Connecting the Dots

Ilmu Logam : Memahami Struktur Kristal

Struktur Kristal


Susunan atom-atom yang teratur dalam tiga dimensi menurut suatu pola tertentu dinamakan kristal. Bila dari inti-inti atom dalam suatu kristal ditarik garis-garis imajiner melalui inti-inti atom tetangganya maka akan diperoleh suatu kerangka tiga dimensi yang disebut space lattice (kisi ruang). Space lattice ini dapat dianggap tersusun dari sejumlah besar unit cell (sel satuan). Unit cell merupakan bagian terkecil dari space lattice yang bila disusun ke arah sumbu-sumbunya akan membentuk space lattice.


Ada 7 macam sistem kristal yang mungkin terjadi, yaitu:

Kebanyakan logam-logam yang penting membeku dengan membentuk kristal dengan sistem kristal cubic (kubus) atau hexagonal. Sistem kristal yang paling sering dijumpai pada logam adalah:
  1. Face Centered Cubic (FCC) atau Kubus Pemusatan Sisi (KPS)
  2. Body Centered Cubic (BCC) atau Kubus Pemusatan Ruang (KPR)
  3. Hexagonal Close-Packed (HCP) atau Hexagonal Tumpukan Padat (HTP)



Pada umumnya setiap logam selalu membentuk kristal dengan sistem kristal tertentu, tetapi ternyata ada beberapa unsur yang dapat dijumpai dengan sistem kristal yang berbeda. Sifat yang demikian ini dinamakan polimorfi. Di antara logam-logam yang memiliki sifat polimorfi ini ada yang sifat polimorfinya bersifat reversibel: pada suatu kondisi sistem kristalnya tertentu dan bila kondisi berubah, sistem kristalnya juga akan berubah dan bila kondisi kembali seperti semula maka sistem kristal juga akan kembali seperti semula. Sifat ini dinamakan sifat allotropi.

Ada kurang lebih lima belas unsur logam yang memiliki sifat allotropi, termasuk besi. Pada temperatur kamar, besi memiliki sistem kristal BCC (dinamakan besi alpha, α). Pada temperatur antara 910-1400°C sistem kristalnya FCC (besi gamma, γ). Dan pada temperatur diatas 1400°C sampai mencair sistem kristalnya BCC (besi delta, δ). Bila temperatur kembali lagi maka sistem kristalnya juga akan kembali seperti semula. Setiap perubahan tersebut ditandai dengan pemberhentian perubahan temperatur.
Gambar. Kurva pemanasan dan pendinginan besi, menunjukkan adanya perubahan allotropi.


⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩

Pertanyaan :

Apa yang dimaksud dengan kristal, sistem kristal, space lattice, unit cell, dan lattice parameter?

Tembaga dengan sistem kristal FCC mempunyai diameter atom 2,556 Å. Hitung berapa diameter atomnya?

Tembaga dengan sistem kristal FCC mempunyai lattice parameter 3,61 x 10^-8. Hitung berat jenisnya? Bilangan Avogrado = 6,02 x 10^23 atom. Hitung juga untuk Besi dan Titanium.

Ilmu Logam: Perbedaan Ikatan Logam, Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen

Ada tiga jenis ikatan atom yang utama, yaitu :

  • Ikatan ionik
  • Ikatan kovalen atau homopolar
  • Ikatan logam

Ikatan Ionik
Seperti yang telah diketahui, atom akan paling stabil jika atom itu mempunyai konfigurasi elektron seperti konfigurasi elektron pada gas mulia, yaitu terdapat delapan elektron pada kulit terluar. Bila suatu atom hanya memiliki satu elektron pada kulit terluar, maka ia cenderung untuk melepas elektron tersebut. Pelepasan satu elektron tersebut menyebabkan kulit yang lebih dalam akan menjadi kulit terluar, dan menjadi lebih stabil. Tetapi kondisi ini mengakibatkan atom tersebut kelebihan proton (muatan positif), sehingga atom menjadi bermuatan positif, dikatakan atom itu berubah menjadi ion positif.

Sebaliknya, bila suatu atom memiliki tujuh elektron pada kulit terluarnya, maka ia cenderung akan menerima satu elektron lagi dari luar. Dan bila hal ini terjadi, maka atom itu akan menjadi bermuatan negatif (kelebihan elektron), ia akan menjadi ion negatif

Bila kedua ion itu berdekatan maka akan terjadi tarik menarik karena kedua ion itu memiliki muatan listrik yang berlawanan. Kedua atom itu akan terikat satu sama lain dengan gaya tarik menarik itu. Ikatan ini dinamakan ikatan ionik (ionic bonding).



Contohnya garam NaCl, dimana atom Na (dengan satu elektron pada kulit terluar) yang berada dekat atom Cl (dengan tujuh elektron pada kulit terluar). Dalam keadaan ini akan terjadi perpindahan satu elektron dari atom Na ke atom Cl. Kedua atom itu akan menjadi ion: atom Na menjadi ion Na+, sementara atom Cl akan menjadi ion Cl-. Dan karena muatannya berlawanan maka akan terjadi tarik menarik, menjadi suatu ikatan ionik, yang dikenal sebagai senyawa garam dimana sifatnya berbeda dari kedua atom pembentuknya. Hal ini memperlihatkan betapa kuatnya suatu ikatan ionik. 

Ikatan Kovalen :


Beberapa atom dapat memperoleh konfigurasi elektron yang stabil dengan saling meminjamkan elektronnya. Dengan itu, atom-atom akan memperoleh susunan elektron yanh stabil tanpa menyebabkannya menjadi bermuatan. Ikatan akan terjadi melalui elektron yang saling dipinjamkan itu. Elektron ini masih mempunyai ikatan dengan atom asalnya, tetapi juga sudah terikat dengan atom yang meminjamnya. Contoh ikatan ini adalah pada molekul Cl2, N2 dan HF.

Ikatan Logam :
Pada ikatan logam juga terjadi saling meminjamkan elektron. Hanya saja jumlah atom yang bersama-sama saling meminjamkan elektron valensinya ini tidak hanya antara dua atau beberapa atom tetapi dalam jumlah yang sangat banyak. Setiap atom menyerahkan elektron valensinya untuk digunakan bersama-sama. Dengan demikian akan ada ikatan tarik menarik antara atom-atom yang saling berdekatan. Jarak antar atom ini akan tetap (untuk kondisi yang sama), bila ada atom yang bergerak menjauh maka gaya tarik menarik akan menariknya kembali ke posisi semula, dan bila bergerak terlalu mendekat maka gaya tolak menolak menjadi makin besar (sedang gaya tarik menarik mengecil), karena inti-inti atom berjarak terlalu dekat padahal muatan listriknya sama, sehingga akan mendorong atom tersebut kembali ke posisi semula. Kedudukan suatu atom relatif terhadap atom lain akan tetap.



