ANDAI SAYA MENDAPAT BEASISWA KE
LUAR NEGERI
DEPARTMENT OF MATERIAL SCIENCE AND ENGINEERING
MASSACHUSETTS INSTITUTE OF TECHNOLOGY
DEPARTMENT OF MATERIAL SCIENCE AND ENGINEERING
MASSACHUSETTS INSTITUTE OF TECHNOLOGY
Ketika
matahari mulai terbenam di ufuk barat
Burung-burung kembali ke sarangnya
Langit ditandai mega merah
Seakan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa memperlihatkannya
Tak ada keraguan akan kebesaran-Nya
Dan saat itulah, salah satu mimpi kupanjatkan
Burung-burung kembali ke sarangnya
Langit ditandai mega merah
Seakan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa memperlihatkannya
Tak ada keraguan akan kebesaran-Nya
Dan saat itulah, salah satu mimpi kupanjatkan
Pendahuluan
Perkenalkan,
nama saya Abdul Ghofur. Terlahir dalam sebuah keluarga kecil nan
sederhana. Namun, saya meyakini bahwa di keluarga inilah saya mampu menjadi
yang terbaik. Pertama kali masuk di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, hampir
tidak percaya bahwasannya dalam beberapa hari di awal bulan perkuliahan saat
berkenalan dengan kawan baru, nyaris mayoritas tidak ada yang tahu dimana letak
Lumajang itu. Ada yang bilang di Jawa Barat, ada yang bilang di Jawa Tengah,
bahkan ada yang bilang bahwa Lumajang ada di sampingnya Madiun. Lumajang memang
kota kecil di Jawa Timur. Namun, di kota kecil inilah Aku terlahir dan menjalani
19 tahun usiaku.
Di keluarga dengan latar belakang Abah (panggilanku
untuk Ayah) yang notabene seorang petani dimana di usianya yang sudah
tua, yakni 72 tahun, mau tidak mau akhirnya
menyuruh orang untuk menggarapkan sawahnya dan juga menyewakan satu-satunya
sumber penghasilan keluarga itu. Ibu yang seorang Ibu Rumah Tangga, terkadang
mendapatkan pekerjaan untuk membersihkan dan mencuci baju di rumah tetangga
kami apabila mereka sedang bepergian ke luar kota. Juga terkadang membantu
tetangga yang sedang ada gawe seperti nikahan.
Dalam kesederhanaan itu, hal yang selalu menjadi
semangatku hingga kini adalah sikap optimis dan selalu bersabar. Ibuku dan juga
Abah selalu berpesan bahwa jalani saja dulu yang ingin aku dapatkan, urusan
lainnya biarlah Allah yang menyelesaikan. Seperti saat aku masih di Madrasah
dan ingin masuk ke SMP Negeri 1 Lumajang yang dikenal sebagai SMP favorit dan
terbaik di Lumajang, namun biaya sekolah yang mahal disana. Latar belakang
Madrasah yang biayanya murah, beralih ke Sekolah Menengah Negeri, terbaik dan
favorit pula. Tentu adalah suatu suatu hal yang cukup wah bagi saya
pribadi. Tapi entahlah, saya harus berikan yang terbaik untuk kedua orangtua
saya.Harus. Bukan karena paksaan, tapi lebih karena bentuk pengabdian dan
kewajiban kita sebagai anak yang berbakti. Banyak orang yang bertanya kepada
Ibuku, mau kemana nantinya Affu, panggilan akrabku di lingkungan rumah. Pun
juga dengan guru-guruku saat itu.
Ditengah pendapat beberapa orang yang memberi saran
bahwa sekolah di SMP Negeri 1 Lumajang akan membutuhkan biaya yang besar, Ibuku
selalu menenangkan bahwasannya tetaplah untuk menggapai cita-cita dengan
belajar yang tekun dan ibadah dengan sungguh-sungguh, untuk biaya sekolah masih
ada Allah, pasti ada jalan. Kurang lebih begitulah yang Ibu ucapkan setiap kali
Aku sharing dengan beliau mengenai keinginanku, apapun itu. Dan
merekalah kekuatan besar untuk Aku bisa bertahan dan menjalani proses menuju
puncak kesuksesan.
Satria
Pinandhita
Menjadi siswa di SMA Negeri 2 Lumajang adalah satu
harapan atau lebih tepatnya saya bilang mimpi, saat masih menjadi siswa di SMP
Negeri 1 Lumajang. Bagaimana tidak, SMA terbaik di Lumajang yang berstatus
sebagai Sekolah Berstandar Nasional dan juga sekaligus sebagai Rintisan Sekolah
Berstandar Internasional itu ingin aku masuki dan mencatat namaku disana.
