Materi ini dipresentasikan oleh Bang Bahtiar Firdaus, Dewan Pembina PPSDMS Nurul Fikri dalam agenda Training Pengembangan Diri di Asrama Heroboyo.
Allah berfirman dalam
Al-Qu’an yang artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah…”[QS. ‘Ali Imran, 3: 110] juga di ayat lain yang artinya : “Kami
kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka
adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula
untuk mereka petunjuk”. [QS. Al Kahfi, 18:13]
Sedangkan dalam
hadist menyebutkan bahwa setiap kita
adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas
orang-orang yang dipimpinnya di Hari Kiamat kelak. Berdasarkan ayat-ayat Allah
dan Hadist Rasulullah inilah, PPSDMS membina para pesertanya untuk menjadi
pemimpin profetik. Juga meninjau perkataan Rubai bin Amir kepada Panglima
Persia Rustum : "Allah telah
mengirim kami untuk mengeluarkan siapa yang Dia kehendaki dari penghambaan
kepada hamba menjadi penghambaan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia menuju
keluasan dunia akhirat, dari penyimpangan agama-agama yang ada menuju keadilan Islam.”
Pengertian dari
kepemimpinan profetik sendiri adalah kepemimpinan yang membebaskan penghambaan
kepada Allah semata. Kepemimpinan profetik dapat kita pelajari dari kisah-kisah
kepemimpinan Nabi-Nabi dalam Al-Qur’an. Jika kita mencoba membaca tafsir Al-Qur’an,
maka kita akan mendapati sepertiga Al-Qur’an berisi kisah-kisah Nabi dan Rasul.
Yang penting, seperti kata Bung Karno, jangan sampai kita
hanya mendapat abu sejarah nya saja tetapi api sejarahnya kepemimpinan
Nabi-Nabi lah yang harus kita dapat dan kita terapkan dalam proses membangun
Indonesia yang lebih baik dan bermartabat ini.
Konsep Alm. Prof. Dr. Kuntowijoyo yang berdasarkan
pemahaman Al Qur’an Surat Ali-Imran ayat 110, kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang
membawa misi humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Kepemimpinan profetik yang pertama adalah “ta’muruna bil ma’ruf”, yang diartikan sebagai misi humanisasi yaitu misi yang memanusiakan manusia, mengangkat
harkat hidup manusia, dan menjadikan manusia bertanggung jawab atas apa yang
telah dikerjakannya.
Kepemimpinan profetik yang kedua adalah “tanhauna ’anil munkar” yang diartikan sebagai misi liberasi, yaitu misi membebaskan manusia
dari belenggu keterpurukan dan ketertindasan. Nah, disini kita harus siap untuk
berkonflik dengan orang-orang yang dzalim, dengan para orang-orang yang
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ideologi kita. Ini tempatnya diluar
masjid sebagai zona nyaman untuk mengajak kepada kebaikan.
Kepemimpinan profetik yang ketiga
adalah “tu’minuna
Billah” yang diartikan sebagai misi transendensi,
yaitu manifestasi dari misi humanisasi dan liberasi yang diartikan sebagai kesadaran
ilahiyah yang mampu menggerakkan hati dan bersikap
ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan.
Allah
berfirman dalam Surat Al-Baqarah yang berbunyi, “Sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul di antara
kamu, yang membacakan kepada kamu sekalian ayat-ayat Kami, membersihkan kamu,
mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah) & mengajarkan
kepadamu apa-apa yang belum pernah kamu ketahui.“ (QS. 2: 151). Dari ayat
tersebut, dapat kita mengambil 4 poin penting sebagai pembelajaran kita menjadi
seorang pemimpin profetik, yakni :
1. Proses Pembacaan (Penguasaan informasi berupa konsep, teori, dan paradigma
dasar). Ini adalah
langkah pertama proses pembelajaran. Untuk itu “membacakan ayat-ayat”
mengisyaratkan kepada penguasaan informasi yang sudah terumuskan. Kita sebagai
pemimpin harus lebih terdepan daripada pengikut kita. Oleh karena itu, kita
harus banyak membaca buku-buku. INgat juga, yang kit abaca tak hanya ayat-ayat
kauniyah saja, melainkan juga ayat-ayat kauliyah. Kita harus kritis terhadap
ilmu yang kita pelajari, terutama dari buku-buku barat yang banyak dijadikan
referensi dalam ilmu sosial.
2. Proses penyucian (Purifikasi).
Proses pembersihan yang diisyaratkan
dalam ungkapan ayat “dan membersihkan kamu” ini sangat diperlukan dalam
menetralisir pemikiran, perasaan dan moral dari muatan-muatan negatif
3. Proses pengajaran (Penguasaan Epistemologi dan Methodologi Ilmu Pengetahuan
“sciences” dan Kebijaksanaan “wisdom”). Mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah)
4. Proses Penguasaan Informasi dan Masalah-masalah Baru dan Dinamis. Ini
diisyaratkan dalam ungkapan “dan mengajarkan kepadamu apa-apa yang belum pernah
kamu ketahui”.
Kepemimpinan
Nabi Adam AS. Bukan hanya manusia pertama, Nabi Adam as sekaligus pemimpin
profetik pertama manusia. Al-Qur’an-Surat
Al-Baqarah ayat 30: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: “Aku
hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak
dan menumpahkan darah diana,
sedangkan Kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman: “Sungguh Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”
Kriteria
utama kesuksesan seorang pemimpin
yaitu: kesadaran akan peran
dan fungsinya sebagai Khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Ini merupakan ciri kepemimpinan profetik yang pertama. Artinya “Sang Pemimpin” harus disertai visi dan misi
ke-Illahiyahan (Ketuhanan) yang kuat dalam bekerja menjalankan amanahnya melayani
dan membenahi masyarakat, sehingga terbentuk masyarakat yang “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”. Tanpa visi dan misi ke-Illahiyahan yang kuat,
keberhasilan seorang pemimpin adalah keberhasilan semu, kesuksesan sementara
yang tidak akan meninggalkan kesan dan pengaruh yang kuat untuk generasi
penerusnya.
Dalam ayat-ayatnya yang lain, Allah menyatakan bahwa
seorang pemimpin profetik itu harus seorang yang Berilmu, Kuat, dan Amanah:
1.
“…Allah telah memilihnya (Thalut) (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan
fisik. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah Maha Luas, Maha
Mengetahui. (Al Qur’an-Surat Al-Baqarah ayat 247);
2.
“Dan ketika dia (Yusuf) telah cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu...”
(Al Qur’an Surat
Yusuf ayat 22);
3.
“Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat). Dan
kepada masing-masing
(Dawud dan Sulaiman) Kami berikan hikmah dan ilmu...”
(Al Qur’an Surat Al-Anbiya’ ayat 79);
4.
“Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata:
Wahai ayahku! (Syu’aib),
jadikanlah ia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil
sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (Al Qur’an-Surat Al-Qashshash ayat 26).

0 comments:
Post a Comment