
Bersatu memberantas dan memerangi koruptor dan segala macam bala tentaranya.
Indonesia harus bisa menyelaraskan hati dan membuladkan tekat bersama dalam hal
ini. Sebagaimana keselarasan perjuangan arek-arek suroboyo saat bertempur
melawan para penjajah, 10 November 1945. Tak ada yang mampu mengalahkan dan
melemahkan kekuatan dan tekad yang sudah bersatu, sejalan, dan selaras untuk
Indonesia yang jauh lebih baik.
Dari
masyarakat awam, tukang becak, tukang bakso, reparasi tv, tukang bengkel motor,
karyawan swalayan, para bupati, para gubernur, para rektor dan segala yang ada
di dalam kampus itu sendiri sebagai institusi pendidikan tertinggi sebelum
mendapatakan atau menciptakan sebuah pekerjaan.
2. Kesadaran
diri individu indonesia
Indonesia adalah negara yang begitu beraneka ragam suku dan budaya. Jawa, madura, sunda, dayak, dan lain-lain, seharusnya dapat dijadikan sebagai ajang untuk menonjolkan keberhasilan dari setiap suku tersebut untuk arah yang lebih baik tentunya. Bukan sebagai ajang untuk saling memusuhi sehingga terjadi perang suku, sungguh itu bukanlah hal yang di ajarkan oleh suku-suku itu sendiri. Setiap suku, tentunya akan menjunjung tinggi kebaikan dan kesopan santunan tingkah laku orangnya. Bagaimana cara mereka bersyukur atas rezeki yang mereka dapatkan, saat bertemu dengan tetangga, bagaimana bersikap dengan yang lebih tua, juga bagaimana bersikap yang baik terhadap yang lebih mudah.
Indonesia adalah negara yang begitu beraneka ragam suku dan budaya. Jawa, madura, sunda, dayak, dan lain-lain, seharusnya dapat dijadikan sebagai ajang untuk menonjolkan keberhasilan dari setiap suku tersebut untuk arah yang lebih baik tentunya. Bukan sebagai ajang untuk saling memusuhi sehingga terjadi perang suku, sungguh itu bukanlah hal yang di ajarkan oleh suku-suku itu sendiri. Setiap suku, tentunya akan menjunjung tinggi kebaikan dan kesopan santunan tingkah laku orangnya. Bagaimana cara mereka bersyukur atas rezeki yang mereka dapatkan, saat bertemu dengan tetangga, bagaimana bersikap dengan yang lebih tua, juga bagaimana bersikap yang baik terhadap yang lebih mudah.
Berbeda-beda,
tetapi tetap satu jua. Seharusnya kata-kata ini bukan hanya dijadikan sebagai
kalimat sakral, tetapi perlu sebuah rasa terikat kepada seluruh bangsa
Indonesia agar mereka dapat melaksanakan amanat kalimat ini dengan
sebaik-baiknya. Tidak ada rasa saling memusuhi, merasa sukunya yang terbaik
dalam segala hal, tetapi semestinya kalimat ini bisa di jadikan dasar untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia agar dapat memperbaiki keadaan bangsa untuk
mencapai kesejahteraan bangsa dan negara ini. Sudah enam puluh lima tahun,
Indonesia merdeka. Merdeka secara de jure dan de facto. Namun, apa yang kita
lihat sekarang, keadaannya hampir sama saat indonesia masih dijajah. Para
pemimpin negeri ini memanfaatkan posisi mereka untuk membodohi dan menipu
rakyat kecil, sebagai tumbal adalah masyarakat kita sendiri. Mereka semakin
miskin, bukan semakin sejahtera. Mereka semakin menderita. Bagaimana bisa hal
ini sampai terjadi di bangsa yang di klaimm sebagai negara dengan beraneka
ragam kekayaan sumber daya alamnya? Apakah ada kesalahan sistim pada negeri
ini?
Korupsi!
Sudah sangat familiar sekali bangsa ini dengan kata yang satu ini. Negara dengan
peringkat ke-5 sedunia dalam hal praktik KKN. Sungguh sebuah prestasi yang
sangat mencoreng dan memalukan wajah Ibu Pertiwi. Anda pasti geram setiap
mendengar kata-kata ini. Anda akan langsung timbul berbagai macam pendapat dan
opini yang sangat emosional. Namun, setelah beberapa pendapat itu anda lontarkan,
saat anda geram gara-gara kata itu sejenak terasa seperti,” ah, sudah biasa
itu”. Lalu anda tidak akan memperhatikan dan mengacuhkannya karena anda sudah
terlalu bosan. Kesadaran disini
sangatlah diperlukan sebagai upaya dasar dan langkah efektif apabila yang memiliki
kesadaran ini mayoritas dari bangsa ini yang menginginkan kesejahteraan bangsa.