Sekolah impian bagi siapa saja yang berada di Lumajang.
Benar saja, apa yang saya impikan pun terkabul.
Terimakasih untuk Ibu dan juga Abah yang selalu mendukungku. Menjadi siswa di
SMA Negeri 2 Lumajang, menjadi seorang siswa dengan jati diri Satria Pinandhita
(sebutan siswa SMAN 2 Lumajang).
Disinilah, banyak hal yang Aku dapatkan. Salah
satunya adalah melanjutkan mimpi untuk bisa kuliah di kampus terbaik bangsa.
Dan nyatanya, mimpi itu kembali terwujud, diterima menjadi Mahasiswa di
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, jalur SNMPTN Undangan dan
mendapatkan beasiswa Bidik Misi yang melengkapi impianku. Inilah momen untuk
menjadi sosok yang bermanfaat bagi keluarga kelak. Saya berjanji untuk lebih
baik lagi, yang nantinya akan saya persembahkan untuk kedua orang tua saya yang
selalu berkorban untuk anak-anaknya. Saya mempunyai cita-cita besar, kelak
nanti ketika sukses dapat memberikan beasiswa bagi ratusan anak yang kurang
beruntung dan juga bagi mereka yang berprestasi, sebagai wujud syukurku dapat
merasakan bangku kuliah ditengah saudara-saudaraku yang tidak sempat untuk
menikmatinya, sebagai anak pertama yang bisa menyandang status “mahasiswa”.
Mimpi (Beasiswa
Penuh Kuliah di Luar Negeri) itu memilih MIT
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di kampus
teknik, memang cukup keras dan membutuhkan banyak pengorbanan. Lelah, sudah
pasti. Namun, harapannya adalah akan berbuah manis nantinya. Bukankah ada
pepatah yang mengatakan bahwa hari ini menanam, esok kita menuai.
Menjadi mahasiswa, adalah saat yang terbaik untuk
mengupgrade diri. Saat itulah kondisi psikis kita menuntut untuk hal-hal yang
bersifat ideal berada pada puncaknya. Dan kita pun akan lebih banyak berani
untuk bermimpi. Hal itulah yang membuat masa mahasiswa berkesan. Masih ingat
videonya mas Danang? Sang pembuat jejak dari IPB? Yang menuliskan 100 impiannya
di kertas dan terwujud? Hal itu telah banyak menginspirasi sehinfga banyak ditiru
oleh berbagai macam mahasiswa, untuk berani memvisualisasikan mimpi-mimpinya.
Dan “virus” itupun menular ke diri ini. Saya beranikan
untuk bermimpi dapat beasiswa penuh kuliah di luar negeri, tepatnya di
Department of Material Science and Engineering, Massachusetts Institute of
Technology. Mimpi yang besar, bukan? Kampus teknik terbaik di dunia, kiblat
perkembangan teknologi dunia berawal. Tercatat sebagai kampus terbaik versi
webometric setiap tahunnya, berada pada posisi satu atau dua dan selalu begitu.
Saya yakin, setiap mahasiswa teknik pasti akan sangat berharap bisa kuliah dan
menikmati ilmu di kampus MIT tersebut. Ada yang berani bermimpi untuk dapat
kuliah disana, salah satunya mungkin Aku, pun juga ada yang tak berani walau
sekadar mimpi, padahal mimpi itu gratis.
Jujur, tak sedikit dari teman-teman mahasiswa yang
salut pada impian saya ini. Mahasiswa ITS dapat melanjutkan kuliah di MIT,
merupakan hal yang luar biasa. Apalagi untuk kategori mahasiswa sederhana
seperti saya. Namun, tak sedikit juga yang tak percaya akan mimpi besar saya
tersebut. Bagiku, sama saja. Ada yang mencela, kita doakan saja semoga ia
disadarkan.
Sudah banyak cerita mengenai kekuatan mimpi yang
divisualisaikan, mulai dari video Danang Sang Pembuat Jejak, Laskar Pelangi,
dan yang terbaru adalah 5 cm. Sudah banyak yang berhasil menggapai mimpinya.
Dan mungkin inilah mimpi saya, bukan hanya karena ikut-ikutan namun lebih
karena wujud kita bersyukur dilahirkan ke dunia ini dengan takdir menjadi
manusia, yang dianugerahi akal dan pikiran serta hati.
Mimpi adalah keniscayaan. Hal itulah yang membuat
manusia tetap hidup. Masih ingat dengan kisah Siti Hajar? Yang berlar-lari
tujuh kali dari Bukit Shofa ke Bukit Marwah, dengan harapan mendapatkan air?
