Connecting the Dots

Konsep Leadership dalam Situasi Krisis: Studi Kasus Pandemi Covid-19 di Indonesia

Pendahuluan



Covid-19 menjadi satu problem terkompleks yang dihadapi semua negara. Untuk saat ini. Setidaknya untuk para kepala negara dan kepala pemerintahan.

Hampir semua negara mengalihkan fokus utamanya kepada pandemi yang sedang terjadi. Tatanan peradaban yang sedang dibangun; pendidikan, kebudayaan, sosial-ekonomi, dan lain sejenisnya; menjadi terganggu oleh 'serangan' dari materi kecil nan meluas dari novel coronavirus yang pertama kali terjadi di pusat ekonomi baru dunia: Tiongkok.

Dua hari lalu tepatnya 8 April 2020 President Xi Jinping resmi mencabut status lockdown dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei. Ini adalah kota terakhir yang dibuka dan paling lama menjalani lockdown: sekitar 76 hari.

Saat ini, Pemerintahan Tiongkok sedang fokus untuk mengembalikan tatanan ekonomi yang selama tiga bulan sangat terdampak. Aktifitas ekonomi pun mulai dibuka seperti mall dan perkantoran. Bahkan jalan toll digratiskan agar ekonomi segera berjalan di negara tirai bambu tersebut. Dan aktifitas impor akan diperketat mengingat adanya potensi gelombang kedua dari Covid-19.

Disisi lainnya, saat Tiongkok sudah mulai pulih, banyak negara di Eropa dan Amerika Serikat sendiri sedang dalam masa sulit. Jumlah konfirmasi kasus positif Covid-19 di negara-negara barat ini masih terus meningkat. Dan ekonomi nyaris berhenti.

Di Indonesia sendiri, Pemerintah terlihat ragu antara fokus menangani wabah yang terjadi ataukah juga menyelamatkan ekonomi negara. Penulis katakan ragu dikarenakan banyak bukti dan pernyataan dari Pemerintah sendiri yang menjadikan ekonomi sebagai fokus. Setidaknya, itulah yang kita temui dari informasi yang kita dapati sehari-hari dan tervalidasi dengan kondisi di daerah dimana masih banyak masyarakat Indonesia yang tetap bekerja di lapangan.


Kehadiran Pemimpin dalam Situasi Krisis
Apa yang terjadi saat ini memang belum bisa dikatakan masuk masa krisis. Bukan krisis ekonomi, bukan krisis budaya, pun bukan krisis sosial. Namun dari wabah ini, jika tidak segera tertangani dengan baik akan menyebabkan ketiga macam krisis diatas.

Himbauan dan anjuran yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Ulama terasa tidak efektif. Setidaknya dalam pandangan penulis.

Masih banyak masyarakat yang lebih memilih sudut pandang rasionalnya sendiri daripada pendapat rasional dari para ahli seperti Pemerintah, Dokter, Profesor, dan Ulama dari masing-masing agama.

Maka konsep kepemimpinan terpusat menjadi tak relevan. Kurang didengar kalau tak boleh dibilang tidak didengarkan.

Konsep kepemimpinan harus di re-shape.

Harus dibiarkan natural muncul di tengah-tengah masyarakat.

Penulis pribadi meyakini bahwa setiap masyarakat yang melek informasi, dalam artian ia melek gawe; melek internet; nonton berita di televisi; atau setidaknya membaca koran dan dapat informasi dari tetangga, memiliki pengetahuan yang cukup jika Covid-19 itu adalah sebuah penyakit menular dan harus dihindari.

Namun pengetahuan ini menjadi tak relevan dan tak bisa divalidasi oleh aktivitas otak masyarakat kita karena mereka memiliki sudut pandang dan pola perilaku yang mengharuskannya melakukan ini dan itu.

Yang biasa jualan di pasar, ya harus ke pasar. Yang jadi juru parkir ya harus kembali ke jalanan. Yang tiap pagi ke sawah-ladang juga masih tetap ke sawah ladang. Bahkan para buruh yang tiap hari kerja keras di pabrik ya harus tetap masuk pabrik karena aktifitas ekonomi harus jalan. Setidaknya untuk diri mereka sendiri (dan keluarganya).

Pun juga bapak-bapak yang biasa shalat Jumat ya masih meramaikan shalat Jumat di masjid meski ada himbauan dari masing-masing kepala daerah.