Ikatan seperti ini biasa terjadi pada logam, karena itu dinamakan ikatan logam. Pada ikatan ini, inti-inti atom terletak beraturan dengan jarak tertentu, sedang elektron yang saling dipinjamkan seolah-olah membentuk "kabut elektron" yang mengisi sela-sela antar inti.  Elektron-elektron ini tidak terlihat pada salah satu atom tertentu atau beberapa atom saja, tetapi setiap elektron dapat saja pada suatu saat berada pada suatu atom, dan pada saat berikutnya berada pada atom lain. Karena itulah logam dikenal mudah mengalirkan listrik dan panas.
Mengingat atom-atom pada logam menempati posisi tertentu relatif terhadap atom laim (di kiri-kanan, depan-belakang dan atas-bawahnya), maka dapat dikatakan bahwa atom logam tersusun secara teratur menurut suatu pola tertentu. Susunan atom yang teratur ini dinamakan kristal, dan susunan atom pada logam selalu kristalin yakni tersusun beraturan dalam suatu kristal.

⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩⏩

Pertanyaan : Apa bedanya ikatan logam dengan ikatan ionik dan ikatan kovalen?
Jawaban :

Atom penyusunnya:
  • Ikatan Logam : atom antar unsur logam dalam jumlah yang sangat banyak
  • Ikatan Ionik : atom antar unsur logam dan non-logam
  • Ikatan Kovalen: atom antar unsur non-logam
Cara mencapai kestabilan:
  • Ikatan Logam : atom melepaskan elektron menjadi kation
  • Ikatan Ionik : atom memberi atau menerima elektron
  • Ikatan Kovalen : atom saling berbagi elektron dengan atom lainnya
Bentuknya :
  • Ikatan Logam : padatan (lunak dan ulet)
  • Ikatan Ionik : padatan kristal
  • Ikatan Kovalen : cairan, gas, padatan
Kemampuan menghantarkan listrik :
  • Ikatan Logam : Ya
  • Ikatan Ionik : Ya (jika bentuknya berupa cairan)
  • Ikatan Kovalen : Tidak
Kelarutan dalam air :
  • Ikatan Logam : Tidak
  • Ikatan Ionik : Tinggi
  • Ikatan Kovalen : Rendah
Titik Leleh dan Titik Lebur :
  • Ikatan Logam : Tinggi
  • Ikatan Ionik : Tinggi
  • Ikatan Kovalen : Rendah

=========
Link download versi slide pdf: https://www.slideshare.net/AbdulGhofurAffu/perbedaan-ikatan-ionik-ikatan-kovalen-dan-ikatan-logam

Kita dan Rezeki


Sebagai makhluk fana yang hidup dalam alam fana, menjadi fitrah manusia jika mencintai harta. Harta itu bisa berupa uang, perhiasan, tanah, mobil, rumah, sawah dan ladang, atau bentuk lainnya yang memiliki nilai materi ketika digunakan semasa hidup di dunia. 

Sejarah mencatat pelbagai peristiwa yang berakhir dengan pembunuhan maupun perang adalah karena keinginan untuk menguasai sumber ekonomi, menguasai harta sebanyak mungkin.

Nyatanya, harta memang menjadi godaan yang berat bagi setiap manusia. Tak terkecuali ia yang sudah dikenal jujur dan berintegritas sekalipun.

Sifat manusia memang menjadikannya sebagai tempat salah dan khilaf, dan kita menyadari betul akan hal tersebut. Namun, meski memahaminya dengan baik sekalipun kita seringkali terlena dan tak sadar telah menjadi "budak materi" dengan mempertontonkan segala bentuk materi itu sendiri. Tanpa kita sadari.

Disisi lainnya, harta menjadi faktor penting dalam peristiwa-peristiwa tragis semisal perampokan, penjambretan, pencopetan, pencurian, pembegalan, korupsi, atau dalam sekala luas bahkan sampai pada tahapan perang yang memakan korban hingga jutaan orang.

Maka kita harus mengembalikan itu semua kepada iman supaya kita selalu ingat bahwa kita ini hanyalah manusia yang lemah, kita ini bukanlah apa-apa dibandingkan alam semesta yang Maha Luas.

Seringkali kita memang khilaf, apalagi saat kondisi tertekan. Tidak pegang uang sama sekali, misalnya. Di waktu yang sama kita dihadapkan pada kondisi yang sulit: anak kita sakit dan perlu untuk ditangani segera oleh dokter di rumah sakit. Dan tidak ada saudara atau teman yang bisa kita mintai tolong. Sama sekali. Sungguh kondisi yang sulit.

Sementara di saat yang sama, kita tiba-tiba saja menemukan dompet beserta isinya yang tak sedikit. Atau juga tiba-tiba menemukan gelang emas yang jatuh di jalan, tetiba saja ada sepeda motor dengan kontaknya yang lupa dibawa, atau hal-hal lainnya.

Tentu sangat menggoda iman.

Dalam menghadapi hal demikian memang tak kan kuat jika yang menjalaninya adalah orang biasa yang lemah iman. Dengan sesadar-sadarnya. Tak akan kuat. Bahkan mereka yang sudah terbiasa dengan kekayaan dan jabatan tinggi sekalipun, juga dengan kuantitas ibadah yang tinggi sekalipun, ia tak kan kuat jika Allah SWT tak ridho dan memantapkan hatinya akan nikmat iman.

Kita memang harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah dikaruniakan oleh Sang MahaKuasa, terutama nikmat iman. Hal yang menurut banyak orang sederhana dan seringkali dilalaikan, nyatanya mampu menjadi penolong kita dalam kondisi yang sedemikian hebatnya.



Kita dan Kesombongan

Andromeda Galaxy (sumber gambar: nasa.gov)


Sifat dan sikap sombong itu memang menjadi masalah yang harus dihadapi oleh manusia. Tak terkecuali diri kita sendiri. Permasalahan kesombongan ternyata tak hanya dimiliki oleh orang-orang yang terlanjur kaya dan lupa akan daratan. Bahkan mereka yang mengaku terdidik dan mengklaim paling islami pun tak luput dari apa yang disebut dengan sombong dan kesombongan.

Barangkali kita melupakan bahwa sejatinya Iblis itu awalnya adalah makhluk Gusti Alloh yang sholeh dan beribadah kepada-Nya selama ribuan tahun adanya.

Bahwa kelak kemudian Gusti Alloh berkehendak menciptakan Adam, maka sejak itulah Iblis memilih jalan kesombongannya. Iblis mengklaim bahwa ia lebih taat, dan lebih mulia dari Adam. Bahwa ia diciptakan dari Api, bukan dari tanah.

Maka begitulah cerita dan tafsir agama kita tentang sejarah Iblis dan diutusnya Nabi Adam as.

Agaknya, di zaman yang semakin terasa cepat waktu berlalu ini membuat manusia makin sibuk dengan pelbagai urusannya. Tentu urusan duniawi, atau yang berhubungan dengan dunia. Semisal pendidikan, pekerjaan, dan sejenisnya.

Justru karena itu lah, penulis mengakui bahwa kesombongan itu perlahan-lahan muncul tanpa disadari.

Mari kita coba membaca fenomena yang ada, tentu dengan merefleksikan diri kita pribadi sebagai bagian dari fenomena tersebut, semisal pendidikan tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Bukankah makin banyak kita jumpai para mahasiswa yang kuliah di Universitas Top dalam negeri enggan untuk turun ke lapangan, turun ke bawah, turun ke sawah-ladang, turun ke gang-gang sempit? Kalau pun ada, agaknya hanya berupa social project dari sebuah program kerja suatu organisasi dalam kumpulan mahasiswa tersebut. Bukan inisiatif dan gerakan personalnya. 

