Tiga Strategi Memenangi Persaingan di Era Disrupsi


Sebetulanya, saya kurang suka dengan istilah disrupsi (disruption) karena seakan-akan jika ingin berhasil dalam bisnis di era modern ini maka bisnis model yang dikembangkan haruslah yang bisa mendisrupsi pasar yang ada. 

Tentu ini tak terlepas dari peran seorang Profesor Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, yang sangat produktif membuat tulisan baik di media cetak, media elektronik, juga beragam serial buku disrupsi. Meski setelah Anda membacanya, Anda akan mendapati bahwa mayoritas pandangannya adalah terlalu saklek berkiblat pada pemikiran akademisi Amerika Clayton Christensen. Anda bisa membaca profil Profesor HBS (Harvard Business School) ini di web pribadinya https://claytonchristensen.com/.

Tentu saya juga tidak menyalahkan jika ada banyak yang setuju dengan paparan kedua akademisi tersebut dalam menerjemahkan perkembangan dan model bisnis saat ini. Apalagi mereka adalah para profesor yang sudah meneliti dan menangani beragam kasus ekonomi dan bisnis selama puluhan tahun, sementara saya sebagai penulis hanya berdasarkan subjektifitas dan analisa personal. 

Namun yang ingin saya tegaskan adalah apapun istilah yang muncul, dari zaman dulu sampai kapan pun di masa depan, bisnis tetaplah bisnis. Bisnis tetap berorientasi pada profit dan keberlanjutan. Apapun bentuknya dan bagaimanapun caranya.

Saya ingin berbagi pandangan dari W. Chan Kim, seorang Profesor Manajemen dan Strategi dari INSEAD. Beliau menyatakan, "When we assume that the only way we can create a new market is by disrupting an old one, opportunities for nondisruptive creation can be easily missed. People tend to focus their attention on the core of existing markets and what it would take to disrupt the existing order. This narrows their vision and blinds them to the wealth of nondisruptive market-creating moves they could make."

Ada banyak cara menciptakan pasar baru, dan disrupsi bukanlah satu-satunya cara.

Sejauh yang saya pahami saat ini, untuk menjadikan bisnis kita tetap bertumbuh setidaknya memerlukan beberapa strategi yang harus dieksekusi dengan baik dan benar. Strategi inilah yang melatarbelakangi saya untuk menuliskannya saat ini dengan judul Tiga Strategi Memenangi Persaingan di Era Disrupsi.

Adapaun ketiga strategi ini, yakni;

1. FOKUS
Pemimpin bisnis haruslah fokus karena sehebat apapun strategi yang dijalankan, secanggih apapun sumber daya yang dimiliki, jika tidak fokus maka tidak akan mencapai hal yang maksimal. Fokus membuat bisnis tetap berada di jalur yang benar. Dan menghindar dari melakukan hal-hal yang tidak diperlukan.

2. DIVERGENSI
Bisnis harus memiliki keunikan sendiri. Keunikan ini juga termasuk sikap tidak reaktif dalam menghadapi pasar dan mungkin juga persaingan yang ada. Seringkali, analisa pesaing memang tak terlepas dari strategi untuk menciptakan pasar baru. Namun, selama kita memiliki keunikan dan tidak reaktif terhadap kondisi pasar yang ada, historikal bisnis dimana pun telah membuktikan bahwa bisnis akan tetap bertumbuh. Tentu harus diimbangi dengan Fokus tadi.

3. SLOGAN YANG MENARIK
Bagi banyak orang, marketing dan termasuk slogan tidak terlalu menjadi perhatian. Namun, dalam era saat ini Anda wajib memiliki slogan. Tentu slogan yang menarik. Ini adalah cara bisnis Anda berinteraksi dengan konsumen Anda. Cara bisnis Anda berkomunikasi dengan calon konsumen Anda. dan cara bisnis Anda untuk membuat konsumen Anda tetap loyal menggunakan produk Anda. Product Engagement harus juga menjadi strategi dan harus pula dievaluasi secara berkala. 

 

 

0 comments:

Post a Comment

+