Sudut pandang ini sebaiknya menjadi kaidah sendiri bagi siapapun yang mau rasional dalam melihat problematika sosial masyarakat kita di Indonesia. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa Pemerintah tak bisa tegas dalam melakukan upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Dalam situasi seperti ini, dimana anjuran dan himbauan tak lagi mempan sekalipun dari ulama sekaliber apapun, maka kepemimpinan itu harus muncul dalam skala yang lebih kecil. Kepemimpinan sebaiknya dibiarkan muncul di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Melalui budaya gotong royong atau budaya ketimuran kita sendiri. Karena pada prinsipnya, orang mau mendengarkan orang yang dapat memahami cara berpikirnya. Dalam artian sederhana: mengenal.

Masyarakat desa lebih bisa memahami ini lebih muda daripada masyarakat perkotaan. Sekalipun masyarakat desa tak tahu apapun terkait teknisnya. Mereka secara natural dapat menerapkannya.

Akhir-akhir ini, Covid-19 lebih menjadi menakutkan karena berita yang beredar dan belum bisa divalidasi kebenarannya. Dampaknya adalah orang banyak yang enggan ke Rumah Sakit; inisiatif melapor; dan lain sejenisnya. Bahkan kelangkaan terjadi pada sebagian jenis produk di pasar.

Problem seperti ini harus segera diatasi. Setidaknya disadarkan. Dan itu perlu leadership.

Ini saatnya untuk bersinar bagi para pemimpin di daerah.



Konsep Tiga "i" dalam Transformasi Korporasi dan Organisasi



Setiap perusahaan selalu menginginkan perubahan. Tentu ke arah yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan besar seperti FLSmidht; Toyota Motor; Amazon.com, Inc., Alphabet Inc., dan lain-lain menjadikan perubahan sebagai suatu keharusan yang ada di dalam perusahaan mereka.

Dalam banyak jenis perusahaan, selalu diperbincangkan didalamnya bagaimana cara menjadikan perusahaan lebih baik kedepannya dalam berbagai aspek. Baik dalam aspek SDM yang dapat diandalkan (talent); sistem & teknologi perusahaan; strategi tahunan perusahaan; program dan target capaian bulanan; dan lain sejenisnya. Dan perubahan (change) adalah kuncinya. Yang diharapkan dapat mentransformasi perusahaan menjadi lebih baik; lebih kuat; dan lebih berkelanjutan.

Pada dasarnya semua perusahaan ingin bertransformasi. Namun dalam prosesnya, seringkali terjadi hambatan-hambatan yang menjadikan perusahaan lebih menyukai status quo. Banyak hal yang menyebabkan status quo dalam perusahaan, misalnya ketidakadilan proses selama menjalankan proses; hambatan politis; hambatan motivasional; atau bahkan karena persaingan yang dimenangkan dan keunggulan lainnya.

Perusahaan yang bisa mengenali dan mengatasi status quo akan bertransformasi menjadi perusahaan yang hebat (Great Company).  Dan dalam analisa umum penulis, perusahaan yang sukses melakukan transformasi perusahaan setidaknya memiliki budaya kerja yang diiringi oleh nilai-nilai tertentu yang belum bisa dicapai oleh banyak perusahaan.

Dalam rangka menjelaskan analisa umum diatas, penulis mengajukan konsep Tiga "i" yang perlu dan wajib dimiliki oleh perusahaan agar ia bisa terus menjadikan perusahaannya sebagai laboratorium transformasi.

Konsep Tiga "i"


Adapun Tiga "i" tersebut adalah:

"i" yang pertama adalah iNOVASI (innovation)

Dalam era yang serba cepat dan persaingan semakin keras, inovasi mutlak dibutuhkan agar tak tergerus dan kalah oleh zaman. Banyak orang atau pegawai yang memiliki kesulitan dalam berinovasi. Hal ini bisa karena ia merasa bahwa inovasi adalah sesuatu yang mutakhir; genuine; dan berdampak besar. Padahal, makna inovasi bisa disederhanakan sebagai suatu penyelesaian sebuah masalah.

Greg Satell, seorang pakar inovasi sekaligus penulis buku Cascades: How to Create a Movement that Drives Transformational Change menyampaikan pendapatnya bahwa,
“No matter what form innovation takes—short, agile sprints or long-term, grand-challenge investments—innovation is fundamentally about solving problems.”