Belum lagi para mahasiswa kita yang belajar di luar negeri. Jika timbul perasaan bahwa ketika belajar di luar negeri akan membuat kita lebih sukses atau lebih bisa memecahkan sebuah persolan, penulis menilai kasus seperti ini adalah contoh awal dari sebuah kesombongan berbenih dan mulai tumbuh. 

Atau lihat lah fenomena politik akhir-akhir ini yang kian kemari, kian makin banyak para komentator politik dadakan yang mengklaim pilihan politiknya lebih baik dari yang lain?

Ah, kesombongan memang selalu terselip dalam setiap tindak-tanduk anak Adam. Tak terkecuali kita, bahkan penulis pun mengakuinya. Atau mungkin juga dalam tulisan ini terselip benih-benih kesombongan. Dan itu bisa saja.



Kutipan: Rumah Kaca - Tetralogi Buru

Rumah Kaca
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 9, September 2011

(sumber gambar: goodreads)



"Menjadi perabot kekuasaan seperti ini, makin keatas makin besar mulut dan kuping hilang, makin kebawah makin besar kuping dan mulut hilang."
-- Jacques Pangemanann, halaman 37


"Betapa sederhana hidup ini sesungguhnya. Yang pelik cuma liku dan tafsirannya. Jutaan semut mati setiap hari terinjak kaki manusia. Ribuan juta serangga mati setiap detik karena diberantas manusia diladang-ladang pertanian. Jiwa-jiwa itu punah dan yang tersisa berbiak kembali dalam laju yang sangat derasnya. Juga manusia berjatuhan di medan-perang, sama dengan semut dan serangga. Juga yang tersisa berbiak kembali dalam laju yang sama derasnya. Mengapa mesti sentimental terhadap kematian? Hanya karena sejak kecil dipompakan dongeng tentang iblis, malaikat, neraka dan surga? Segalanya tafsiran semata dan tetap tinggal tafsiran. Jutaan manusia telah lenyap dari muka bumi, termasuk peninggalannya karena bencana alam lebar. Siapa akan sentimental? Mereka malah bersyukur karena sendiri tak terkenai."
-- Jacques Pangemanann, halaman 52


"Dua abad lebih mungkin lebih lama lagi orang juga sudah berselisih pikiran tentang makna hukum. Satu pihak menyumbar hukum untuk keselamatan umum, pihak lain bertahan hukum adalah alat mengendalikan umum. Dan berbelas makna lain. Yang paling tepat: hukum itu alat yang bisa dipergunakan pada waktu dibutuhkan dan cocok untuk memenuhi kebutuhan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 53


"Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 62


"Betapa mahal biaya keselamatan dan kesenangan sendiri. Orang-orang lain harus dijual dan dikurbankan untuknya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 65


"Menumpas kehahatan dari muka bumi, betapapun kecil adalah kebajikan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 72


"...kekuasaan kolonial diatas bagian bumi mana pun jahat."
-- Jacques Pangemanann, halaman 97


"Seorang tanpa prinsip adalah sehina-hina orang, manusia setengik-tengiknya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 99


"Jadilah orang-orang yang berhati murni, berprinsip, berpribadi, sebagaimana dicita-citakan peradaban Eropa. Jadilah manusia bebas dari pretensi dan ambisi."
-- Jacques Pangemanann, halaman 99


"Birokrasi di Hindia sama tengiknya dengan kekuasaan kolonial itu sendiri."
-- Jacques Pangemanann, halaman 109


"Cobalah temukan jawabannya: Apa sebab dengan kesenpatan yang sama, dengan syarat-syarat alam yang sama, jumlah bangsa Jawa jauh lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain di Hindia? Mengapa Jawa punya latar belakang sejarah lebih panjang dan lebih kaya? Meninggalkan warisan-warisan kebudayaan lebih banyak, pada suatu kurun sejarah tertentu? Malahan dalam suatu jaman yang sama pernah melebihi bangsa-bangsa Eropa tertentu dalam bidang-bidang tertentu?"
-- Tuan L., halaman 123


"Mengapa Jawa bisa dikalahkan oleh Eropa? Pertama-tama karena bangsa ini mempunyai watak selalu mencari-cari kesamaan, keselarasan, melupakan perbedaan untuk menghindari bentrokan sosial. Dia tunduk dan taat pada ini, sampai kadang tak ada batasnya. Akhirnya dalam perkembangannya yang sering, ia terjatuh pada satu kompromi ke kompromi lain dan kehilangan prinsip-prinsip. Ia lebih suka penyesuaian daripada cekcok urusan prinsip."
-- Tuan L., halaman 125


"Memang dibutuhkan waktu untuk mempelajari garis-garis pokok pemikiran dalam wayang. Mengerti wayang adalah mengerti sejarah pandangan hidup dan pandangan dunia manusia Jawa. Menguasai pewayangan sebagai subjek, berarti menguasai manusia Jawa. Ini salah satu dasar untuk jadi ahli kolonial Hindia. Sekiranya ada orang Jawa yang menguasainya sebagai subjek, mampu melepaskan diri dari cengkraman pewayangan itu sendiri, jalannya masih jauh untuk dapat merombak dirinya. Alam wayang ini satu bangunan tersendiri yang tidak dapat disentuh oleh gagasan-gagasan modern. Apakah manusia Jawa itu Kristen, apakah dia Islam, apakah dia tak beragama, mereka semua terhisap kedalamnya sebagaimana dirumuskan oleh Prapanca dan Tantular."
-- Tuan L., halaman 141


"Dan apa yang ada dalam kenyataan hanya yang kuatlah yang berhak menentukan hidup, dan segalanya. Bahwa yang kuat yang berhak menentukan mana benar dan mana salah, mana yang adil dan mana yang lalim, mana yang baik dan mana yang buruk. Siapa kuat, dia boleh lakukan segala-galanya sampai datang yang lebih kuat membatasi geraknya atau menindasnya sama sekali. Maka kehidupan kolonial bukanlah kehidupan Eropa demokratis. Kehidupan kolonial hanya harus mengabdi pada yang kuat dan lebih kuat, yakni kekuasaan kolonial itu sendiri."
-- Jacques Pangemanann, halaman 188


"Dalam tigaratus tahun sejarahnya di Hindia, Belanda telah membuat piramida dari mayat Pribumi, dan itulah tahtanya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 188


"Tak ada yang lebih baik daripada persahabatan yang ikhlas, teman-temanku yang kukasihi. Terimakasih atas kebaikan kalian. Tak ada manusia hidup tanpa persahabatan dan kebaikan, karena yang bukan demikian bukan manusia. Selamat tinggal semua yang tersayang dan tercinta."
-- Jacques Pangemanann, halaman 195


"Bertindak terhadap perorangan dan terhadap massa membutuhkan pengertian dan cara yang berlain-lainan, Tuan. Massa lebih mudah dihasut dan digerakkan, tergantung pada kualitas pimpinannya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 200


"Sejak runtuhnya Majapahit sampai sekarang, bangsa ini tidak pernah lagi bisa membuat peninggalan untuk umat manusia, juga tidak dirinya sendiri."
-- Jacques Pangemanann, halaman 207


