Nabi Ibrahim, namanya
diabadikan sebagai nama sebuah surat di dalam Al-Qur’an, yakni tepatnya surat
ke-14. Banyak hal yang bisa kita pelajari lebih dalam dari kehidupan Nabi
Ibrahim, baik dari surat Ibrahim sendiri maupun dalam ayat lain di dalam
Al-Qur’an yang suci. Pelajaran dan hikmah Nabi Ibrahim akan selalu mencerahkan
dan menjadikan kita seorang pemimpin transformative yang selalu optimis dan
berpikiran maju. Bgaiamana tidak, Nabi Ibrahim telah menggoreskan keteladanan
luar biasa dalam menegakkan idealismenya, semangat mencarai kebenaran, dan perngorbanan
dalam perjuangan.
Dalam Al-Qur’an surat
Al-Mumtahanah ayat 4 yang artinya: “Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dengan kamu kebencian dan
permusuhan buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...”
Dimasa itu, hampir
semua orang mengikuti ajaran agama politeisme dengan menyembah lebih dari satu
Tuhan dan menganut paganism. Paganisme ialah menyembah Tuhan dengan melalui
perantara seperti berhala dan sejenisnya. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah
satu berhala yang paling penting.
Sewaktu kecil Nabi
Ibrahim sering melihat ayahnya membuat patung-patung berhala tersebut yang
banyak disembah oleh kaumnya. Akhirnya Nabi Ibrahim memutuskan untuk mencarai
kebenaran hakiki yang akan dianutnya. Daya nalar dan pencarian keimanan Nabi Ibrahim
dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima Allah SWT sebagai Tuhan yang
sebenarnya.
Pencarian Nabi
Ibrahim tentang kebenaran tauhid dalam hal agama di tuliskan dalam al-Qur’an Surat Al-An’am, 6 ayat 76-78.
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah
bintang, (lalu) dia berkata, “Inikah Tuhanku?”.
Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “Saya
tidak suka kepada yang tenggelam”.
Kemudian tatakala dia melihat bulan terbit, dia berkata,
“Inikah Tuhanku”.
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia
berkata,”Sesungguhnya jika Tuhan-ku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah
aku termasuk orang-orang yang sesat”.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia
berkata, “Inikah Tuhanku? Ini lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah
terbenam, dia berkata, “Hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri apa yang kamu
persekutukan”.
Dalam suatu waktu,
Nabi Ibrahim mendatangi tempatpara berhala berada sewaktu tempat tersebut
kosong tanpa orang yang menyembah dan menjaga. Ia kemudian menghancurkan
berhala-berhala yang ada dan menyisakan berhala yang terbesar dan
meninggalkannya dengan sebuah kapak yang diaklungkan di lehernya. Maka kaum
Nabi Namrud pun marah dan mencari Nabi Ibrahim.
Mereka bertanya: ”apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini
terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”. Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang
melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat
berbicara”. Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah
mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”. Ibrahim
berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah
selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak
(pula) memberi mudarat kepada kamu?”. Surah Al Anbiyaa’ 21 ayat 62-66
Pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang rela bekorban untuk kemajuan negara dan rakyatnya bahkan
untuk generasi selanjutnya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi
Ibrahim. Tidak hanya Nabi Ibrahim saja bahkan Nabi-Nabi yang lainpun selalu berkorban
bahkan sampai ke tingkat nyawa hanya untuk kepentingan rakyat dan agamanya.
Nabi Ibrahim misalnya berkorban mempertaruhkan nyawanya ketika menghadapi para
penyembah berhala dengan sebuah konsekwensi hidup atau mati. Konsekwensi ini
disebabkan karena masyarakat yang dihadapinya adalah masyarakat yang tidak mau
berpikir secara rasional. Selain itu, Nabi Ibrahim juga menjadi korban perasaan
ketika harus berhadapan dengan orang tuanya sendiri yang notabenenya sebagai
pembuat patung-patung berhala, Tuhan-Tuhan kaumnya.
Nabi Ibrahim juga
diuji kesabarannya dengan perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Nabi
Ismail as. Karena Nabi Ibrahim adalah seorang yang taat kepada Allah, maka ia
memusyawarhkan dengan anakanya. Dan anaknya pun dengan ridho mengiyakan apa
yang menjadi perintah Allah. Sungguh Nabi Ibrahim adalah Bapak Pendidikan dunia
yang telah berhasil mendidik putranya dengan sangat baik. Nabi Ibrahim memiliki
idealisme sekaligus loyalitas dan totalitas yang tinggi kepada Allah semenjak
masih muda sampai ia sudah tua. Inilah
yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita, jangan sampai ada generasi
yang pada masa mudanya menentang kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia
yang lebih tua justru ia sendiri yang melakukan kezaliman yang dahulu
ditentangnya itu. Jangan sampai ada generasi yang semasa muda menentang
korupsi, tapi saat ia berkuasa di usianya yang sudah semakin tua justeru ia
sendiri yang melakukan korupsi padahal dahulu sangat ditentangnya.
0 comments:
Post a Comment