"i" yang kedua adalah iMPLEMENTASI (implementation)

Innovasi dan ide-ide itu perlu diimplementasikan kedalam strategi perusahaan agar bisa memenangi persaingan atau bahkan menjadikan persaingan tak lagi relevan. Harvard Business Review pernah menuliskan bahwa untuk implementasi inovasi perlu memperhatikan lima hal berikut:

  1. Melihat peluang sebagai inovasi
  2. Memprioritaskan inovasi yang ada
  3. Menguji inovasi Anda
  4. Membangun dukungan untuk inovasi Anda
  5. Mempelajari dan mereview kembali usaha implementasi inovasi
Dalam hal ini, nilai-nilai yang perlu diutamakan adalah kerjasama. Karena Anda perlu melakukan uji publik dahulu ke rekan-rekan terdekat Anda, baik melalui rapat divisi atau antar divisi; rapat department; atau bahkan anda mengujinya dengan melakukan sampling ke publik.


"i" yang ketiga adalah iMPROVISASI (improvement)

Inovasi yang dibuat kadangkala dalam proses realisasinya atau implementasinya tidak mendapatkan respon yang baik dari pasar atau stake holder. Maka, improvisasi perlu dilakukan agar inovasi itu tak mati. Setiap inovasi adalah berharga. Maka inovasi yang tak bisa diimplementasikan atau gagal diimplementasikan bukan berarti inovasi itu buruk. Namun perlu diimprovisasi agar bisa menemui dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdiri Diam Berarti Mundur: Menjaga Kepercayaan

Tak perlu dijelaskan lagi betapa kepercayaan adalah sebuah hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Penilaian seseorang terhadap seseorang yang lainnya adalah lebih banyak berkutat menyoal kepercayaan daripada hal lainnya. Hal demikian dikarenakan kepercayaan memiliki dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek komunikasi dan sosial dalam kehidupan manusia.

Dalam tingkatan apapun, kepercayaan selalu diperbincangkan.

Penilaian seseorang dalam proses pengambilan keputusan bahkan menjadikan kepercayaan sebagai cara terbaik dan tercepat. Objektifitas tak lagi menempati wilayah mutlak yang diperlukan sebelum keputusan akhir ditentukan. Kepercayaanlah yang menentukan.

Kepercayaan sulit dibangun. Namun kepercayaan sifatnya tidak mutlak. Ia mudah hancur. Pun jika kepercayaan itu sudah dibangun lama, namun jika ada satu hal saja yang menghancurkannya, maka hancurlah kepercayaan itu. Ia roboh bagaikan tumpukan kubus kecil yang ditumpuk meninggi.

Pertanyaannya, bisakah membangun pondasi yang kuat untuk kepercayaan? Semisal ia hancur karena suatu sebab, maka ia tak hancur seluruhnya?

Pertanyaan ini jawabannya tidak solid. Dan sangat relatif. Untuk menjawabnya, kita harus mengenali beberapa hal sebagai berikut:

  • Setinggi apa kepercayaan yang sudah kita bangun selama ini?
  • Sejauh mana orang menaruh kepercayaan kepada kita sebelum kepercayaan itu hancur?
  • Seluas apa cara berpikir orang yang langsung berhubungan dengan kita?
  • Sedalam apa cara kita dalam membuktikan bahwa kita masih punya kesempatan?
  • Dan sekuat apa tekad anda dalam melihat masa depan?
Beberapa hal tersebut bisa menjadi opsi untuk membuktikan bahwa kepercayaan yang kita bangun bukanlah kerapuhan semata. Setiap pertanyaan tersebut memang membutuhkan proses berupa pengalaman berpikir dan pengalaman bersikap. Namun, bukan berarti kita harus menunggu kepercayaan yang kita bangun hancur terlebih dahulu baru mencoba mempraktekkan cara tersebut.



Kepercayaan bukanlah suatu sikap yang objektif. Ia cenderung subjektif. Maka dari itu, subjek sangat penting untuk Anda kenali lebih dalam. Siapa saja yang berhubungan dengan Anda dan kepercayaan apa yang hendak kita bangun.

Meski cenderung subjektif, kepercayaan tak bisa dibangun dalam wilayah dua muka. Anda tak bisa membangun kepercayaan terhadap satu orang, dan membangun kepercayaan lain terhadap orang yang lainnya dengan bentuk yang berbeda. Setidaknya, kepercayaan itu rapuh meskipun Anda berhasil membangunnya. Misalnya, Anda membangun kepercayaan ke atasan Anda. Anda sangat baik dan menunjukkan kinerja yang patuh saat diperintah atasan. Namun dalam ruang privat dan diluar jam kerja, Anda sibuk membicarakan ketidaksukaan Anda dengan rekan kerja Anda. Kepercayaan yang dibangun seperti ini sifatnya rapuh. Jika suatu waktu atasan Anda kecewa, maka sulit untuk mendapatkan kepercayaan itu kembali sekali pun beberapa poin di atas coba Anda lakukan. 