"Kesamaan gaji tidak bisa diperoleh tanpa perjuangan. Perjuangan tidak bisa berjalan tanpa organisasi -- organisasi yang berani, cerdas dan berwatak."
-- Douwager, halaman 233


"Jaman ini jaman kejayaan imperialisme, jaman kemenangan bagi yang kuat. Sepandai-pandainya orang biarpun segudang ilmunya, dia harus mengabdi kepada yang kuat, yang jaya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 259


"Mereka berorganisasi karena demam, bukan karena kebutuhan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 288


"Pandai bicara adalah juga satu syarat dalam kehidupan diantara orang banyak yang berbeda-beda kepentingan dan perhatiannya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 298


"Orang menjadi besar karena tindakannya besar, pikirannya besar, jiwanya besar."
-- Catatan Minke, halaman 313


"Jangan jadi kuli mereka. Jangan bikin mereka jadi lebih kaya dan lebih berkuasa karena keringatmu. Rebut ilmu-pengetahuan dari mereka sampai kau sama pandai dengan mereka. Pergunakan ilmumu itu kemudian untuk menuntun bangsamu ke luar dari kegelapan yang tiada habis-habisnya ini."
-- Pesan Minke ke Wardi, halaman 340


"Perampasan tanah dan lapangan hidup menyebabkan orang jadi patriotik, lebih dari itu, menjadi nasionalis dengan kemiripan Eropa."
-- Jacques Pangemanann, halaman 340


"Orang-orang kolonial di seluruh dunia sama saja: kebencian rasial merupakan pedoman hidup."
-- Jacques Pangemanann, halaman 363


"Dalam setiap kegiatan sosial selamanya ada kejahatan yang membonceng."
-- Jacques Pangemanann, halaman 399


"Anak-anak, aku sering membawa kalian ke alam terbuka dengan hanya satu tujuan agar kalian mengenal tanahair kalian sendiri, karena memang disitulah kalian kelak akan hidup dan berkembang. Cintailah alam sekelilingmu, karena semua itu adalah milikmu sendiri. Aku akan sangat bersenanghati bila ada salah seorang diantara kalian sungguh-sungguh mencintainya, dan mengerti, bahwa semua itu adalah milik kalian sendiri."
-- Siti Soendari, halaman 409


"Dari semua kegiatan Pribumi itu, ternyata yang dianggap mahkota kegiatan adalah jurnalistik. Dan barang tentu bukan jurnalistik sebagaimana dikenal oleh Eropa, tapi menulis di koran atau majalah dengan nama terpampang, baik nama benar, nama pena atau inisial. Gejala baru ini langsung berasal dari Raden Mas Minke. Ia pernah mengatakan pada salah seorang temannya: orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Ucapan lain dari si Gadis Jepara: menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dan jurnalistik gaya Hindia merupakan perpaduan alamiah dari gerakan Pribumi untuk kepemimpinan dan keabadian."
-- Jacques Pangemanann, halaman 473


"Kalau pada suatu kali bertemu dengan seorang Jawa yang terpelajar, cobalah ajak dia bicara tentang keris, wayang, puji-pujian ketinggian gamelan dan tarinya, kata Tuan L. selanjutnya, pujilah ketinggian filsafatnya, kebatinannya. Kalau dia menjadi antusias dan membenarkan puji-pujian Tuan, dia tidak akan mencapai sesuatu apa pun dengan keterpelajarannya. Pada akhirnya setiap kemenangan adalah kemenangan filsafat, pandangan dan sikap batin terhadap manusia, diri sendiri, masyarakat dan alamnya. Jawa terus menerus kalah. Kalau dia termakan oleh puji-pujian itu sebenarnya dia tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi di dunia selama ini. Orang itu akan kalah pada ujian yang pertama-tama. Kalau Tuan mempelajari sejarah Jawa, terlalu sedikit pemimpin-pemimpin itu yang mati di medan perang karena membela pendirian filsafatnya. Semua goyah, menyerah pada Belanda, dan dengan demikian juga mengakui keunggulan Eropa, filsafat Eropa, bukan hanya ilmu dan pengetahuan."
-- Jacques Pangemanann, halaman 550


"Sejak jaman nabi sampai kini, tak ada manusia yang bisa terbebas dari kekuasaan sesamanya, kecuali mereka yang tersisihkan karena gila. Bahkan pertama-tama mereka yang membuang diri, seorang diri ditengah-tengah hutan atau samudra masih membawa padanya sisa-sisa kekuasaan sesamanya. Dan selama ada yang diperintah dan memerintah, dikuasai dan menguasai, orang berpolitik. Selama orang berada ditengah-tengah masyarakatnya, betapapun kecil masyarakat itu, dia berorganisasi."
-- Minke, halaman 563


"Kita harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang, karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka kemajuan sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia."
-- Minke, halaman 585


"Bagaimana pun masih baik dan masih beruntung pemimpin yang dilupakan oleh pengikut daripada seorang penipu yang jadi pemimpin yang berhasil mendapat banyak pengikut."
-- Jacques Pangemanann, halaman 594


"Pada akhirnya persoalan hidup adalah persoalan menunda mati, biarpun orang-orang yang bijaksana lebih suka mati sekali daripada berkali-kali."
-- Jacques Pangemanann, halaman 595


"Betapa bedanya bangsa-bangsa Hindia ini dari bangsa Eropa, terutama Perancis. Di Perancis setiap orang yang memberikan sesuatu yang baru pada umat manusia dengan sendirinya mendapat tempat yang selayaknya di dunia dan di dalam sejarahnya. Di Hindia, pada bangsa-bangsa Hindia, nampaknya setiap orang takut tak mendapat tempat dan berebutan untuk menguasainya."
-- Jacques Pangemanann, halaman 602


"Gairah kerja adalah pertanda daya hidup. Selama orang masih suka bekerja, dia masih suka hidup; dan selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut."
-- Jacques Pangemanann, halaman 617


***
End.

Kutipan: Jejak Langkah - Tetralogi Buru

Jejak Langkah
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 9, Februari 2012

(sumber gambar: goodreads)



"Aku datang untuk jaya, besar, dan sukses."
-- Minke, halaman 1


"Barangsiapa memerlukan pertolongan, dia tempatkan diri dalam keadaan takluk tergantung-gantung pada orang lain."
-- Minke, halaman 2


"Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia -- dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya."
-- Ir. H. Van Kollewijn, halaman 41


"Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan."
-- Surat Kartini, halaman 106


"Banyak-banyak berprihatin agar luhur kemudian."
-- Bunda, halaman 143


"...usia empat puluh adalah sebaik-baik usia. Pada umur itu orang mulai menengok-nengok ke belakang dan bertanya pada diri sendiri: apakah telah kau berikan pada kehidupan ini, hei, kau manusia terpelajar?"
-- Pidato Dokterdjawa, halaman 182


"Seorang dokter bukan hanya menyembuhkan penyakit pada badan, juga membangkitkan jiwa bangsa yang mendam ketidaktahuan."
-- Pidato Dokterdjawa, halaman 188


"...tak ada satria lahir, tumbuh dan perkasa tanpa ujian."
-- Minke mengutip ajaran nenek moyang Jepang, halaman 201


"Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajika untuknya."
-- Ang San Mei, halaman 262


"...peduli amat keturunan siapa seseorang? Yang jadi ukuran tetap perbuatannya sebagai probadi pada sesamanya."
-- Minke, halaman 289


"Cara priyayi. Seperti kata gadis Jepara itu: sekali seorang Bupati melakukan sesuatu, bawahannya akan meniru. Sedang Bupati hanya meniru Belanda residennya. Meniru atasan jadi pola kebajikan. Tak peduli atasan itu iblis atau hantu dari neraka yang belum terdaftar. Dengan meniru atasan orang semakin mengurangi tanggungjawab pribadi, yang memang sudah kurang dari hanya pas-pasan."

