ANTARA PEMBELAJARAN, KONTRIBUSI, DAN KEWAJIBAN MAHASISWA MENUJU INDONESIA MANDIRI


ANTARA PEMBELAJARAN, KONTRIBUSI, DAN KEWAJIBAN MAHASISWA
MENUJU INDONESIA MANDIRI
 
Pendahuluan
 Definisi mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, h. 696), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Mengapa bahasa Indonesia menempatkan kata mahasiswa sebagai padanan kata pengganti kata pelajar perguruan tinggi. Padahal dalam bahasa inggris, tidak ada kata mahasiswa. Pelajar perguruan tinggi tetap dipanggil sebagai “student” yang disamakan dengan pelajar sekolah dasar dan menengah. Dalam bahasa sansekerta, “maha” diartikan sebagai “tak terbatas/hebat”.
Kata “maha” disini bisa dipahami sebagai suatu harapan untuk mahasiswa agar senantiasa menjadi seorang pembelajar dimana pun ia berada, tidak ada rasa puas akan ilmu yang membuat diri mahasiswa terus mencari dan belajar hingga akhir hayatnya. Pencarian ilmu pun tidak hanya terkait hal-hal yang berhubungan dengan kompetensi akademiknya saja, akan tetapi juga softskill yang menunjang kebutuhan hidup seperti kemampuan organisasi, manajemen waktu dan kepemimpinan, maupun lifeskill  atau idealisme yang dapat membentuk karakter atau jati diri seorang mahasiswa yang bisa dibawa di dunia luar kampus.
Menyadari peran, posisi dan fungsi mahasiswa menjadi sebuah tuntutan mendasar, karena bagaimana mungkin mahasiswa menjalankan perannya dengan baik jika ia tidak pernah mengetahui potensi apa yang dimiliki serta tanggung jawab besar apa yang harus dipikul olehnya di masa kini dan masa mendatang. Pembelajaran yang terus menerus, meningkatkan kapasitas diri serta membangun integritas akademik merupakan langkah-langkah yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mewujudkan perannya sebagai pemimpin masa depan bangsa ini.

Potensi Indonesia
 Indonesia merupakan negara berkembang. Apa itu negara berkembang? Negara berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang dibandingkan dengan norma global (Negara Berkembang ; Wikipedia). Pada dasarnya, satu hal yang menghambat Indonesia menjadi negara maju, yaitu ketergantungan. Ketergantungan Indonesia terhadap World Bank, IMF, dan negara-negara maju seperti Amerika Serikat membuat Indonesia tidak beranjak dari posisi “berkembang” menjadi “maju”. Padahal tidak diragukan lagi bahwa kekayaan alam Indonesia itu sangat melimpah ruah.
Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, menurut buku World in Figure 2003 yang diterbitkan oleh The Economist, USA,  prestasi kekayaan alam Indonesia antara lain ; Penghasil biji-bijian terbesar nomor 6, Penghasil teh terbesar nomor 6, Penghasil kopi nomor 4, Penghasil cokelat nomor 3, Penghasil minyak sawit (CPO) nomor 2, Penghasil lada putih nomor 1 dan lada hitam nomor 2 , Penghasil puli dari buah pala nomor 1, Penghasil karet alam nomor 2 dan karet sintetik nomor 4, Penghasil kayu lapis nomor 1, Penghasil ikan nomor 6, Penghasil timah nomor 2, Penghasil batu bara nomor 9, Penghasil tembaga nomor 3, Penghasil minyak bumi nomor 11, Penghasil gas alam nomor 6 dan LNG nomor 1, Penghasil emas nomor 8 dan bahan tambang lainnya.
Namun dengan sifat ketergantungan ini membuat posisi Indonesia lemah dihadapan negara-negara maju lainnya. Dapat kita lihat di Papua, seluruh kekayaan alam yang terkandung dimiliki Amerika dengan PT. Freeport Indonesia-nya. PT. Telkom Tbk. yang 49% sahamnya dimiliki publik, hampir sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia pun banyak yang dimiliki oleh pihak asing.
Miris juga jika kita melihat dan mengetahui betapa banyaknya hutang yang ditanggung oleh negara ini. Jumlah utang luar negeri Indonesia sampai kwartal I 2011 mencapai 214,5 miliar dolar AS, meningkat 10 miliar dolar AS dibanding posisi akhir 2010. Jumlah tersebut terdiri atas utang Pemerintah sebesar 128,6 miliar dolar AS dan utang swasta 85,9 miliar dolar AS (replubika.co.id).
Liputan6.com, Jakarta: Utang luar negeri Indonesia pada 2012 mencapai Rp 1.937 triliun atau naik sekitar Rp 600 triliun dalam waktu kurang dari 5 tahun. Saat ini, utang sudah bertambah menjadi Rp 134 triliun. Demikian disampaikan juru bicara LSM Bendera, Mustar Bona Ventura dalam siaran pers, Senin (6/2).
            Begitu melimpahnya potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia membuat kita bangga karena tidaklah semua negara memilikinya. Namun, dengan ketergantungan akan hutang sampai bertumpuk dan membesar dengan bunga, tentulah sangat menghambat untuk keluar dari posisi negara berkembang. Mahasiswa sebagai agent of change diharapkan mampu menjadi pemimpin masa depan yang dapat mengubah sikap ketergantungan negara menuju kemandirian bangsa. Memang butuh waktu yang lama untuk melunasi hutang luar negeri Indonesia, tetapi dengan dibarenginya munculnya pemimpin masa depan yang bertanggung jawab tentulah dapat memperkecil bahkan melunasinya dan berharap tak menjadi negara penghutang lagi. Mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi maksimal menjalankan peran social control dan iron stock untuk Indonesia mandiri. Dengan ridho Tuhan Yang MahaKuasa tentunya.

