Inovasi dalam Industri Pertambangan

(sumber gambar: abb.com)

Industri Pertambangan menurut penulis tergolong jenis industri yang sudah tua dan sudah baku. Dikatakan sudah tua karena seperti yang sudah kita ketahui, peradaban manusia dinamai dengan jenis material yang dikembangkan. Logam tembaga sendiri sudah dikonsumsi sebagai peralatan sehari-hari di zaman 4500 SM zaman mesir kuno. Dan terus berkembang sangat cepat dengan penemuan pelbagai macam unsur yang akhirnya melengkapi tabel periodik unsur. Nyaris seluruh peralatan dan mesin disekitar kita saat ini adalah produk dari industri pertambangan.

Besi-Baja, Tembaga, Seng, Aluminium, Emas, Perak dan logam lainnya dikembangkan dengan proses yang disebut metalurgi. Ada banyak istilah dan proses didalamnya, namun tujuannya sama yakni mendapatkan logam atau unsur tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dan kesemua ini adalah bagian dari jenis industri pertambangan.

Menurut penulis, industri pertambangan merupakan salah satu jenis industri yang selalu berpusat pada inovasi dan terobosan. Karena secara hukum energi dalam industri pertambangan sendiri memakan sekitar 50-68 persen biaya produksi. 

Inovasi dalam industri pertambangan mayoritasnya adalah bagaimana menekan biaya operasional dan biaya produksi. Tentu saja ini sangat beralasan mengingat prosesnya yang cukup panjang dimana bahan utamanya yang berupa batuan atau tanah.

Inovasi ERP atau pun digitalisasi dalam industri pertambangan, rasanya hanyalah sebagai pelengkap untuk menurunkan biaya. Namun seringkali upaya digitalisasi dalam industri pertambangan malah menghasilkan problem sendiri karena membutuhkan anggaran yang ternyata tidak sedikit.
Itulah kenapa di Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya, digitalisasi dalam industri pertambangan tidak dijadikan sebagai suatu perhatian khusus. Hampir semua pelaku industri pertambangan, melakukan inovasi terhadap alat produksi utama mereka dengan berfokus kepada peningkatan yield dan penurun biaya operasional dan biaya produksi.

Berdasar hipotesa tersebut diatas, penulis merasa perlu adanya suatu terobosan pemikiran dari para line manager dan pelaku utama untuk duduk bersama membicarakan dan mendesain ulang proses bisnis yang ada. Memang dengan proses bisnis yang sudah berjalan, seringkali perusahaan sudah merasa cukup dan profit. Namun di era saat ini, perasaan seperti hanyalah kesemuan yang tidak bertahan lama. Ada banyak kasus diluar sana yang sudah awam diketahui bersama, pelaku industri pertambangan yang tak mungkin rugi akhirnya gulung tikar jua.

Inovasi, menurut penulis, bukan hanya bagaimana menciptakan produk terbaik (red: memenuhi spek; standard; ketentuan yang ada; dan lain sejenisnya), bukan hanya bagaimana menurunkan biaya produksi (red: engineering alat produksi; process engineering; material and energy balance; dan lain sejenisnya), juga bukan hanya bagaimana menguasai pasar yang ada atau memperbesar kapasitas produksi. 

Inovasi, menurut penulis, harus dipandang sebagai jalan hidup seluruh stakeholder yang ada bahwa hanya dengan berinovasi maka kebahagiaan dan impian yang diharapkan dapat tercapai.

Jika dipahami inovasi hanya sekadar menurunkan biaya atau membuat produk terbaik, maka fokus pelaku industri pertambangan hanya sebatas buku laporan tahunan perusahaan yang profit.
Salah satu pelaku inovasi dalam industri pertambangan misalnya FLSmith, CAT, SAP, dll, perlu untuk dipelajari cara berpikirnya karena erat kaitannya dengan produk-produk inovatif yang mendorong efisiensi dalam industri pertambangan.

Namun, bukan berarti apa yang mereka kembangkan perlu kita beli dan implementasikan di area kita. Bukan. Kita harus meng-copy bagaimana inovasi dijadikan sebagai pedoman dan nafas utama perusahaan-perusahaan tersebut untuk tetap berjalan dan berkelanjutan meski tidak mengoperasikan pertambangan. 

Salah satu inovasi yang kami sarankan agar dapat diimplementasikan dengan mudah adalah kewajiban setiap personal untuk mengekspresikan ide dan mengaktualisasinya. Karyawan yang tidak perform dan tidak memiliki inovasi setiap tahunnya, yang berdampak pada prinsip kaizen/continuous improvement perusahaan, sebaiknya dilakukan evaluasi dan jika tidak bisa memenuhi jalan inovasi maka menurut penulis sebaiknya untuk diganti dengan yang bersedia untuk menerima inovasi sebagai jalan hidup.

Kemampuan kasar atau hardskill memang sangat penting dan bermanfaat bagi proses produksi, namun di era ini kemampuan seperti ini sangat bisa dipelajari lewat jam-jam terbang dan pengalaman seseorang. Namun budaya inovasi sangat berbeda. Dengan budaya inovasi seseorang akan bersemangat untuk meningkatkan kemampuan kasarnya. Ini dua hal yang berbeda. Anda tidak bisa menerima seseorang hanya berdasar kemampuan kasarnya, karena semua itu bisa diautomisasi oleh mesin. Sementara mesin itu akan terus berkembang karena budaya inovasi di negara-negara maju.

Maka, dalam hal inovasi dan penerapannya ke personal karyawan, tidak boleh melibatkan perasaan. Pihak yang berkuasa untuk mengeksekusi visi & misi perusahaan haruslah memakai perspektif tegas dan keras. Meski memang manusia bisa berubah, namun jika ia menolak inovasi sebagai jalan hidupnya maka sebaiknya jenis karyawan yang menolak ini tidak bergabung dengan Anda. Ini tidak cocok dengan semangat kemajuan dan tidak akan pernah bertemu. Ibaratnya saat kita berolahraga kano, jika ada satu saja yang tidak mendayung sebaiknya lempar saja karena hanya akan membebani dan memperlambat sampai ke tujuan. Inovasi adalah semangat, inovasi adalah hasrat, dan inovasi adalah penggerak. 

Semangat dan budaya inovasi yang terimplementasi dengan baik sudah pasti akan memperhatikan dan menempatkan kemanusiaan diatas segalanya. Justice, fairness, dan appreciation adalah dampak dari budaya inovasi. Jika perusahaan memiliki budaya inovasi yang baik, maka ia akan adil dan menghargai setiap personal yang ada. Karena begitulah inovasi bekerja.


0 comments:

Post a Comment

+