-- Minke, halaman 296


"Apa? Siapa tidak percaya kau memulai dengan hati yang bersih dan kemauan baik? Kau kira itu saja cukup? Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspdalah."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 297


".... Bantuan keuangan? Bangsa-bangsa di Hindia tidak pernah tidak korup. Mereka korup sudah sejak dunia pikirannya, dari dukun sampai pedagangnya, dari petani sampai rajanya. Mereka tidak mengerti nilai uang. Mereka hanya tahu nilai hawa nafsunya sendiri."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 327


"Cara berpikir pembunuh cuma satu jalur: bunuh yang tak membenarkan dirinya."
-- Minke, halaman 340


"Satu juta orang bodoh takkan bisa menggerakkan dan menjalankan satu formasi keretaapi. Tapi satu manusia modern dapat."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 342


"Setiap permulaan memang sulit. Dengan memulai, setengah pekerjaan sudah selesai."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 343


"Tak mengenal Hindia berarti juga takkan tahu apa harus diperbuat untuk Hindia."
-- Gubernur Jenderal Van Heutsz, halaman 344


"Dan memang pembesar butuh pendengar. Setiap pembesar begitu. Merasa berbobot kalau sudah ngomong, lebih berbobot lagi kalau tak mendengarkan orang lain."
-- Minke, halaman 344


"Menjawab puji-pujian selalu lebih sulit. Terhadap hinaan atau tantangan sebuah otomatis dalam diri akan menghasilkan segala macam tanggapan, sikap, tindakan, terkemas dalam sederetan kata. Yang ada dalam persediaan untuk pujian hanya satu jenis: terimakasih."
-- Minke, halaman 368


"Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya."
-- Hendrik Frischboten, halaman 378


"Kalau yang satu mulia, yang lain tidak, kira-kira yang satu sudah merampas kemuliaan yang lain."
-- Minke, halaman 409


"Tak ada kekeliruan yang tak dapat diperbaiki."
-- Minke, halaman 411


"Kalau kau menyederhanakan hidup dengan menjabat jadi dokter Gubermen mungkin di rumah sakit, mungkin di kapal, mungkin juga di tangsi, takkan seriuh ini pekerjaanmu. Kau telah memilih. 
-- Minke, halaman 414


" Orang-orang asing datang ke pulau kita dan pada menjadi kaya. Bukan karena kepintaran mereka, karena kebodohan orang kecil kita sendiri."
-- Seorang murid sekolah pangrehpraja di kongres Boedi Oetomo, halaman 419


"Salah itu sudah salah sejak dalam fikiran. Kalau keliru agak lain. Didalam pikiran benar, dalam pengerjaan tidak benar, itu keliru."
-- Hadji Moeloek, halaman 427


"Memang semakin jauh orang dari jabatan negeri, semakin bebas jiwanya, semakin bebas sepak-terjangnya, karena memang pikirannya lebih lincah, bisa produktif dan bisa kreatif, mempunyai lebih banyak inisiatif, tidak dibatasi dan dibayang-bayangi ketakutan akan dipecat dari jabatannya."
-- Douwager, halaman 465


"Setiap pandangan dan pendapat baru selalu memanggil lawan."
-- Douwager, halaman 469


"Bagi yang kehausan di gurun pasir setitik embun kotor pun akan diraih, bahkan fatamorgana pun akan diparani."
-- Minke, halaman 495


"Semua ditentukan oleh keadaan, bagaimana pun seseorang menghendaki yang lain. Yang di gurun pasir takkan menggunakan bahtera, yang di samudra takkan menggunakan onta."
-- Minke, halaman 511


"Perdagangan adalah jiwa negeri, Tuan. Biar negeri tandus, kering-kerontang seperti Arabia, kalau perdagangan berkembang subur, bangsanya bisa makmur juga. Biar negeri Tuan subur, kalau perdagangannya kembang-kempis, semua ikut kembang-kempis, bangsanya tetap miskin. Negeri-negeri kecil menjadi besar karena perdagangannya, dan negeri besar menjadi kecil karena menciut perdagangannya."
-- Sjeh Ahmad Badjened, halaman 519


"Pedagang orang paling giat diantara umat manusia ini, Tuan. Dia orang yang paling pintar. Orang menamainya juga saudagar, orang dengan seribu akal. Hanya orang bodoh bercita-cita jadi pegawai, karena memang akalnya mati. Lihat saja diriku ini. Jadi pegawai, kerjanya hanya disuruh-suruh seperti budak. Bukan kebetulan Nabi SAW pada mulanya juga pedagang. Pedagang mempunyai pengetahuan luas tentang ikhwal dan kebutuhan hidup, usaha dan hubungannya. Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh."
-- Thamrin Mohammad Thabrie, halaman 520


"Siapa bisa membebaskan diri dari perdagangan? Tak seorang pun! Sejak dalam kandungan sampai tua renta menghadapi maut orang ikut serta dalam lalu-lintas perdagangan. Dari popok sampai kafan."
-- Minke, halaman 521


"Setiap sukses seseorang akan mempersatukan kaum dungu untuk menentang."
-- Minke, halaman 551


"Organisasi tidak boleh tergantung pada satu-dua orang."
-- Minke, halaman 566


"Kesimpulan salah memperosokkan."
-- Hendrik Frischboten, halaman 573


"Jangan kehilangan keseimbangan! Berseru-seru aku pada diri sendiri, memperingatkan. Dibalik setiap kehormatan mengintip kebinasaan. Dibalik hidup adalah maut. Dibalik kebesaran adalah kehancuran. Dibalik persatuan adalah perpecahan. Dibalik sembah adalah umpat. Maka jalan keselamatan adalah jalan tengah. Jangan terima kehormatan atau kebinasaan sepenuhnya. Jalan tengah--jalan ke arah kelestarian."
-- Minke, halaman 575


"...bukan darah, bukan keturunan, yang menentukan sukses-tidaknya seseorang dalam hidupnya, tetapi: pendidikan lingkungan dan keuletan. Bahwa sukses bukan hadiah cuma-cuma dari para dewa, dia hanya akibat kerja keras dan belajar."
-- Minke, halaman 576


"Keadilan adalah khas urusan manusia, bisa tegak hanya oleh manusia."
-- Minke, halaman 598


"Kau telah memulai, kau harus juga dapat mengakhiri."
-- Minke, halaman 597


"Bukankah uang itu soal mudah kalau kemauan ada?"
-- Minke, halaman 613


"Apa kalau mereka sangat berkuasa lantas dengan sendirinya benar dan segala perbuatannya tak boleh dibantah?"
-- Minke, halaman 626