Untuk Rakyat, Oleh Rakyat, Dari Rakyat
 Mungkin kita sering melihat dan merasakan betapa pekerjaan meminta-minta seakan menjadi trend dalam masyarakat kita. Sebagai mahasiswa ITS, sering kita temui di lingkungan sekitar kosan saat mencari makan misalnya, terlihat ibu-ibu yang masih sehat dan tak terlalu tua melakukan pekerjaan yang sesungguhnya sangatlah tidak dianjurkan oleh agama. Tetapi, kenyataannya mereka tetap menekuni pekerjaan yang mungkin dirasa mudah namun bisa menghasilkan uang hanya dengan modal tangan di bawah. Atau mungkin juga pernah melihat anak kecil ngamen beralatkan tutup minuman karbonasi yang di datarkan dan dipaku pada kayu kecil sehingga bisa menimbulkan bunyi yang sebenarnya tak nyaring di dengar. Yang menarik dari anak ini adalah dia melakukan aktifitasnya tanpa bernyanyi.
Bukan bermaksud menyalahkan mereka, tetapi seandainya kita memberi uang pada mereka, mungkin ini juga yang telah menjadi candu bagi mereka tetap melakukan pekerjaan tersebut. Pernahkah kita mencoba untuk menegur dan memberitahu bahwa apa yang mereka lakukan takkan mampu mengubah hidup mereka, tanpa pendidikan dan perencanaan? Mungkin film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” cocok untuk membina mereka. Misalnya sebagai mahasiswa, bekerjasama mengadakan bakti sosial dan pendidikan pada mereka. Tentu dibarengi dengan solusi yang bisa diterima mereka.
Ada satu pemandangan yang membuat saya sangat takjub dan merasa status mahasiswa saya masih perlu dipertanyakan. Mungkin dari kita juga pernah melihat bagaimana seorang anak kecil berjualan siomay diatas sepeda kayuhnya yang besar, yang sangatlah miris bila dibandingkan dengan keberuntungan kita terlahir dapat menikmati pendidikan sampai ke perguruan tinggi ITS ini. Sungguh hebat anak ini, mencari uang untuk meneruskan kehidupan dalam keluarganya, tentu anak ini bukanlah seorang yang beruntung untuk menikmati pendidikan di masa kecilnya, Sangat bertentangan dengan kondisi bangsa yang membutuhkan generasi muda yang berpendidikan.
Dengan mengutamakan untuk rakyat, maka pola kegiatan dan kontribusi mahasiswa dalam membangun bangsa yang mandiri haruslah dimulai dari hal yang kecil, dari lingkungan rakyat sekitar. Sehinggan tujuan dari setiap wujud kegiatan sosial adalah demi meningkatkan kualitas rakyat. Kampus seharusnya mampu mebina daerah sekitarnya menjadi lebih baik, karena kampus adalah pusat peradaban bangsa. Seandainya kegiatan mahasiswa ITS tidak berorientasi hanya pada PIMNAS saja, yang sungguh menjadi suplemen berlomba-lombanya mahasiswa ITS dalam membuat karya tulis, tentu sangatlah indah kehidupan bangsa ini. Dimana adanya saling sinergitas antara mahasiswa yang menerapkan ilmu dan pengetahuannya dengan masyarakat yang menjadi objek untuk menjadi lebih baik tentunya dengan program dari mahasiswa.
Peranan mahasiswa dalam mendukung terwujdnya Indonesia yang mandiri sangatlah besar, walau secara jumlah, mahasiswa hanya 2% dari total penduduk Indonesia. Dengan segala potensi yang dimiliki mahasiswa, ia mampu membuat banyak karya nyata yang bisa menginspirasi Indonesia bahkan dunia. Penyadaran peran mahasiswa sebagai iron stock, guardian of value dan agent of change adalah sebuah usaha untuk mahasiswa agar selalu menyadari posisinya untuk terus dekat dan menjadi solusi untuk masyarakat. Penyadaran perguruan tinggi sebagai pusat peradaban yang mampu merekayasa masa depan dengan ilmu pengetahuan dan suplai wisudawan yang berintegritas dan bermoral. Saat perguruan tinggi dan mahasiswa memahami peran, posisi dan fungsi masing-masing, maka perwujudan menuju Indonesia yang Mandiri dapat berjalan.

Daftar Pustaka
Maradona, Stevy.
Utang Indonesia Sudah Rp 1.900 Triliun, Pemerintah Diminta Stop Biayai
                  Pembangunan dari Utang
. (www.Replubika.co.id, 2011)
Panggabean, Edward.
LSM Bendera: Utang Indonesia Kini 134 T.(www. Liputan6.com,2012)
Rajasa, Hatta. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. (www.setneg.go.id., 2008)
Tim Redaksi Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
                   Balai Pustaka.

0 comments:

Post a Comment

+