Kepercayaan memang wilayah yang unik. Ia bisa membuat suatu organisasi atau negara cepat mengalami kemajuan. Namun juga sebaliknya, ia dapat menghancurkan.


Dan yang paling penting, kepercayaan bukanlah hal yang untuk dipelajari. Ia harus dibuktikan. 

Berdiri Diam Berarti Mundur : Visi, Misi, dan Budaya Organisasi

Organisasi yang hebat selalu memiliki visi yang kuat, misi yang terukur, dan budaya organisasi yang menyenangkan.

Ketiganya berlaku dalam semua jenis organisasi. Baik di public sector (BUMN, Pemerintahan, dlsj) maupun di private sector (Perusahaan Swasta, dlsj).

Visi yang kuat harus dipahami lebih dari sekadar kewajiban yang sifatnya personal. Dalam posisi ini, leader dalam organisasi harus bisa menghidupkan Visi tersebut ke setiap personal dan para pemangku kepentingan. Visi tersebut harus bisa menjadi bara api semangat untuk terus melakukan continuous improvement. Visi tersebut harus menjadi pedoman bagi para stake-holder untuk menggapai cita. Dan Visi tersebut juga harus bisa menyatu dan melebur dalam setiap aktivitas organisasi.

Organisasi yang hebat banyak kita temukan dalam level organisasi perusahaan. Baik statusnya sebagai perusahaan swasta, perusahaan BUMN, maupun perusahaan Multi National Company.

Selain visi yang kuat, organisasi yang hebat (read: Great Company) harus menurunkan visi tersebut kedalam misi yang sifatnya terukur. Misi yang terukur memudahkan perusahaan untuk menentukan langkah strategisnya dalam menghadapi zaman dan menciptakan perubahan. Misi yang terukur juga lebih mudah dipahami oleh karyawan dalam sebuah perusahaan.



Budaya Organisasi merupakan hal yang sangat penting dan sifatnya mutlak jika sebuah perusahaan ingin berubah dari Common Company ke Good Company dan bertransformasi ke level Great Company.

Budaya Organisasi harus menyenangkan. Baik secara harfiah maupun secara konstektual.

Misalnya, bagaimana sebuah perusahaan manufaktur baja dan logam yang beroperasi dalam temperatur lebih dari 1000°C menjadi hal yang menyenangkan bagi para karyawannya. Atau perusahaan produksi bahan bangunan seperti semen yang prosesnya cukup kompleks. Atau perusahaan apa saja yang membutuhkan fokus K3 yang tinggi.

Ketika sebuah perusahaan tersebut bisa menciptakan rasa aman dengan memenuhi segala persyaratan baku dalam K3 Industri, tentu hal demikian akan membuat para pekerja merasa aman dan lebih maksimal dalam bekerja tanpa harus memikirkan hal-hal yang bukan wilayahnya.

Perusahaan yang ingin bertransformasi dari sekadar perusahaan pada umumnya ke level Great Company harus terus bergerak dan maju ke depan karena berdiri diam berarti mundur. (Bersambung)

Berdiri Diam Berarti Mundur : An Introduction

Sudah masuk akhir tahun 2019 saja. Tahun depan teknologi 5G mulai dikomersilkan.

Perusahaan telekomunikasi asal Tiongkok yakni Huawei Technologies Co., Ltd. bahkan sudah merencanakannya sejak beberapa tahun lalu. Meski sempat mengalami tekanan dan hantaman yang begitu keras dari Amerika. Yang merasa lebih berhak untuk menjadi pemain tunggal teknologi 5G. Yang merasa paling berhak untuk memonopoli apapun yang ada di dunia ini.

Hingga sang Chairman pun harus turun gunung. Kembali ke media. Berbicara di depan publik. Padahal selama belasan tahun ia menjaga diri untuk tak bicara di depan publik.

Rasanya memang benar jika kemajuan teknologi tak bakal ada yang bisa membendung. Terbukti Huawei jalan terus dan makin memantapkan segala infrastruktur untuk memuluskan visi besar mereka.