"Perpecahan dalam satu organisasi adalah perkembangan wajar, tak dapat dielakkan dalam sejarah organisasi, kapan dan dimana pun."
-- Hendrik Frischboten, halaman 627


"Aku mengerti, Nak. Betapa kau mengimpi selama ini untuk menjadi dirimu sendiri. Rela kau ayahmu turun dari jabatan?"
"Tidak ada hubungan dengan sahaya, Bunda. Kalau ayahanda dipecat bukanlah karena sahaya. Bukan."
"Jadi karena siapa?"
"Karena beliau punya atasan yang berkuasa memecat.'
-- Percakapan Bunda dan Minke, halaman 634


" Memang, makin besar kemenangan, makin dekat orang pada kelenaan, dan kelenaan adalah pangkal tewas. Aku harus ambil separoh saja dari semua kemenangan ini."
-- Minke, halaman 702


"Keadaan sangat keras terhadap diriku. Selama itu aku pun keras terhadap keadaan. Tanggapilah semua juga dengan keras, agar tidurmu tidak terganggu oleh mimpi buruk."
-- Surat Minke ke istrinya, halaman 718



***
End.
Lanjut buku ke-4: Rumah Kaca

Kutipan: Anak Semua Bangsa - Tetralogi Buru

Anak Semua Bangsa
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Cetakan 13, September 2011

(sumber gambar: goodreads)



"Barangsiapa tidak tahu bersetia pada azas, dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 5


"Kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhan juga orang berseru?"
-- Robert Jan Dapperste, halaman 43


"Negeri Matari Terbit, Negeri Kaisar Meiji itu berseru pada perantauannya, menganjurkan: belajar berdiri sendiri! Jangan hanya jual tenaga pada siapapun! Ubah kedudukan kuli jadi pengusaha, biar kecil seperti apa pun; tak ada modal? Berserikat, bentuk modal! Belajar kerjasama! Bertekun dalam pekerjaan!"
-- Berita koran, halaman 59


"Penghinaan yang bodoh hanya akan memukul diri sendiri."
-- Jean Marais, halaman 62


"Jarak peradaban itu, berapa pun langkahnya, tidak penting. Bagaimana pun yang kuat akan menelan yang lemah. Biar pun yang kuat itu hanya kecil."
-- Marteen Nijman, halaman 69


"Kau Pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, Pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu."
-- Jean Marais, halaman 72


"...mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata-hati sendiri, kan itu di dalam seni namanya pelacuran?"
-- Jean Marais, halaman 78




"Sepandai-pandai ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh."
-- Khouw Ah Soe, halaman 88




"Kepercayaan itu justru kekuatan yang menggerakkan kami. Kami tak pernah dijajah oleh ras lain, kami takkan rela mendapatkan pengalaman demikian. Sebaliknya kami pun tak ada impian untuk menjajah ras lain. Itu kepercayaan. Orang tua-tua kami bilang: Di langit ada sorga, di bumi ada Hanchou, dan kami menambahkan: di hati ada kepercayaan."
-- Khouw Ah Soe, halaman 89




"Jangan remehkan satu orang, apalagi dua, karena satu pribadi pun mengandung dalam dirinya kemungkinan tanpa batas."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 108




"Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Dimana pun ada malaikat dan iblis. Dimana pun ada iblis bermuka malaikat, dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap, Nak, abadi: yang kolonial, dia selalu iblis."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 110



"Kau, Nak, paling sedikit harus bisa berteriak. Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 112


"Dulu suatu bangsa bisa hidup aman di tengah-tengah padang pasir atau hutan. Sekarang tidak. Ilmu pengetahuan modern mengusik siapa saja dari keamanan dan kedamaiannya. Juga manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai individu tidak lagi bisa merasa aman. Dia dikejar-kejar selalu, karena ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk menguasai: alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa menghentikan nafsu berkuasa ini kecuali ilmu pengetahuan itu sendiri yang lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi ...."
-- Khouw Ah Soe, halaman 123


"...sebesar-besar ampun adalah yang diminta seorang anak dari ibunya, sebesar-besar dosa adalah dosa anak kepada ibunya."
-- Robert Mellema, halaman 130


"Untuk apa hidup sesungguhnya? Bukan untuk menampung semua yang tidak diperlukan."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 148


"Apa artinya pandai kalau tak berbahagia di rumah sendiri? Belajar bekerja juga penting -- belajar membangun kehidupan sendiri. Sekolahan kan cuma, penyempurna saja?"
-- Jean Marais, halaman 150


"...Kartini pernah mengatakan: mengarang adalah bekerja untuk keabadian? Kalau sumbernya abadi, bisa jadi karangan itu menjadi abadi juga."
-- Kommer, halaman 162


"Dan untuk kesekian kalinya terpikir olehku: lulus H.B.S. ternyata hanya makin membikin orang tahu tentang ketidaktahuan sendiri. Maka kau harus belajar berendahhati, Minke! Kau, lulusan H.B.S.! sekolahmu itu belum lagi apa-apa ...."
-- Minke, halaman 163


"Tak mungkin bisa mendekati orang tanpa terlebih dahulu menghampiri hatinya."
-- Minke, halaman 236


"Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit."
-- Kommer, halaman 265



"...Ia melihat semua orang yang menderita sebagai sahabatnya, semua ketidakadilan sebagai musuhnya. Tidak seharusnya orang mesti melihat keceriaan dan derita sebagai satu keseimbangan. Kan kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan?"
-- Nyai Ontosoroh, halaman 266


"...pidato dalam tulisan adalah seburuk-buruknya tulisan."
-- Kommer, halaman 269


"Kritik boleh ditangkis, tapi harus didengarkan dulu, direnungkan, kalau perlu tidak ditangkis dan diterima sebagai saran. Orang tak perlu marah mendapatkan kritik."
-- Kommer, halaman 270


"Pengarang yang baik, Tuan Minke, seyogyanya dapat memberikan kegembiraan pada pembacanya, bukan kegembiraan palsu, memberikan kepercayaan, hidup ini indah. Jangan pembaca itu dijejal dengan penderitaan tanpa kepercayaan bahwa, seberat-berat penderitaan juga bisa dilawan, dan begitu dilalui bukan saja hilang bobotnya sebagai penderitaan, malah terasa sebagai lelucon. Berilah harapan pada pembaca Tuan."
-- Kommer, halaman 270


"Dengan hanya memandang manusia pada satu sisi, orang akan kehilangan sisinya yang lain."
-- Kommer, halaman 272


"...menulis bukan hanya untuk memburu kepuasan pribadi. Menulis harus juga mengisi hidup."
"Jean Marais, halaman 280


"Konsepsi yang salah bisa menganak-biakkan banyak kesalahan."
-- Marteen Nijman, halaman 287


"Orang bisa percaya pada segala yang tidak benar. Sejarah adalah sejarah pembebasan dari kepercayaan tidak benar, perjuangan melawan kebodohan, ketidaktahuan."
-- Marteen Nijman, halaman 289


"Lihat kapal itu, juga milik K.P.M., modal Sri Ratu juga ada di dalamnya. Seperti pada kapal ini. Semua dibikin oleh tukang dan insinyur pandai. Mesin-mesinnya dibikin oleh penemu-penemu mahapandai. Tapi semua itu milik sang modal. Yang tak bermodal hanya akan jadi kuli, tidak lebih, biar kepandaiannya setinggi langit, lebih pandai daripada dewa-dewa Yunani dan Romawi sekaligus ...."
-- Ter Haar, halaman 416



