KEPEMIMPINAN PROFETIK IBRAHIM AS


Belajar dari Nabi Ibrahim
Bapak Para Anbiyaa




(sumber gambar: google.com)


Nabi Ibrahim, namanya diabadikan sebagai nama sebuah surat di dalam Al-Qur’an, yakni tepatnya surat ke-14. Banyak hal yang bisa kita pelajari lebih dalam dari kehidupan Nabi Ibrahim, baik dari surat Ibrahim sendiri maupun dalam ayat lain di dalam Al-Qur’an yang suci. Pelajaran dan hikmah Nabi Ibrahim akan selalu mencerahkan dan menjadikan kita seorang pemimpin transformative yang selalu optimis dan berpikiran maju. Bgaiamana tidak, Nabi Ibrahim telah menggoreskan keteladanan luar biasa dalam menegakkan idealismenya, semangat mencarai kebenaran, dan perngorbanan dalam perjuangan.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Mumtahanah ayat 4 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dengan kamu kebencian dan permusuhan buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja...”

Dimasa itu, hampir semua orang mengikuti ajaran agama politeisme dengan menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganism. Paganisme ialah menyembah Tuhan dengan melalui perantara seperti berhala dan sejenisnya. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting.

Sewaktu kecil Nabi Ibrahim sering melihat ayahnya membuat patung-patung berhala tersebut yang banyak disembah oleh kaumnya. Akhirnya Nabi Ibrahim memutuskan untuk mencarai kebenaran hakiki yang akan dianutnya. Daya nalar dan pencarian keimanan Nabi Ibrahim dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima Allah SWT sebagai Tuhan yang sebenarnya.

Pencarian Nabi Ibrahim tentang kebenaran tauhid dalam hal agama di tuliskan dalam al-Quran Surat Al-Anam, 6 ayat 76-78.
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang, (lalu) dia berkata, “Inikah Tuhanku?”.
Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
Kemudian tatakala dia melihat bulan terbit, dia berkata, “Inikah Tuhanku”.
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata,”Sesungguhnya jika Tuhan-ku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”.
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inikah Tuhanku? Ini lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata, “Hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri apa yang kamu persekutukan”.

Dalam suatu waktu, Nabi Ibrahim mendatangi tempatpara berhala berada sewaktu tempat tersebut kosong tanpa orang yang menyembah dan menjaga. Ia kemudian menghancurkan berhala-berhala yang ada dan menyisakan berhala yang terbesar dan meninggalkannya dengan sebuah kapak yang diaklungkan di lehernya. Maka kaum Nabi Namrud pun marah dan mencari Nabi Ibrahim.

Mereka bertanya: ”apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”. Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”. Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): “sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”. Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?”. Surah Al Anbiyaa’ 21 ayat 62-66

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang rela bekorban untuk kemajuan negara dan rakyatnya bahkan untuk generasi selanjutnya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Tidak hanya Nabi Ibrahim saja bahkan Nabi-Nabi yang lainpun selalu berkorban bahkan sampai ke tingkat nyawa hanya untuk kepentingan rakyat dan agamanya. Nabi Ibrahim misalnya berkorban mempertaruhkan nyawanya ketika menghadapi para penyembah berhala dengan sebuah konsekwensi hidup atau mati. Konsekwensi ini disebabkan karena masyarakat yang dihadapinya adalah masyarakat yang tidak mau berpikir secara rasional. Selain itu, Nabi Ibrahim juga menjadi korban perasaan ketika harus berhadapan dengan orang tuanya sendiri yang notabenenya sebagai pembuat patung-patung berhala, Tuhan-Tuhan kaumnya.

Nabi Ibrahim juga diuji kesabarannya dengan perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail as. Karena Nabi Ibrahim adalah seorang yang taat kepada Allah, maka ia memusyawarhkan dengan anakanya. Dan anaknya pun dengan ridho mengiyakan apa yang menjadi perintah Allah. Sungguh Nabi Ibrahim adalah Bapak Pendidikan dunia yang telah berhasil mendidik putranya dengan sangat baik. Nabi Ibrahim memiliki idealisme sekaligus loyalitas dan totalitas yang tinggi kepada Allah semenjak masih muda sampai ia sudah tua. Inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita, jangan sampai ada generasi yang pada masa mudanya menentang kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia yang lebih tua justru ia sendiri yang melakukan kezaliman yang dahulu ditentangnya itu. Jangan sampai ada generasi yang semasa muda menentang korupsi, tapi saat ia berkuasa di usianya yang sudah semakin tua justeru ia sendiri yang melakukan korupsi padahal dahulu sangat ditentangnya.

Sebagai peserta PPSDMS Nurul FIkri ini, diharapakan dengan banyak belajar tentang kepemimpinan profetik ini, khususnya kali ini dengan mempelajari kepemimpinan Nabi Ibrahim dapat menjadikan kehidupan kita senantiasa bermanfaat dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan dan menebarkan kebermanfaatn terhadapa lingkungan organisasi dan masyarakat.

0 comments:

Post a Comment

+