Perusahaan-perusahaan yang basisnya non-digital saat ini mulai melakukan konsolidasi ulang perusahaan. Mereview kembali kondisi organisasinya termasuk implementasi dan langkah strategis perusahaan dalam merealisasikan visi & misi perusahaan.

Disisi lain perkembangan Internet of Things (IoT) makin menemukan pasarnya. Banyak perusahaan mulai melirik teknologi ini dan bahkan sudah dalam tahap realisasi dan harmonisasi dengan lini bisnis yang dijalankan.

Masyarakat dunia pun mulai penasaran. Lebih tepatnya makin tertarik.

Disaat yang sama, banyak perusahaan yang masih ragu-ragu untuk ambil peran dalam gelombang revolusi industri 4.0 saat ini.

Tentu saja ada banyak faktor dan reason dibalik sikap bertahan itu. Tentu pula sikap tersebut diambil dari proses panjang di internal perusahaan yang notabene memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan.


Namun teknologi dan laju peradaban tak pernah memilih dan memilah. Ia akan menyerang siapa saja. Perusahaan besar, perusahaan kecil, perusahaan raksasa, pun juga perusahaan rintisan (startup). Semua akan terkena dampaknya. (bersambung)

Lagi Luang


Sudah kemana saja?

Ternyata masih banyak tempat yang belum disinggahi. Here we go beberapa daerah yang pernah kusinggahi. Ini hanya sebagai penyemangat diri sendiri saja ya karena dunia ini sangat luas :)

DALAM NEGERI:

Provinsi Jawa Timur:
  1. Kabupaten Bangkalan
  2. Kabupaten Banyuwangi
  3. Kabupaten Blitar
  4. Kabupaten Bondowoso
  5. Kabupaten Gresik
  6. Kabupaten Jember
  7. Kabupaten Jombang
  8. Kabupaten Kediri
  9. Kabupaten Lamongan
  10. Kabupaten Lumajang
  11. Kabupaten Madiun
  12. Kabupaten Magetan
  13. Kabupaten Malang
  14. Kabupaten Nganjuk
  15. Kabupaten Ngawi
  16. Kabupaten Situbondo
  17. Kabupaten Probolinggo
  18. Kabupaten Pasuruan
  19. Kabupaten Sidoarjo
  20. Kabupaten Mojokerto
  21. Kabupaten Tuban
  22. Kabupaten Ponorogo
  23. Kabupaten Sampang
  24. Kota Blitar
  25. Kota Malang
  26. Kota Mojokerto
  27. Kota Pasuruan
  28. Kota Probolinggo
  29. Kota Surabaya

Provinsi Jawa Tengah:
  1. Kabupaten Semarang
  2. Kabupaten Magelang
  3. Kabupaten Wonogiri
  4. Kabupaten Rembang
  5. Kota Magelang
  6. Kota Semarang
  7. Kota Surakarta

Provinsi DKI Jakarta

Provinsi Jawa Barat:
  1. Kabupaten Bandung
  2. Kabupaten Bandung Barat
  3. Kabupaten Bekasi
  4. Kota Bandung
  5. Kota Bekasi
  6. Kabupaten Bogor
  7. Kota Bogor
  8. Kota Depok

Provinsi Banten
  1. Kabupaten Serang
  2. Kabupateng Tangerang
  3. Kota Cilegon
  4. Kota Serang
  5. Kota Tangerang

Provinsi Lampung:
  1. Kabupaten Lampung Selatan
  2. Kota Bandar Lampung

Provinsi Kepulauan Riau:
  1. Kota Batam

Provinsi Sumatera Utara:
  1. Kabupaten Deli Serdang
  2. Kota Medan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:
  1. Kota Banda Aceh
  2. Kabupaten Aceh Besar

Provinsi Nusa Tenggara Barat:
  1. Kabupaten Lombok Utara
  2. Kabupaten Lombok Barat
  3. Kota Mataram


LUAR NEGERI:


  1. Bangkok, Thailand (AIT, KU, CHULA)


List Universitas yang Pernah di Kunjungi:

  1. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya - Kampus Sukolilo & Kampus Manyar
  2. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)
  3. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS)
  4. Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya - Kampus A, B, dan C
  5. Universitas Negeri Surabaya (UNESA) - Kampus Lidah Wetan
  6. Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur
  7. Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya
  8. Univertas Jember (UNEJ)
  9. Universitas Negeri Malang (UM)
  10. Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman
  11. Universitas Indonesia (UI), Depok
  12. Institut Teknologi Bandung (ITB)
  13. Universitas Mataram (UNRAM)
  14. Asian Institute of Technology (AIT), Khlong Luang
  15. Kasetsart University (KU), Bangkok
  16. Chulalongkorn University (CHULA), Bangkok

Ilmu Logam : Diagram Fase

Telah diketahui bahwa banyak macam struktur yang mungkin terjadi pada suatu paduan. Karena sifat suatu bahan banyak tergantung pada jenis, jumlah/banyaknya dan bentuk dari fase (disebut strukturmikro) yang terjadi, maka sifat akan berubah bila hal-hal diatas berubah. Karena itu perlu diketahui pada kondisi bagaimana suatu fase dapat terjadi dan pada kondisi bagaimana suatu perubahan fase akan terjadi.

Sejumlah besar data mengenai perubahan fase dari berbagai sistem paduan telah dikumpulkan dan dicatat dalam bentuk diagram yaitu diagram fase, atau dikenal juga sebagai diagram keseimbangan atau diagram ekuilibrium.

Suatu diagram fase, idealnya akan menggambarkan hubungan antara fase, komposisi dan temperatur, pada kondisi keseimbangan (ekuilibrium, yaitu kondisi dimana tidak terjadi perubahan yang tergantung pada waktu). Kondisi ekuilibrium dapat didekati dengan pemanasan dan pendinginan yang sangat lambat, sehingga bila ada perubahan fase yang harus terjadi maka akan tersedia waktu yang cukup untuk mencapai kondisi keseimbangan. 

Macam diagram fase: diagram biner, diagram terner, dst.

Jenis diagram biner:
1. Untuk sistem paduan yang saling melarutkan sempurna dalam keadaan cair, dan:
a. saling melarutkan sempurna (completely soluble) dalam keadaan padat
Garis Liquidus : garis pada kurva, awal terjadinya pembekuan
Garis Solidus : garis pada kurva, akhir pembekuan

b. saling tidak melarutkan (insoluble) dalam keadaan padat, reaksi eutektik
c. larut terbatas (partly soluble) pada keadaan padat, reaksi eutektik

d. reaksi peritektik



2. Transformasi dalam keadaan padat:
a. perubahan allotropi

b. perubahan order-disorder

c. reaksi eutektoid

d. reaksi peritektoid


Diagram fase dibuat pada suatu salib sumbu dengan temperatur sebagai ordinat, dan sebagai absisnya adalah komposisi paduan (biasanya dalam % berat).



Diagram Fasa Besi - Besi Karbida




Ilmu Logam : Susunan Paduan

Definisi


Paduan (alloy) adalah campuran bahan yang memiliki sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih komponen (unsur), dan sedikitnya satu komponen utamanya adalah logam.

Sistem paduan adalah suatu sistem yang terdiri dari semua paduan yang dapat terbentuk dari beberapa unsur dengan semua macam komposisi yang mungkin dapat dibuat. Jadi misalnya sistem paduan Fe-C adalah semua paduan yang dapat dibuat dari Fe dan C dengan segala komposisi.

Fase (phase) adalah bagian dari material, yang homogen komposisi kimia dan strukturnya, dapat dibedakan secara fisik, dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain material itu.

Dalam praktek hampir tidak pernah digunakan logam murni, logam selalu dipadu dengan unsur lain. Bila logam dipadu dengan unsur lain ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, akan terbentuk senyawa (compound), larutan padat (solid solution), atau campuran (mixture).

Gambar. (a) Substitusi, (b) Interstisial


Campuran (mixture)


Gambar. Klasifikasi Paduan

Ilmu Logam : Deformasi Plastik

Logam dikenal mempunyai sifat ulet, artinya mampu berferomasi plastik bila menerima gaya mekanik yang cukup besar. Gaya yang bekerja pada benda tentunya akan diterima juga oleh kristal, akan mendorong barisan atom dalam kristal, yang dapat memutus ikatan antar atom.


Gambar 1. Tahapan terjadinya slip: (a) gaya belum menimbulkan perubahan,
(b) satu baris atom tergeser; menimbulkan dislokasi, (c) dislokasi bergerak, dan akhirnya
(d) terjadi slip; bagian atas seluruhnya tergeser (slip) satu jarak atom.

