Konsep Tiga "i" dalam Transformasi Korporasi dan Organisasi



Setiap perusahaan selalu menginginkan perubahan. Tentu ke arah yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan besar seperti FLSmidht; Toyota Motor; Amazon.com, Inc., Alphabet Inc., dan lain-lain menjadikan perubahan sebagai suatu keharusan yang ada di dalam perusahaan mereka.

Dalam banyak jenis perusahaan, selalu diperbincangkan didalamnya bagaimana cara menjadikan perusahaan lebih baik kedepannya dalam berbagai aspek. Baik dalam aspek SDM yang dapat diandalkan (talent); sistem & teknologi perusahaan; strategi tahunan perusahaan; program dan target capaian bulanan; dan lain sejenisnya. Dan perubahan (change) adalah kuncinya. Yang diharapkan dapat mentransformasi perusahaan menjadi lebih baik; lebih kuat; dan lebih berkelanjutan.

Pada dasarnya semua perusahaan ingin bertransformasi. Namun dalam prosesnya, seringkali terjadi hambatan-hambatan yang menjadikan perusahaan lebih menyukai status quo. Banyak hal yang menyebabkan status quo dalam perusahaan, misalnya ketidakadilan proses selama menjalankan proses; hambatan politis; hambatan motivasional; atau bahkan karena persaingan yang dimenangkan dan keunggulan lainnya.

Perusahaan yang bisa mengenali dan mengatasi status quo akan bertransformasi menjadi perusahaan yang hebat (Great Company).  Dan dalam analisa umum penulis, perusahaan yang sukses melakukan transformasi perusahaan setidaknya memiliki budaya kerja yang diiringi oleh nilai-nilai tertentu yang belum bisa dicapai oleh banyak perusahaan.

Dalam rangka menjelaskan analisa umum diatas, penulis mengajukan konsep Tiga "i" yang perlu dan wajib dimiliki oleh perusahaan agar ia bisa terus menjadikan perusahaannya sebagai laboratorium transformasi.

Konsep Tiga "i"


Adapun Tiga "i" tersebut adalah:

"i" yang pertama adalah iNOVASI (innovation)

Dalam era yang serba cepat dan persaingan semakin keras, inovasi mutlak dibutuhkan agar tak tergerus dan kalah oleh zaman. Banyak orang atau pegawai yang memiliki kesulitan dalam berinovasi. Hal ini bisa karena ia merasa bahwa inovasi adalah sesuatu yang mutakhir; genuine; dan berdampak besar. Padahal, makna inovasi bisa disederhanakan sebagai suatu penyelesaian sebuah masalah.

Greg Satell, seorang pakar inovasi sekaligus penulis buku Cascades: How to Create a Movement that Drives Transformational Change menyampaikan pendapatnya bahwa,
“No matter what form innovation takes—short, agile sprints or long-term, grand-challenge investments—innovation is fundamentally about solving problems.”


"i" yang kedua adalah iMPLEMENTASI (implementation)

Innovasi dan ide-ide itu perlu diimplementasikan kedalam strategi perusahaan agar bisa memenangi persaingan atau bahkan menjadikan persaingan tak lagi relevan. Harvard Business Review pernah menuliskan bahwa untuk implementasi inovasi perlu memperhatikan lima hal berikut:

  1. Melihat peluang sebagai inovasi
  2. Memprioritaskan inovasi yang ada
  3. Menguji inovasi Anda
  4. Membangun dukungan untuk inovasi Anda
  5. Mempelajari dan mereview kembali usaha implementasi inovasi
Dalam hal ini, nilai-nilai yang perlu diutamakan adalah kerjasama. Karena Anda perlu melakukan uji publik dahulu ke rekan-rekan terdekat Anda, baik melalui rapat divisi atau antar divisi; rapat department; atau bahkan anda mengujinya dengan melakukan sampling ke publik.


"i" yang ketiga adalah iMPROVISASI (improvement)

Inovasi yang dibuat kadangkala dalam proses realisasinya atau implementasinya tidak mendapatkan respon yang baik dari pasar atau stake holder. Maka, improvisasi perlu dilakukan agar inovasi itu tak mati. Setiap inovasi adalah berharga. Maka inovasi yang tak bisa diimplementasikan atau gagal diimplementasikan bukan berarti inovasi itu buruk. Namun perlu diimprovisasi agar bisa menemui dan mencapai tujuan yang diinginkan.

0 comments:

Post a Comment

+