Berawal dari sebuah
kesadaran diri, maka akan timbul sebuah pemikiran, apa yang bisa kita lakukan
untuk mengatasi masalah korupsi ini, bagaimana upaya yang harus dilaksanakan
agar praktik KKN ini tidak semakin menjadi-jadi dan berevolusi secara cepat
dalam bidang apapun disamping birokrasi Indonesia.
3. Peran
Perguruan Tinggi
Perguruan
Tinggi adalah institusi pendidikan tertinggi, sebagai puncak pendidikan formal
yang di tujukan untuk mencetak generasi penerus bangsa yang handal dan
profesional dalam bidangnya. Perguruan Tinggi seharusnya bisa menjadi sarana
yang efektif untuk dapat mengurangi tingkat lulusannya yang nantinya sewaktu-waktu
dapat menjadi seorang koruptor . Kampus, baik negeri maupun swasta diharapkan
bukan hanya memfokuskan pada hal akademika saja. Aspek kejujuran sebagai modal
yang mendasar dalam hal mendapatkan kepercayaan dalam dunia kerja, seharusnya
mampu di jadikan sebagai sebuah langkah cepat perbaikan moral bangsa sebagai
wujud dari pendidikan berkarakter yang mampu menghantarkan Indonesia mencapai
setiap tujuannya, sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Perguruan Tinggi harus mampu mencetak sarjana-sarjana yang berakhlak
baik, jujur, dan disiplin tinggi.
Begitu
banyak Kampus di negeri ini. Apabila kita lihat secara biasa, yang kita dapatkan
hanyalah persepsi bahwa kampus identik dengan orang pinter. Bukan identik
dengan orang bener. Seharusnya kampus mampu menjadi sebuah institusi yang dapat
mencetak lulusan-lulusan yang baik dan juga pinter tentunya. Banyak cara yang bisa dilakukan institusi
ini. Mahasiswa yang diajarkan cara bernegara dan berbangsa, melatih menjadi
seorang pemimpin yang hebat, melalui BEM misalnya, ataupun bentuk
organisasi-organisasi mahasiswa lainnya. Misalnya saja, kampus bekerja sama
dengan pemerintah dalam hal mendirikan sebuah campus award. Bukan dalam hal prestasi akademik, namun dalam hal
prestasi nama baik dari para lulusannya. Difokuskan dengan adanya hal ini,
mampu membuat kampus itu akan merasa malu karena telah banyak meluluskan para
sarjananya menjadi seorang koruptor hebat yang menyengsarakan bangsa ini.
Sehingga, mereka akan lebih mempersiapkan lulusannya agar menjadi bermanfaat
bagi kesejahteraan bangsa dan negara ini kedepannya. Dengan hal ini diadakan,
diharapkan juga agar tercipta sebuah negara yang berjiwa baik dan
berintelejensi tinggi dalam hal akademika dan akhlak.
Para
generasi penerus bangsa harus dididik dan dipersiapkan untuk menjadi para
penerus perjuangan bangsa yang baik. Kita sebagai mahasiswa seharusnya timbul
suatu greget memerangi praktik KKN
dengan cara mahasiswa tentunya, bukan cara preman sekarepnya sendiri.
Demonstrasi memang tidak dilarang, namun apakah itu
mencerminkan seorang mahasiswa apabila yang terjadi adalah demo-demo anarkis
yang sejatinya bukan memberikan solusi, tetapi malah mempersulit keadaan dengan
semakin kompleksnya masalah bangsa ini?
Indonesia
bisa lebih baik, dan lebih baik lagi. Semangat mahasiswa yang sejalan dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi tentulah dapat memberikan haasil yang nyata. Apalagi
peran dan fungsi mahasiswa yang sangat dijunjung tinggi. Yaitu iron stock, moral force, agent of change, dan social control. Perlu sebuah apresisi
dalam hal pengakuan dan penghargaan agar dapat dijadikan sebagai sebuah
motivasi dan semangat dalam hal mencapai tujuan itu, tujuan memberantas praktik
KKN dari bangsa kita tercinta, Indonesia.
0 comments:
Post a Comment