Gambar 1 diatas menunjukkan tahapan terjadinya deformasi plastik pada logam, dalam hal ini kristalnya. Dalam logam, ikatan antar atom dapat terjadi antara atom yang saling berdekatan dan dapat terlepas bila jaraknya membesar. Gambar a. memperlihatkan bagian dari kristal yang menerima gaya-gaya. Gaya ini mendorong barisan atom terdepan ke kanan. Baris berikutnya juga terdorong ke kanan, tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Dengan gaya yang cukup besar ikatan atom antara baris atom pertama dan kedua bagian atas terputus dengan bagian bawahnya, dan baris pertama bagian atas akam bersambung dengan baris kedua dari bagian bawah (b), sedang baris kedua bagian atas tidak ada sambungannya. Ini dinamakan dislokasi.

Dengan mekanisme yang sama, dislokasi ini akan bergeser terus (c), sehingga akhirnya dislokasi sampai ke ujung kristal, terjadi slip, seluruh bagian atas sudah bergeser satu jarak atom terhadap bagian bawah. Dengan bekerjanya gaya lebih lanjut dapat terjadi dislokasi dan slip baik pada bidang slip yang sama atau pada bidang lain. Karenanya bentuk kristal akan berubah menjadi lebih pipih dan panjang.

Gambar 2. Ilustrasi terjadinya perubahan bentuk dengan slip

Dengan melakukan deformasi maka bentuk kristal akan berubah, yang tadinya equiaxed (gambar a) menjadi memanjang (gambar b).

Gambar 3. Perubahan struktur mikro karena deformasi:
(a) sebelum deformasi - butiran equiaxed, dan (b) setelah deformasi - butiran memanjang/elongated


Pengaruh Deformasi Plastik

Deformasi yang cukup berarti dapat terjadi karena terjadinya slip pada sejumlah besar bidang slip, dan pada setiap bidang slip tersisa banyak dislokasi. Padahal disekitar dislokasi selalu merupakan daerah yang tegang, karena susunan atom di daerah itu mengalami distorsi, karenanya deformasi akan menyebabkan logam menjadi lebih kuat/keras. Peristiwa ini dinamakan penguatan regang (strain hardening).

Gambar 4. Susunan atom di sekitar dislokasi,
di bawah dislokasi terjadi tegangan tarik, diatasnya terjadi tegangan tekan

Perubahan sifat mekanik yang terjadi karena deformasi ini tergantung seberapa banyak deformasi yang dilakukan (derajat deformasi). Makin tinggi derajat deformasi yang dilakukan makin tinggi kekuatan dan kekerasan, makin besar penurunan keuletannya.


Pengaruh Pemanasan Terhadap Logam yang Terdeformasi

Logam yang terdeformasi kristalnya mengalami distorsi, di dalam kristal menjadi banyak slip dan terdapat banyak dislokasi, susunan atom tidak lagi teratur seperti yang seharusnya. Pada temperatur rendah atom-atom itu tidak dapat kembali pada posisi yang seharusnya.

Bila logam yang terdeformasi ini dipanaskan maka atom dalam butiran kristal yang terdistorsi tersebut akan memperoleh energi untuk menyusun diri kembali menjadi kristal yang sempurna. Secara bertahap atom-atom tersebut akan membentuk kristal baru yang tidak lagi terdistorsi, proses ini dinamakan rekristalisasi.

Seperti halnya kristalisasi, rekristalisasi berlangsung dengan mekanisme pengintian (nucleation) dan pertumbuhan (growth), dimulai dengan pengintian diikuti dengan pertumbuhan.

Mula-mula beberapa atom dari kristal yang terdistorsi akan membentuk inti kristal baru dengan susunan atom yang sempurna, tidak terdistorsi. Ini pada umumnya terjadi pada dislokasi dan/atau batas butir. Kemudian atom lain dari kristal lama mulai bergabung dalam susunan kristal baru, kristal tumbuh menjadi lebih besar. Bila semua atom kristal lama seluruhnya habis bergabung dalam kristal baru maka rekristalisasi sudah selesai.

Bila setelah rekristalisasi selesai dan pemanasan masih berlanjut maka akan terjadi pertumbuhan butir yang lebih besar, butir yang ada cenderung bergabung dengan butiran lain, sehingga terbentuk butiran dengan ukuran yang lebih besar.