"Manusia tetap yang dulu juga, ruwet dan pusing dengan nafsunya yang sama dan itu-itu juga, seperti di jaman wayang dulu."
-- Minke, halaman 436


"Hanya dari jerih payah sendiri orang bisa merasai kebahagiaan."
-- Robert Mellema, halaman 448


"Dalam pelik-pelik kehidupan ini, memang apa yang pernah kau pelajari di sekolah hanya permainan kanak-kanak. Kau sudah cukup dewasa, untuk mengerti hukum serigala yang berlaku dalam kehidupan, di antara mereka, juga di antara kita sendiri. Sebentar lagi kau akan lihat, apa yang kukatakan ini tidak meleset dan tidak akan meleset."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 462


"Sahabat dalam kesulitan adalah sahabat dalam segala-galanya. Jangan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lebih besar daripada panasnya permusuhan."
-- Nyai Ontosoroh, halaman 484


"Meniru apa saja yang baik dan bermanfaat justru tanda-tanda kemajuan, bukan suatu nista seperti diejekkan oleh beberapa pendapat kolonial. Semua pribadi dan bangsa memulai dengan meniru sebelum dapat berdiri sendiri."
-- Minke, halaman 487


"Semua yang terjadi di kolong langit adalah urusan setiap orang yang berpikir."
-- Kommer, halaman 522





***
End.
Lanjut buku ke-3: Jejak Langkah



Kutipan: Bumi Manusia - Tetralogi Buru

Bumi Manusia
Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara 
Cetakan 17, Januari 2011

(sumber gambar: goodreads)


"...Kau harus berterimakasih pada segala yang memberimu kehidupan, kata Mama, sekalipun dia hanya seekor kuda."
-- Annelies Mellema, halaman 50


------------------------------------------------------------------
Selanjutnya akan dialihkan ke blog yang berbeda untuk kemudahaan membaca. Kiranya kalian bisa langsung ke alamat http://tipkutipp.blogspot.co.id/ dan selamat membaca :)

Generasi Langit Biru

Menteri BUMN Rini Soemarno (kiri), didampingi Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (tengah) dan Direktur Pengolahan Pertamina Rahmat Hardadi (kanan), meninjau proyek 'Skydeck' RFCC RU IV Lomanis, Cilacap, Jateng, Sabtu (14/11/2016). Beroperasinya RFCC (Residual Fluidized Catalityc Cracking), di kilang Cilacap dan kilang TPPI Tuban, berdampak pada pengurangan impor premium hingga 30 persen.
Sumber: ANTARA FOTO/HO/HumasPertamina/ama/15.




Generasi Langit Biru
Oleh: Abdul Ghofur


.... Satu tahun kiranya akun email ini tak pernah dibuka. Maklum jika banyak surel masuk disana. Aku pun melihat dan membacanya. Beberapa menarik perhatianku.

Dari Manto, kawanku SMA:

Untuk sahabatku, G.

Aku ucapkan salam, semoga sehat selalu dimanapun berada.

Aku terpaksa menghubungi kau lewat surel begini. Nomor handphone-mu yang aku simpan sudah tak aktif. Bukankah kau mengerti, tak ada sahabat baik selain kau seorang? Beberapa teman sudah coba aku tanya, dan mereka pun juga tak tahu. Aih, susah benar menghubungi kau.

Untung aku ingat jika di buku perpisahan SMA, ada e-mail yang tertulis. Percayalah, aku menyimpan buku tebal itu dengan baik. Maka, aku coba kontak kau lewat email. Semoga masih kau gunakan, meski alamat e-mail-mu ini terkesan alay. Ternyata kita sudah dewasa saat ini. Hahaha.

Sahabatku, G., kau perlu tahu saat ini aku bekerja dalam sebuah kapal. Kapal laut. Ini adalah tahun ke-lima. Aku pun sudah menikmati berbagai pelayaran di nusantara. Mulai dari Pulau Weh, Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Lombok, Wakatobi, Raja Ampat, Maluku, Halmahera, dan mungkin masih banyak lagi.

Kau tahu, apa yang membuatku menyukai pekerjaan ini? Bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang luar biasa indahnya. Lautnya yang biru-kehijauan, dibawah langit biru nampak seolah zamrud khatulistiwa dunia yang tiada duanya. Pantaslah sebutan itu.

Aku pun pernah ke Maldives, tapi tak seindah disini. Kenapa? Karena disini bocah-bocah dan penduduk sekitar dapat hidup bahagia dengan bersahabat bersama alamnya. Aku bertekad akan menjaga dan mengenalkannya pada sesiapa saja, sebisaku.

Aku tentu senang jika suatu waktu bisa mengajak kau untuk menikmati apa yang pernah aku rasakan: mengenal bangsamu dari sisi yang lain.

Semoga kau sehat selalu.

Kontaklah aku di waktu senggangmu.
Panji Darmanto, 082232928xxx


Lalu, aku melihat nama wanita. Aku lupa jika punya teman seperti dia. Surelnya berbunyi:

            Untuk Mas G.,

Masih ingat kamu mas, dengan namaku? Aku Rianti Surati. Mungkin kamu lupa, dan itu wajar. Sudah lama sekali tak mendengar kabarmu, Mas. Syukur Rianti punya buku catatan, dan pernah menulis tentangmu pada suatu waktu saat itu.  

Mas, Rianti sekarang sudah menjadi seorang pengusaha disamping sebagai penulis. Pengusaha tanaman hias. Tahu kamu Mas, apa yang paling disukai dari tanaman yang kujual? Anggrek, mawar, kamboja, atau bougenville? Tidak, Mas. Bukan.

Yang paling banyak dicari adalah Lidah Mertua. Tahu mengapa, Mas? Ternyata tanaman ini memiliki manfaat yang luar biasa. Salah satunya adalah mampu menyerap polutan di udara. Dan aku bertekad untuk terus mengkampanyekan manfaat tanaman-tanaman seperti ini ditengah industrialisasi yang makin menganga ditempatku sini.

Terimakasih untuk bantuanmu saat itu. Jika saja Mas tak membantu, mungkin akan lain ceritanya Rianti sekarang.

Rianti Surati, 085731182xxx
timetaman.com Bojonegoro


Beda lagi dengan yang ini:

Bro, mainlah kerumah kapan-kapan. Sudah lama kali kita tak jumpa. Kangen sekali aku dengan masa-masa kita SMP. Bukankah dulu kita pernah berjanji bahwa suatu saat kita akan berkolaborasi dan menakhlukkan dunia?

Saat ini aku jadi pengusaha. Lepas SMA aku tak melanjutkan kuliah. Aku harus bertahan hidup, orangtuaku meninggal 2 minggu setelah aku lulus SMA. Sementara aku masih ada adik yang sekolah. Mau tak mau, aku harus bekerja.

Aku bingung saat itu mau kerja apa, tak punya aku keahlian teknis. Kau tahu, keahlianku hanyalah bicara. Maka aku pun nekad berdagang. Aku berdagang BBM saat itu. Aku jual premium di depan rumah. Maklum, modal kecil. Aku harus belajar berhemat: untuk makan, sekolah adik, dan melanjutkan usaha.