Bagaimana pula dengan kisah Pinoccio yang bermimpi ingin menjadi manusia
normal? Banyak sekali hal yang membenarkan bahwa dengan impian, hidup kita akan
lebih berwarna dan indah dalam menjalaninya.
Jujur saja, bukan karena MIT adalah kampus terbaik,
lalu dengannya saya berani memimpikan untuk dapat kuliah disana. Saya sampai
hari ini, selalu berintrospeksi diri dan
melihat perkembangan diri ini agar dapat memantaskan diri untuk dapat
menyandang gelar mahasiswa di Kampus MIT tersebut. Hemat saya saat ini adalah
sedang memantaskan diri. Jadinya saya hanya tinggal menunggu, membuat dan
mengambil kesempatan itu.
Salah satu metode yang sering saya lakukan adalah
metode TOWS (Threats, Opportunities, Weakness, dan Strength). Saya
memang lebih menyukai metode TOWS daripada SWOT seperti yang banyak kita
ketahui. Saya selalu berorientasi kedepan. Bukan bermaksud melebihkan diri
sendiri, namun lebih kepada rasa ingin berbagi bahwasannya yang diperlukan oleh
pemuda adalah orientasi masa depan. Oleh karenanya, lebih tepat jika kita
menggunakan metode TOWS dalam merencanakan sesuatu, termasuk menyiapkan langkah
untuk menggapai manisnya cita-cita.
Saya suka akan orientasi masa depan, karena dengan
itulah kita akan berlomba-lomba dalam kebaikan. Menjadi lebih baik itu adalah
hal mulia. Namun, angan sampai melupakan cara yang baik pula untuk
merealisasikannya. Saya pernah menjumpai seseorang yang sangat pintar
dikelasnya, hampir setiap mata pelajaran ia kuasai. Tak jarang ia mendapat
nilai yang cukup bagus dikelas. Namun, satu hal yang cukup membuatku sempat tebersit
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa hanyalah ketika niatan kita baik, maka
hasilnya pun juga akan baik. Apalagi ketika kita tidak merugikan orang lain,
lebih lagi kita dapat membawa manfaat bagi sekitar. Ini menjadi poin penting
dan juga selalu Aku coba terapkan dalam setiap aktivitas.
Dalam buku 7 Keajaiban Rezeki karya Ippho Santosa,
disebutkan bahwa ketika kita tersenyum kepada orang lain, maka orang yang kita
berikan senyuman akan membalas senyum kita. Itulah yang ia sebut dengan
kekuatan sedekah, bahwasannya ketika kita bersedekah apapun itu, akan berbalik
balasan yang setimpal dengan apa yang kita sedekahkan. Dalam hal ini, tanpa
menghilanngkann makna dari sedekah sendiri, saya mencoba untuk menganalogikan
dan menempatkan hal tersebut dalam setiap hal yang ingin dan akan saya lakukan.
Ketika saya belajar dan mengerti akan sesuatu hal (pelajaran dan ilmu),
sementara ada teman yang kurang mengerti maka saya akan mendekati dia dan
tentunya membantu dengan kapasitas yang saya punya. Itulah yang ternyata
membuat saya dari SD sampai SMA selalu mendapatkan rangking di kelas. Ternyata
sebelum buku tersebut terbit, saya sudah merealisasikannya. Dengan berbagi ilmu
yang kita fahami, secara tidak langsung akan mempertajam pemahaman kita dan
juga ingatan akan ilmu yang kita ajarkan ke teman-teman yang belum mengerti.
Inilah semangat berbagi yang seharusnya tetap saya prioritaskan, dengan poin
utama adalah mengaharap Ridho Tuhan Yang Maha Esa.
Pada akhirnya, penulis hanyalah seseorang yang
ingin berbagi sedikit pengalaman yang pernah didapatkan, melalui do’a dan
maknanya yang dapat disejajarkan dengan kata mimpi. Penulis hanya ingin berbagi
melalui tulisan ini, semoga dapat menginspirasi pembaca yang lain untuk berani
bermimpi, karena mimpi itu gratis dan kenapa gak berani bermimpi yang
tinggi juga, asal tidak terlena dengan khayalan. Publikasi
essay dalam blog ini hanyalah tools atau sarana agar penulis selalu ingat akan
salah satu mimpinya, dan juga harapannya adalah sebagai media dan jalan untuk
mempermudah jalan menuju impian tersebut.
Nice Dream ! Saya mahasiswa teknik juga, smester 2 di Bandung. Salut deh sama kakak :)
ReplyDeleteKeep fighting for your dream, Indonesia pasti butuh orang2 kayak kakak ni...
trimakasih sudah bersedia membaca..:)
ReplyDeletesukses juga utk Anda..
kunjungi juga http://fuaffughofur.tumblr.com/
sampai jumpa di puncak..