Sebenarnya sebelum terjadi rekristalisasi terlebih dulu terjadi recovery, lepasnya tegangan dalam yang berupa tegangan elastis dalam kristal. Selama proses deformasi sebenarnya ada sebagian atom yang tergeser dari posisinya tetapi belum melepas ikatannya dengan atom pasangannya. Seharusnya atom-atom ini akan kembali ke posisinya semula bila pengerjaan selesai, tetapi ternyata tidak dapat kembali karena terkunci oleh kristal lain. Tegangan inilah yang akan hilang pada awal pemanasan (recovery).

Dengan berlangsungnya rekristalisasi selain terjadi perubahan kristal juga akan terjadi perubahan sifat mekanik. Pada tahap recovery belum tampak ada perubahan struktur kristal, sehingga juga belum ada perubahan sifat. Perubahan sifat mulai terjadi pada saat memasuki tahap rekristalisasi, kekuatan dan kekerasan mulai turun sedang keuletan akan naik (kekuatan, kekerasan dan keuletan ini adalah yang diukur setelah logam didinginkan). Perubahan tersebut masih berlangsung terus sampai tahap grain growth, tahapan dimana butiran baru berkembang jadi lebih besar.

Gambar 5. Pengaruh temperatur pemanasan terhadap perubahan sifat mekanik dan ukuran butir setelah logam yang terdeformasi dipanaskan kembali

Gambar diatas menunjukkan perubahan yang terjadi bila logam dipanaskan sampai suatu temperatur kemudian ditahan selama waktu tertentu kemudian didinginkan kembali dengan lambat. Proses diatas tidak tergantung hanya pada temperatur tetapi juga lamanya waktu penahanan. Hasil yang sama dapat diperoleh dengan temperatur yang lebih tinggi dan waktu tahan yang lebih singkat, atau temperatur lebih rendah waktu tahan lebih lama.

Temperatur rekristalisasi adalah temperatur pemanasan kembali dimana rekristalisasi tepat selesai dalam satu jam. Temperatur rekristalisasi selain tergantung pada jenis logamnya, juga tergantung pada derajat deformasi yang dialami sebelum pemanasan, makin tinggi derajat deformasi makin rendah temperatur rekristalisasinya.

__________
Referensi : Suherman, Wahid. 2003. Ilmu Logam I. Surabaya : Diktat Jurusan Teknik Mesin FTI ITS

Ilmu Logam : Kristalisasi

Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal, yang terjadi pada saat pembekuan yakni perubahan dari fase cair ke fase padat. Dilihat dari mekanismenya, kristalisasi terjadi melalui dua tahap:
  1. Pembentukan inti atau pengintian (nucleation)
  2. Pertumbuhan kristal (crystal growth)
Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur tertentu, selalu atau mudah bergerak. Dalam keadaan cair, temperaturnya relatif tinggi dan atom memiliki energi cukup banyak sehingga mudah bergerak, tidak ada pengaturan letak atom relatif terhadap atom lain.

Dengan turunnya temperatur maka energi atom juga turun dan makin sulit bergerak dan mulai mencari/mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, beberapa atom mulai menyusun diri membentuk inti kristal

Inti-inti ini akan menjadi pusat dari proses kristalisasi selanjutnya. Dengan makin turunnya temperatur makin banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk inti baru. Setiap inti akan tumbuh dengan menarik atom lain dari cairan atau dari inti yang tidak sempat tumbuh, untuk mengisi tempat kosong pada lattice yang akan dibentuk. Dikatakan inti tersebut mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ini tidak hanya bergerak lurus saja tetapi mulai membentuk cabang-cabang dan ranting-ranting, struktur seperti ini disebut struktur dendritik. Dendrit ini terus bertumbuh ke segala arah, sehingga cabang/ranting dendrit hampir bersentuhan dan sisa cairan yang terakhir akan membeku di sela-sela dendrit ini.


Gambar. (A), (B), dan (C) menunjukkan 3 tahapan pembekuan dendritik suatu logam murni. (D) gambaran 3 dimensi dari dendrit yang sedang tumbuh.

Pada suatu benda dari logam pada umumnya akan terdiri dari banyak butiran kristal, tidak hanya satu. Pertemuan satu kristal dengan kristal lain dinamakan batas butir kristal (grain boundary) yang merupakan bidang yang membatasi atara 2 kristal. Batas butir adalah tempat dimana terdapat ketidak-teraturan susunan atom (mismatch), sehingga merupakan tempat yang tegang. Di samping juga biasanya batas butir mengandung unsur-unsur ikutan (impurity) lebih banyak.
+