Kini usahaku terbilang cukup sukses. Tetap jualan BBM. Tapi sama sekali berbeda. Aku sekarang memiliki 1 SPBU dan  21 cabang outlet mini SPBU: semuanya aku alihkan menjadi Pertamax. Entah kenapa, aku tergerak hanya menjual BBM jenis Pertamax saja. Awalnya pendapatanku menurun, tapi untunglah tak lama. Aku berhasil meyakinkan konsumen bahwa pakai Pertamax lebih untung.

Bagaimana denganmu?

Maafken kawanmu ini baru memberi kabar.
Trunodongso, 085655972xxx


Yang ini dari akun email terbaru. Baru saja masuk. Rupanya surel dari kawan kuliah:

Halo, bro G.

Jika kau baca email ini, aku sudah berada di Norway. Jika kau mengenal Norway, kau pasti terheran-heran. Sebagai negara penghasil minyak dan gas bumi terbesar di Europe, udara disini sangatlah bersih, biarpun jumlah tanaman dan pepohonan disini tak bisa dibandingkan dengan pepohonan dan hamparan sawah-ladang di desaku.

Bagaimana dengan pekerjaanmu di Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC)? Aku senang, Pertamina berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produk gasoline RON 88 ke RON 92.

Kau pun tahu, produksi dan pemakaian RON 88 hanya akan merugikan negara dan juga konsumen. Seharusnya tidak diproduksi lagi, atau minimal dibatasi. Ini harus menjadi keinsyafan kita semua: akademisi, pengusaha, pemerintah, dan juga rakyat.

Nah, kau kan terpelajar juga seperti aku? Buatlah inovasi sedemikian rupa jika kau sudah mendapati posisi dan tanggungjawab yang baik ditempat kerjamu. Janganlah kau sengsarakan alammu hanya karena angka-angka.

Stay in touch.
Hanung Pranotowardoyo
Mahasiswa S2 Ekonomi, Oslo University



Aku heran dan terkejut, mengapa surel ini saling bertalian satu sama lain. Belum lagi berita di koran pagi tadi bahwa kualitas udara di beberapa kota besar Indonesia sudah mulai mengkhawatirkan.

“Kau terlihat banyak pikiran, G. Ada apa?”
“Tidak kenapa, Pak Slamet,” sahutku.

Pak Slamet adalah satpam proyek sekaligus pemilik warung kopi dekat kost-ku berada.

Ceritalah, karena dengan bercerita ringanlah permasalahan,” sambungnya sambil memilin-milin kumis tebalnya.

Aku pun menceritakannya. Dan ia menyimpulkan:

“Kalian memang Generasi Langit Biru.”
“Apa itu, Pak?”
“Generasi yang diharapkan mampu memberikan perubahan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Generasi yang cerah dan optimis laiknya langit biru tanpa awan mendung keputusasaan.”


***

___________________
Tulisan ini diikutkan dalam Pertamina Challenge Blog & Vlog Competition 2017, dengan panjang tulisan 4000-6000 karakter. S&K lainnya sudah dibaca, dipahami dan dipatuhi sebagaimana adanya.


Kita dan Risiko



Memahami hakikat menjadi manusia, kita akan mencoba tuk memahami ‘bagaimana seharusnya’ dan ‘bagaimana sebaiknya’ manusia itu hidup dan mengisi kehidupannya. Kita telah mengenal berbagai peristiwa dan kejadian yang sudah kita jalani hingga hari ini. Tentu, dari Anda sekalian pernah melakukan hal yang dulu Anda simpulkan sebagai sebuah kesalahan, dan ketika Anda menemukan kondisi yang hampir sama pada saat ini atau di kemudian hari maka secara otomatis Anda mengenalinya sebagai sesuatu yang harus dan sebaiknya Anda hindari; perlakukan dengan cara lain; atau malah mengambilnya dan memperbaikinya.

Sepanjang perjalanan manusia mengisi kehidupan di bumi ini, sebenarnya tak ada yang berubah sedikitpun mengenai perilaku alamiah dari manusia itu sendiri. Perkembangan zaman yang diwarnai dengan semakin canggihnya teknologi, hanyalah bagian dari siklus atau alur dunia itu bergerak. Tetap saja, manusialah yang menggerakkannya. Dan pada akhirnya, akan kembali ke kondisi dimana manusia hidup di masa-masa seperti pendahulunya.

Mari coba kita bicarakan mengenai risiko. Hal yang selalu dihadapi manusia, namun kebanyakan manusia memilih untuk menghindarinya. Padahal, ada banyak cara menghadapi risiko. Menghindar adalah salah satunya. Dan cara ini yang paling populer dan dipilih kebanyakan orang.

Saya bertanya kepada Anda, kira-kira keputusan terberat apa yang pernah Anda ambil? Dan bagaimana akibat dari keputusan tersebut bagi hidup Anda?

Jika Anda menjadi seorang mahasiswa, mungkin Anda pernah mengalami dilema ketika memutuskan apakah akan lulus semester depan atau menunda di semester selanjutnya lantaran ada mata kuliah dimana Anda mendapatkan nilai yang tidak bagus, padahal mata kuliah itu adalah basis/ inti dari jurusan Anda berada.

Atau jika Anda adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan, Anda mengalami yang namanya long distance relationship (LDR) dengan pasangan Anda, atau dengan keluarga Anda. Tentu membuat Anda selalu kepikiran, apalagi Anda memiliki baby yang masih kecil atau orang tua yang sedang sakit-sakitan.


Memahami Bagaimana Seharusnya dan Sebaiknya Hidup

Setiap hari dan setiap detik, kita pasti menghadapi yang namanya risiko. Yang membedakan kita dengan orang lain adalah bagaimana kita memanajemen risiko yang ada. Bisa saja, sama-sama mahasiswa atau karyawan dengan job-desc yang sama, namun menghasilkan hal yang berbeda. Yang satu menghasilkan hal yang biasa saja, yang satu menghasilkan hal yang luar biasa.

Semakin besar risiko, semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Hukum ekonomi seperti itu. Namun, itu juga yang membuat tak banyak orang yang benar-benar berada pada posisi Great. Kebanyakan mereka hanya sebatas mencapai posisi Good, sebagaimana riset belasan tahun yang dilakukan oleh Jim Collins dan timnya, hingga lahirlah buku yang berjudul: Good to Great, dengan pernyataan fenomenalnya, “Good is the enemy of great.”

Risiko selalu kita temui. Itulah kehidupan.

Jika kita menginginkan kebahagian hidup di dunia ini, maka cara terbaik adalah dengan memahami setiap risiko yang akan kita hadapi. Sudut pandang sebagai pemenang haruslah kita kuasai agar risiko yang ada tak menyiutkan nyali. Menurut Anda, mengapa ada banyak orang sukses dan jauh lebih banyak lagi orang yang biasa saja? Yang membedakannya adalah sudut pandang pemenang. Sudut pandang sang juara.


Dan ini yang penting: Tak peduli seberapa luas pemahamanmu akan kesuksesan, jika kau tak memiliki sudut pandang sang juara, maka wawasanmu bagaikan hiasan foto berbingkai. 

[Desember 2016]
+