GUS DUR: AKU TERINSPIRASI!




"Saya tidak melawan dan mengikuti arus. Tetapi saya menciptakan arus." - Gus Dur

Siapa yang tak kenal dengan Gus Dur? Aku rasa setiap orang di negeri cukup tahu siapa Gus Dur, apalagi warga Jawa Timur yang kuat dengan adanya Nahdlatul Ulama' (NU). Berbicara tentang Gus Dur, tokoh satu ini memang mampu membuat orang yang melihatnya tak bisa menebak dan memprediksi apa-apa yang akan dilakukannya. Banyak hal baru yang senantiasa dicontohkan dan berbeda sama sekali dari kebanyakan mainstream perilaku anak manusia.

Tokoh satu ini tetap menjadi inspirasi banyak manusia Indonesia, apalagi bagi mereka yang mencintai ke-bhinneka-an atau keberagaaman dalam menjalankan kehidupan di Indonesia. Secara jujur ingin Aku sampaikan bahwa Gus Dur menempati salah satu dari tokoh besar yang sangat menginspirasi hidupku. Untuk kelas Presiden Indonesia, Gus Dur adalah salah satu dari dua pemimpin yang menginspirasiku disamping Bung Karno. Sepertinya tulisan ini adalah ekspresi kerinduanku akan sosok seperti Gus Dur yang bisa mempertemukan banyak perbedaan - agama, suku, ras, kepentingan, dll - dalam satu cita-cita untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera.

Jelas masih teringat olehku, saat masa-masa Gus Dur ini Aku masih belajar dan menuntut ilmu di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Kota 1 Lumajang. Sebuah sekolah dasar berbasis agama Islam yang berada tepat di jantung kota Lumajang. Kehadiran Gus Dur sangat terasa sekali di Jawa Timur, apalagi jika berbicara Lumajang dan sekolahku saat itu. Hal yang Aku rasakan adalah pembebasan lahan yang dipakai pertokoan untuk dibangun bagian dari sekolahku itu, dan dipindahnya hari libur dari hari Jum'at ke Hari Minggu. Tampaknya sangat sederhana untuk masalah hari libur, namun dalam realitasnya sangat mempengaruhi perkembangan siswa sekelas sekolah dasar saat itu. Di saat kebanyakan anak-anak SD libur pada hari Minggu, dan biasanya di manfaatkan di Alun-Alun Kota Lumajang yang selalu ramai, kami malah bersekolah. Sementara tepat di seberang jalan MI kami adalah Alun-Alun itu sendiri. Yang saya soroti disini bukalah tentang kemuliaan menuntut ilmu, karena untuk hal ini tak perlu dipertanyakan lagi. Tapi, psikologi anak yang masih seusia SD. Faktanya, Jum'at sebagai hari libur tak terlalu produktif untuk bisa dimanfaatkan untuk anak-anak seumuran itu. Karena jumlah minoritas, sehingga tak ada kawan bermain di saat pagi sampai siang. Sehingga hanyabisa dimanfaatkan di rumah, mungkin bisa belajar atau nonton tv saja saat itu, kemudian pergi Sembahyang Jum'atan. Bandingkan dengan hari minggu, dimana anak-anak sepolos masa itu (sebelum masa internet dan handphone dan game canggih lainnya) bisa bangun saat tarhim atau sebelum adzan Shubuh. Bahkan ikut shalat Shubuh berjamaah di langgar atau masjid terdekat. Dan setelahnya akan berkeliaran dalam petang untuk saling menunggu satu sama lain, dengan membawa bola sepak dan uang saku antara 500 sampai 1000 perak, kemudian menuju Alun-Alun. 

Ya. Di sana anak-anak itu bertemu dengan anak-anak dari daerah lain yang seringkali belum saling mengenal. Tapi, karena kecintaannya dalam bermain bola hingga mempererat hubungan dan emosinya dengan pertandingan sepak bola. Kira-kira sampai jam 8 pagi, dan dilanjutkan melihat berbagai jajanan dan permainan tradisional yang dijual, dan membeli apa yang bisa dibeli dengan uang saku yang sudah dibawa dari rumah. Baru jam 9 bisa sampai rumah. Dan lanjut nonton acara-acara kartun di TV hingga adzan dzuhur. Ah, betapa produktif dan senangnya anak-anak itu. Dan ini hanyalah sebagin kecil saja dari dampak perubahan yang diberikan dan dicontohkan Gus Dur sampai tataran akar rumput.

Kau tahu, Abahku sangat ngefans sekali dengan Presiden satu ini. Dan beliau sering memberikanku beberapa kisah, cerita berupa keteladanan yang dicontohkan oleh Gus Dur ini. Hingga, Aku pun yang masih sepolos itu terinspirasi oleh sosok Gus Dur ini.

Dibalik tubuh fisiknya yang lemah, ternyata dalam hal spiritual dan emosional sangatlah kuat dan luar biasa menurut saya. Dan hari ini, Aku masih belum bisa menemukan pengganti Gus Dur atau minimal yang bisa menyamainya dalam hal titik-temu perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan.

Do'aku malam ini Gus untukmu: "Semoga Gusti Allah ngajak sampeyan guyon ning tempat sing mulia ing Swargo." Aaminn.

0 comments:

Post a Comment

+