Disiplin dalam Kerja dan Keabadian


Sejak saya di college sampai dengan saat ini, saya belum pernah bertemu dengan orang yang begitu disiplin. Sudah coba saya ingat-ingat namun masih belum ketemu siapa yang paling berkesan tingkat disiplinnya. Pun ketika saya lepas college dan berada di lingkungan yang baru, disiplin memang barang langka di negeri ini. 

Dengan subjektifitas tersebut diatas, saya tidak mengklaim jika saya adalah orang yang disiplin. Teman-teman yang pernah kenal saya pun sepertinya juga tidak akan memasukkan nama saya dalam daftar orang yang disiplin. 

Dulu sekali, saat saya masih menjadi sesuatu di college, saya paling menghindari orang yang tidak disiplin. Kebanyakan pimpinan ormawa saat itu menurut saya adalah kumpulan orang-orang yang tidak disiplin. Pun kalau mereka tersinggung dan tak menerimanya, saya masih bisa mengkategorikan mereka sebagai conditionally-discipline-leader. Terlihat disiplin saat berada di kerumunan. Dengan stigma ini, mereka tak bisa mengelak. Tapi biarlah, itu masa lalu. Bukankah manusia selalu berubah?

Jim Collins, peneliti Amerika, dalam bukunya yang berjudul "Good to Great" mendeskripsikan bahwa orang-orang yang disiplin memiliki kemampuan untuk mendapatkan capaian yang hebat (great achievements). Thesis ini yang saya pakai dulu saat di college dan dimanapun organisasi tempat saya akan berada. Salah satu achievements yang bisa saya ingat dan bagikan adalah bagaimana kampus kami saat itu, ITS menjadi juara umum PIMNAS 26 Mataram pada tahun 2013 untuk pertama kalinya. Momen ini tak akan saya lupakan karena ini adalah momen yang sangat bersejarah bagi ITS dalam bidang keilmiahan di tingkat Nasional. PIMNAS sendiri adalah ajang keilmiahan paling populer di Indonesia. Levelnya sangat berbeda karena multi-dimensi dan multi-akademisi yang terlibat.

Saya sangat ingat bagaimana tempat saya berkontribusi saat itu di BEM ITS. Saya akui, Menteri Riset dan Teknologi BEM ITS saat itu orangnya sangat disiplin. Saya bisa jamin orang yang seperti dia sangat langka karena saya jarang memuji orang. Dimanapun tempat ia bekerja, beruntunglah organisasi itu. Capaian-capaian hebat akan dicapai lewat idea-idea dan execution  dia. Tentu dalam pencapaian PIMNAS 26 itu ada banyak tangan dan macam kontribusi, namun tidak salah juga jika saya mengklaim bahwa pengawal dan bagian yang membuat bara itu tetap menyala adalah dibawah leadership sang Menteri itu. Maka sudah tentu, setelah peristiwa 2013 itu pun sampai 2020 ini ITS tak pernah lagi mencapai capaian ini. Itu karena culture of discipline yang berbeda. Ada banyak kerja dalam diam (unpublished works) yang dilakukan setiap hari. Level orang ini sangat berbeda untuk ukuran mahasiswa. Ia mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh tingkatan mahasiswa, menjalin interaksi yang baik dengan seluruh tingkatan dosen dan tenaga kampus. Mungkin jauh dimasa depan akan ada lagi orang seperti dia.

Disiplin memang barang berat untuk dikonsistensikan. Kebanyakan kita hanya akan disiplin dalam waktu 1-2 bulan di lingkungan baru yang kita tempati. Setelah itu, kita akan mendahulukan hak daripada kewajiban. Dan banyak sekali orang yang mewajarkan. 

Tapi manusia memang makhluk pemikir, maka pemikiran yang mengutamakan hak daripada kewajiban juga tidak bisa kita salahkan. Hari-hari akan terus lewat dan dunia akan terus berputar.

0 comments:

Post a Comment

+